"Ya pelakorlah namanya, kalau lo ditengah-tengah hubungan Raka sama Jenni," kata Tina, membuat Reno yang duduk disampingnya tidak nyaman mendengar.
"Dih gila. Pedas banget kalau ngomong kaya cabe rawit," cibir Rangga. Mata Tina memelototinya. Rasanya Tina sudah keterlaluan, tapi Nayla tidak mau memasukkan ke hati. Anggep saja Tina sedang menasehatinya.
"Kalau Nayla jadi pelakor, gue jadi pebinor di hubungan mereka," canda Dimas. Hampir saja Beca akan membalas kata-kata Tina dengan cibiran, untungnya Dimas melumerkan suasana. Tapi tetap saja suasananya bikin gerah.
"Udah ah, suasananya jadi panas gini. Mendingan kita ke basecamp aja. Mumpung ada alumni juga, itung-itung silahturahmi terakhir." Reno beranjak dari bangkunya diikuti yang lain.
"Lo ikut aja,"
"Don, bilang sama semua junior. Gue buka sesi coret-coret tanda tangan gue di seragam mereka. Kalau perlu gue jabanin yang mau fotoan bareng," kata Raka memerintah Doni. Sedetik itu Doni terbelalak, mana pernah Raka mau di ajak fotoan sama cewek. Sok jual tanda tangan lagi. "Ashiaappp!"Begitulah siang itu mereka melakukan aksi coret-coret di baju seragam mereka, walaupun belum tahu hasil pengumuman kelulusan. Magnet seorang Raka sangatlah kuat. Seluruh kaum hawa berlarian mengantri di depan Raka. Sesekali ia melirik Nayla dengan senyum tipis. Teman-temannya merasa ada yang aneh dengan aksi Raka itu. Tapi, karena aksi itu para alumni yang lain pun dapat kesempatan memberikan tanda tangan mereka pada yang lain.Reno sang presiden PA pun sudah dikejar-kejar para fansnya untuk dimintai tanda tangan. Dan mereka sal
"Aku lupa," ucap Raka bohong, kemudian maju kembali ke dekat Nayla. Okay perkataan tadi membuat wajah Nayla merah dan kesal, sekarang Raka sudah ada di dekatnya. Terlalu dekat. "Dimana?" Tatapan Raka membuatnya seperti robot. Nayla menaikan rambut dengan tangannya ke atas terlihat leher panjang Nayla, kupingnya terlihat memerah. Kini giliran Raka yang menahan nafas, dia sulit untuk tidak melirik kebagian gumpalan daging yang ada di bawah kupingnya. "Di kerah," ucap Nayla membuat Raka salah tingkah. Pandangannya turun ke bagian lengan baju Nayla, Raka menekan bibirnya. "Di kerah nggak kelihatan," ucap Raka tiba-tiba. "Emang harus kelihatan ya?" ucap Nayla bingung. "Nama aku mahal. Ak
Raka mengerutkan dahinya. Melihat Beca, Tina, Rangga, Reno dan Dimas. Nayla juga mengajak Dimas? Padahal dia ingin berduaan dengan Nayla. Raka semakin kesal karena Nayla satu mobil dengan Dimas, gadis itu sengaja. Mereka pergi ke warung bakso dekat sekolah. Raka tersenyum datar melihat ekspresi Nayla yang pasang wajah lebih kesal padanya. Sesekali dia melengos untuk membuang jauh rasa kesalnya melihat Nayla lebih banyak tersenyum pada Dimas. "Ka Rangga, nice tag," puji Rangga setengah berbisik, Raka mengerutkan keningnya, "Ukiran hati di baju Nayla," katanya lagi. Raka tertawa. Sekarang tahulah dia penyebab Nayla kesal padanya. "MakasihKa Raka udah mau ajak kita makan bakso, gratis. Lain kali restoran dong. Ya, ya, ya," ujar Beca yang di duduk di samping Nayla. Untungnya Nayla tidak duduk di samping Dimas
Kini ada senyum yang tertahan di bibir Raka, hingga sesaat baru dia sadar handphone-nya berdering. Nayla berusaha melirik dengan cepat, sebelum akhirnya Raka mengangkatnya. Raka hanya mendengarkan orang yang menelpon tanpa bicara, tapi matanya memandang Nayla. Mata mereka saling berpandangan, seolah ada yang ingin dijaga Raka.Gerak-gerik Raka bisa ditebak, Jennifer. Nayla mengalihkan pandangannya, harusnya dia sadar mantannya itu sudah punya pacar. "Yang kamu jangan pakai pakaian minim ya kalau lagi kerja, banyak cowok di sana," ucap Reno."Kamu cemburu?" tanya Tina terang-terangan. Pertanyaan itu harusnya jangan ditanya, ia sedikit keberatan Tina bekerja sebagai DJ. Jujur, ia berterima kasih pada Raka karena memberikan peringatan pada pemilik club untuk memberikan
"Aku nggak lagi main-main. Aku fokus lagi nyetir," jawab Raka dengan sedatar mungkin, matanya mulai menoleh keluar kaca.Nayla masih menunggu jawaban Raka yang serius. Cewek itu mengubah duduknya hingga menghadap Raka. Membuat Raka tidak nyaman dengan tatapan Nayla yang dingin. "Kita jangan ketemu lagi." "Aku nggak boleh? Rangga aja boleh ketemu kamu." "Rangga beda." "Bedanya apa? Kami sama sama cowok, kecuali dia mau ngerubah jenis kelamin. Aku jelas nggak mau." Raka bercanda. "Rangga temen aku, sahabat aku," kata Nayla menegaskan. Ya, dia mau kejelasan. "Dimas ?" "Dia juga sahabat aku," ceplos Nayla tanpa pikir panjang. Ada senyum tipis di bibir Raka, dia terlalu
Jika yang kulakukan adalah kesalahan.maka salahkan aku yang mencintaimu.karena aku tidak mau membohongi diriku.Dua minggu semenjak kelulusan sekolah Nayla tetep diam di rumah tanpa ada rencana untuk keluar rumah. Ingin rasanya cepat-cepat ke hari acara perpisahan sekolah mereka. Nayla ingin bertemu dengan teman-temannya dan setelah apa yang terjadi antara Raka dan dirinya. Setiap hari ia merindukan Raka. Uhhhh... Mungkin terdengar alasan, tapi Nayla tidak mau berbohong pada perasaannya. Raka mulai memberikan kabar, dimana dan sedang apa yang dia lakukan. Layaknya seorang pacar. Termasuk menjemput Jennifer, itu adalah kesempatan untuk Raka bicara pada Jennifer. Dan selalu gagal.Terkadang mereka keluar berdua tanpa ada yang tahu, seakan di dunia hanya milik mereka. Tapi Nayla sadar, ada Jenni yang dia sakiti hingga bahagia itu ta
Beca sibuk menemani Bagas dengan segala kegiatan Bagas, bukan Beca namanya kalau tidak mengerahkan seluruh tenaganya untuk orang tersayang. Nayla mengambil salah satu novel yang terpampang di rak. Tangannya membuka lembaran novel, ia menyukai wangi buku. Terkecuali buku pelajaran. Entahlah beda saja. Mata Nayla tak sengaja melihat pintu masuk. Dia fokus pada sesosok laki-laki yang datang kemudian tersenyum segaris.Kakinya sudah ingin melangkah, tapi dia mundur selangkah kebelakang dengan senyum yang pudar.Raka berjalan masuk kemudian Jenni mendadak muncul dibelakang meraih lengan Raka dengan senyum manja. Raka tersenyum pada Jenni dan itu menyakiti hati Nayla yang masih melihat mereka. Raka membiarkan Jenni menggandeng lengannya. Raka tidak menyadari keberadaa
Dari banyaknya tempat kenapa harus memilih meja yang sama. Nayla melirik pelan pada Jennifer. Wanita yang hampir sempurna itu sedikit menjatuhkan kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga Beca datang. "Jen, thanks mau dateng ke sini," ucap Beca entah datang dari arah mana. Mereka saling menyapa dengan senyum dan bersalaman.Beca yang undang. Nayla sedikit menggerakkan matanya. "Pasti lo sibuk ya, tapi masih sempatin ke sini," ucap Beca, dan merasa lehernya dingin saat Nayla menatapnya. "Emm, sebelum ujian kita, gue kasih undangan lewat DM sama Jenni, biar dia bisa dateng lumayan kan buat penarik." Beca berusaha menjelaskan. Jauh sebelum Nayla menceritakan hubungannya dengan Raka dia mengundang Jennifer, Beca menatap Nayla dengan wajah bersalah. "
Kilasan tentang pertemuannya dengan Jenny saat ini kembali. Jenny tidak terlalu banyak perubahan, dia sangat pintar merawat dirinya. Namanya model memang lebih berpengalaman dalam perawatan. Tubuhnya terbentuk dengan indah, tatapannya masih lembut tapi terkesan angkuh.Nayla menatap perempuan di depannya ini dengan senyum tipis, masih bingung dengan situasinya saat ini. Sepertinya semua orang terfokus padanya bukan pada Beca yang punya acara.Kemudian Nayla melirik jari manis Jenni, lalu tersenyum tipis. Dia jadi ingat pesan terakhir Jenni saat itu.Aku harap kamu mundur, Nayla. Karna kamu akan menyebabkan pertunangan aku sama Raka batal. Aku harap kamu masih punya hati nurani."Selamat ya untuk hari bahagia kamu."Nayla hanya tertegun mendengar ucapan Jenny, dia masih tak bergeming dengan balutan kebaya putih da
Mike, Doni, Erga, dan Rangga berpenampilan rapih dengan jas berwarna senada. Sebagai groomsmen mereka datang lebih awal dibanding para tamu undangan. Rangga yang paling antusias dengan acara ini sudah memegang camera sambil memasuki tempat itu. Bermaksud mengabadikan acara sakral temannya."Bro, lo kelihatan pucat banget. Nervous ya?" Rangga meledek sambil menyorot laki-laki berpenampilan serba putih itu. Wajahnya yang tampan dan berpenampilan paling menonjol itu dari tadi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan pelan. Sangking nervousnya."Jangan diganggu Ga kepala suku, dia lagi berdoa biar acaranya gak bubar karena ditolak calon pengantin." Suara itu dari Doni, karena yang di sorot tidak merespon ucapan Rangga.Rangga memberikan cameranya pada Mike untuk bergantian memvideokan, lalu dia menepuk bahu cowok yang terlihat tegang itu. "Gue mah nitip dia aja ya. Jaga baik-baik jangan sampe lepas lagi. Terus nitip keponakan yang cakep-cakep."
"Tunggu di situ jangan kemana-mana!"Suara cemas itu terdengar dari balik ponsel. Cewek berambut lurus sepunggung itu baru saja turun dari pesawat."Gue bisa naik taxi.""Gak bisa lo udah gue jemput." Bagas menegaskan."Gue kan udah bilang gak mau dijemput. Pokoknya gue pulang sendiri," ucapnya seraya mengambil barangnya lalu melangkah bersama para penumpang yang lainnyaSetelah 17 jam perjalanan dan untungnya hanya sekali transit. Akhirnya Nayla kembali menghirup udara di Jakarta. Jika kalian mau tahu berapa lama Nayla tinggal di London, jawabannya sangat membanggakan. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Tapi pengalaman hidup yang dia dapat sangatlah berharga. Sambil kuliah Nayla menyibukkan dirinya dengan berkerja part time. Pekerjaan serabutan, berkali-kali dia pindah pekerjaan.Menjadi pelayan di McDonald's, penjaga toko, dan Nayl
Dear, my Boy...Untuk kamu yang selalu punya tempat di hatiku.Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini. Sekalipun ada goresan tinta yang indah, tapi nggak akan bisa mengalahkan indahnya perasaanku untuk kamu, sayang.Enggak ada yang kusesali dari hubungan ini. Bertemu dengan kamu adalah anugrah. Dan berpisah dengan kamu adalah takdir yang harus terjadi.Aku tahu, aku nggak cukup sempurna. Dan caraku mencintai kamu mungkin salah, hingga membuat wanita lain terluka. Aku sadar, aku bukanlah satu-satunya wanita yang ada tempat di hati kamu.Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja muncul dalam pikiranku, apakah aku pantas mendampingi kamu? Apa aku bisa bahagia saat wanita lain terluka.Perpisahan ini berat, percayalah aku pun merasakannya. Tapi ini yang terbaik untuk kita. Sampai kita sama-sama
Aku mencintai kamu.Rasa ini teramat nyata hingga hati ini terlalu sakit, saat sadar kamu meninggalkanku lagi. Nayla sudah berada di bandara bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh, perasaannya bercampur aduk sekarang ini. Nayla menarik nafas berat, tangannya menggenggam travel bagnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan pergi sendiri ke tempat yang jauh.FlashbackNayla mendongak melihat Raka sudah berdiri di depannya, cowok itu menatapnya penuh perasaan."Lain kali, jangan pernah pergi sendirian. Apalagi ke tempat yang masih baru buat lo."Nayla mengangguk pelan, ia menerima uluran tangan Raka. "Janji sama gu
"Gue harus pergi sekarang." Nayla tersenyum kecil pada Jenni. Sedikit menoleh Doni. Laki-laki itu hanya diam dari tadi tapi Nayla tahu Doni sedikit terganggu dengan obrolan mereka. Nayla beranjak membuka pintu. "Nayla... Mungkin kalau nggak ada Raka diantara kita. Gue pengen lo jadi kawan gue. Seharusnya kita bisa jadi sahabat," ucap Jenni memandang Nayla yang berdiri di depan pintu.Nayla hanya mendengar itu tanpa menoleh dan pergi meninggalkan kamar Jenni. "Gue harus nelpon Raka." Ucap Doni mengambil handphone-nya dari saku celana. "Jangan berani lo ngomong apa-apa sama Raka! Bentar lagi dia ke sini, lo pergi dari sini kalau mau bikin Raka tahu tentang kepergian Nayla," bentak Jenni, dia terlalu takut kehilangan Raka. Doni menjambak rambutnya, frustasi. Jennife
Matanya melihat ke arah langit. Langit yang gelap dihiasi bintang. Pemandangan langit sama saja bukan, saat kita dimana pun melihatnya. Nayla menyenderkan bahunya ke belakang sambil mendengus. "Kamu bilang pendidikan penting, tapi kenapa kamu sekarang gak ada buat dukung aku." Monolognya. Nayla melihat ponsel yang dipegang-nya, jangan berharap karena berharap itu sakit. Padahal dia sangat membutuhkan bahu laki-laki itu untuk bersandar. Lupakan mungkin Raka sedang berada di rumah sakit. Nayla menutup matanya yang perih, menahan air mata yang ingin jatuh.Kamu terlalu sibuk dengan dia, Raka. Kamu nggak tau aku butuh kamu sekarang. "Nggak usah ngelamun di sini. Nanti diculik setan." Nayla membuka matanya karena kaget. Bagas sudah ada di dep
Langit seakan tak biru lagilaut seolah menghempas sepiberibu malam aku tangisimengalun sepi menyiksa hatiDan malam ini, Nayla terdiam. Isak ibunya terdengar perih, terasa gendang telinganya robek tersayat. Ia mengunci masuk hatinya dalam dipan bergembok.Meyakinkan diri ini adalah keputusan terbaik. "Mama nggak setuju!" Ayu bersuara serak sambil menyeka air matanya. Setelah makan malam dan meja makan dibersihkan, Nayla mengatakan keputusannya. Nayla menahan air matanya supaya tidak tumpah, dadanya terasa sesak. Untuk pertama kalinya ia membuat wanita yang melahirkannya menangis dan Ayahnya terdiam dengan wajah muram. Semua ucapan Nayla berhasil membuat senyum keluarganya pudar. Nayla yang manja, tidak pernah hidup sendirian selama 18 tahun usianya kini mengambil ke
"Coffee..." Doni menyerahkan segelas coffee pada Raka, dia membelinya pada mesin otomatis yang ada di rumah sakit, sangat praktis bukan. "Thanks," ucap Raka, dia lagi tidak ingin tersenyum pada Doni. Mereka duduk di kursi yang berada diluar kamar Jenni padahal Raka sedang ingin sendiri tapi Doni menghampirinya. "Gue tahu hati lo lagi bercabang. Dari dulu gue iri sama lo, selalu aja banyak cewek yang ngejer-ngejer lo," ucap Doni dengan senyum pahit, laki-laki itu duduk di samping Raka. Raka tidak menggubris omongan Doni, apakah tepat membicarakan hal seperti itu dalam situasi seperti ini. Raka menaikan bahunya sedang menyeimbangkan posisi duduknya. "Dan yang paling gue iri. Lo bisa dapetin cewek kayak Nayla Anastasya Susanto. Menurut gue dia sedikit bodoh." Doni te