"Aku nggak lagi main-main. Aku fokus lagi nyetir," jawab Raka dengan sedatar mungkin, matanya mulai menoleh keluar kaca.
Nayla masih menunggu jawaban Raka yang serius. Cewek itu mengubah duduknya hingga menghadap Raka. Membuat Raka tidak nyaman dengan tatapan Nayla yang dingin.
"Kita jangan ketemu lagi."
"Aku nggak boleh? Rangga aja boleh ketemu kamu."
"Rangga beda."
"Bedanya apa? Kami sama sama cowok, kecuali dia mau ngerubah jenis kelamin. Aku jelas nggak mau." Raka bercanda.
"Rangga temen aku, sahabat aku," kata Nayla menegaskan. Ya, dia mau kejelasan.
"Dimas ?"
"Dia juga sahabat aku," ceplos Nayla tanpa pikir panjang. Ada senyum tipis di bibir Raka, dia terlalu
Jika yang kulakukan adalah kesalahan.maka salahkan aku yang mencintaimu.karena aku tidak mau membohongi diriku.Dua minggu semenjak kelulusan sekolah Nayla tetep diam di rumah tanpa ada rencana untuk keluar rumah. Ingin rasanya cepat-cepat ke hari acara perpisahan sekolah mereka. Nayla ingin bertemu dengan teman-temannya dan setelah apa yang terjadi antara Raka dan dirinya. Setiap hari ia merindukan Raka. Uhhhh... Mungkin terdengar alasan, tapi Nayla tidak mau berbohong pada perasaannya. Raka mulai memberikan kabar, dimana dan sedang apa yang dia lakukan. Layaknya seorang pacar. Termasuk menjemput Jennifer, itu adalah kesempatan untuk Raka bicara pada Jennifer. Dan selalu gagal.Terkadang mereka keluar berdua tanpa ada yang tahu, seakan di dunia hanya milik mereka. Tapi Nayla sadar, ada Jenni yang dia sakiti hingga bahagia itu ta
Beca sibuk menemani Bagas dengan segala kegiatan Bagas, bukan Beca namanya kalau tidak mengerahkan seluruh tenaganya untuk orang tersayang. Nayla mengambil salah satu novel yang terpampang di rak. Tangannya membuka lembaran novel, ia menyukai wangi buku. Terkecuali buku pelajaran. Entahlah beda saja. Mata Nayla tak sengaja melihat pintu masuk. Dia fokus pada sesosok laki-laki yang datang kemudian tersenyum segaris.Kakinya sudah ingin melangkah, tapi dia mundur selangkah kebelakang dengan senyum yang pudar.Raka berjalan masuk kemudian Jenni mendadak muncul dibelakang meraih lengan Raka dengan senyum manja. Raka tersenyum pada Jenni dan itu menyakiti hati Nayla yang masih melihat mereka. Raka membiarkan Jenni menggandeng lengannya. Raka tidak menyadari keberadaa
Dari banyaknya tempat kenapa harus memilih meja yang sama. Nayla melirik pelan pada Jennifer. Wanita yang hampir sempurna itu sedikit menjatuhkan kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga Beca datang. "Jen, thanks mau dateng ke sini," ucap Beca entah datang dari arah mana. Mereka saling menyapa dengan senyum dan bersalaman.Beca yang undang. Nayla sedikit menggerakkan matanya. "Pasti lo sibuk ya, tapi masih sempatin ke sini," ucap Beca, dan merasa lehernya dingin saat Nayla menatapnya. "Emm, sebelum ujian kita, gue kasih undangan lewat DM sama Jenni, biar dia bisa dateng lumayan kan buat penarik." Beca berusaha menjelaskan. Jauh sebelum Nayla menceritakan hubungannya dengan Raka dia mengundang Jennifer, Beca menatap Nayla dengan wajah bersalah. "
"Resehlo! Ada juga lo tuh yang harus berpikir panjang lagi. Yakin mau kuliah di Singapura? Nggak takut Tina selingkuh," ujar Beca, ceplosan Beca sontak saja membuat Nayla tersedak.Nayla mengambil minum-nya yang sudah mencair dan menyedotnya. Reno mau kuliah di luar negeri itu pun Beca tahu. Dasar Beca. "Bek, jangan bahas di sini nanti Tina sedih. Kalau dia nangis lo mau tanggungjawab." Reno mengelus rambut Tina yang panjang. "Enak aja emang aku Nayla," kata Tina menunjuk Nayla dengan mulutnya. "Laah kok gue dibawa-bawa. Emang gue nangis kaya mana? Pada reseh sih," keluh Nayla. Raka ikutan tersenyum geli mendengar ucapan Reno. "Nangis Lo ngalahin hujan campur petir." Beca tergelak. Nayla menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia diposisi paling memalukan. Yang membuatnya se
Kamu boleh memiliki raganya tapi dihatinya ada aku.Bolehkah aku terlalu bangga.atau aku sedang menghibur diri sendiri.Nayla menatap Jennifer dengan perasaan iri saat wanita itu bercerita tentang dirinya. Punya pekerjaan sebagai model yang menjanjikan dan sebentar lagi gelar sarjana hukum akan disandangnya. Sedangkan dirinya, masih bingung dengan masa depannya. "Nayla mau kuliah jurusan apa?" tanya Jennifer melihat Nayla. "G-Gue masih mikir." Nayla tersenyum canggung, walaupun Nayla melihat buku tapi kupingnya mendengar obrolan Jenni pada temannya. "Lahh kok bisa? Emang lo tertarik dengan apa? Itu bisa sangat membantu Nayla," ucap Jenni ramah. Jangan terlalu ramah Jenni itu akan menambah beban Nayla."Aku suka gambar," ucap Nayla yang masih membuka buku novelnya.
Tina dan Reno duluan pulang, karena Tina ada job malam ini. Semenjak libur banyak yang meminta Tina untuk jadi DJ di acara-acara anak muda. Untungnya Reno selalu menemani jadinya Tina akan aman.Nayla membereskan meja, setelah pengunjung sepi. Hari ini kafe tutup lebih awal karena hari ini spesial pembukaan.Nayla memandang langit yang gelap ditemani bintang. Dia berdiri di depan pintu. Raka belum datang untuk menjemputnya. Nayla memutar mata melihat Beca menemani Bagas menyusun buku-buku ke lemari. Beca rajin atau dia hanya ingin menunjukkan dirinya sebagai kekasih Bagas di depan teman-teman Bagas. Terutama kepada wanita yang dilihatnya waktu itu masuk mobil Bagas. "Gue pulang duluan ya," ucap Nayla. Jiwa dan raganya sudah merasa bosan. Dia duduk memandori Beca dan Bagas.  
Raka masuk kamar dan langsung pergi ke kamar mandi. Dia perlu air untuk menyegarkan tubuhnya. Dia tidak peduli dengan deringan Handphone dari tadi ia yakin itu pasti Jennifer, sekedar bertanya.udah sampai belum yanklagi dimanajangan lupa makan Dan bla bla, bla..Dan lagi-lagi Raka malas mengangkat telpon dari Jennifer. Dia berharap Jennifer marah, kesal, dan akhirnya mengakhiri hubungan mereka.Tapi nyatanya tidak, Jenni akan tetap bersabar dengan perubahan sikap Raka padanya. Setelah mandi Raka lebih suka mengutak-atik laptopnya, sibuk dengan imajinasi. Jangan berfikir negatif, dia tidak membuka laptop untuk mencari foto mesum atau video anak dewasa walaupun dia sudah cukup umur. Raka sama sekali tidak melirik handphone, baginya sudah mengantar Jenni pulang ke rumah sudah lebih dari cu
Raka terdiam sejenak saat mendengar perkataan Doni di telpon. Raka mengambil jasnya dan melangkah keluar dari ruangan, padahal dengan susah payah Anjani merayu Raka untuk pergi ke kantor hari ini.Raka mengambil mobilnya di parkiran kantor, dia membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Jenni. Jennifer pingsan saat melakukan pemotretan, akibat kelelahan. Hidungnya mengeluarkan darah. Jenni melewatkan jam makannya. Ia terus bekerja dan juga terlalu banyak minum alkohol.Raka membunyikan bel tempat Jennifer tinggal, seseorang membuka tapi bukan Jennifer.Raka langsung masuk ke dalam tidak perlu basa basi, dia masih kekasih Jennifer jadi tidak perlu alasan untuk masuk ke dalam rumah Jenni.Asisten Jenni mengikuti Raka dengan cemas. "Jenn..." teriak Raka. Kakinya melangkah ke kamar