Jenni mengambil minuman di lemari dapur, jangan berfikir dia akan minum susu untuk menambah gizinya.
Jenni mengambil wine yang lama di simpannya, hari ini dia ingin menikmati wine itu, wajahnya tidak ada ekspresi tapi tetap cantik mengenakan pakaian tidur.
Tidak ada yang perlu dirisaukan. Ia terbiasa dengan kesendirian. Rumahnya sepi jauh dari hiruk pikuk keramaian hingga membuatnya kesepian.
Jenni seorang model, mungkin itu yang membuatnya tidak terlalu banyak teman atau mungkin karena dia juga kurang ramah. Untungnya ada Doni sepupunya dan dia mengenal Raka.
Jenni meneguk minuman sampai habis lalu menuang lagi pada gelas kosong-nya, supaya bisa tidur pulas dan melupakan pikirannya sejenak.
Flashback
Jennifer nggak akan datang ke party kawan sekampusnya kalau bukan karena Doni, sepupunya itu bilang Raka sedang berada di sana. Dikar
Nayla berjalan lemas, ujian akhir selesai juga. Tapi tidak membuat hatinya lebih baik. Walau pun dia belajar tadi malam tapi isi kepalanya ada Raka dan Beca, kedua orang itu membuatnya diposisi serba salah. Dia merasa sangat bersalah menempatkan kembali Raka di hatinya, rasa bersalah itu untuk Jenni. Tapi di lain sisi, Nayla suka perhatian Raka. Dan masalah Beca, dia belum tahu kelanjutannya. Nayla tidak mau mendahului Bagas untuk menceritakan sebenarnya, takutnya ada salah paham. "NAYLA..." panggilan itu sangat familiar di telinga Nayla, sudah pasti bisa ditebak itu tak lain tak bukan adalah Beca. Cewek itu berlari tergopoh-gopoh menghampiri Nayla yang sudah berdiri di tempat saat namanya disebut. "Hati-hati jatoh, kepeleset! Nggak pulang modal nanti keluarga lo," ujar Nayla, matanya masih fokus pada Beca yang kini sudah ada di depannya. Beca memeluk Nayla dengan ketat sangat ketat hingga memb
"Kok pelakor?" Nayla tidak terima. "Ya pelakorlah namanya, kalau lo ditengah-tengah hubungan Raka sama Jenni," kata Tina, membuat Reno yang duduk disampingnya tidak nyaman mendengar. "Dih gila. Pedas banget kalau ngomong kaya cabe rawit," cibir Rangga. Mata Tina memelototinya. Rasanya Tina sudah keterlaluan, tapi Nayla tidak mau memasukkan ke hati. Anggep saja Tina sedang menasehatinya. "Kalau Nayla jadi pelakor, gue jadi pebinor di hubungan mereka," canda Dimas. Hampir saja Beca akan membalas kata-kata Tina dengan cibiran, untungnya Dimas melumerkan suasana. Tapi tetap saja suasananya bikin gerah. "Udah ah, suasananya jadi panas gini. Mendingan kita ke basecamp aja. Mumpung ada alumni juga, itung-itung silahturahmi terakhir." Reno beranjak dari bangkunya diikuti yang lain. "Lo ikut aja,"
"Don, bilang sama semua junior. Gue buka sesi coret-coret tanda tangan gue di seragam mereka. Kalau perlu gue jabanin yang mau fotoan bareng," kata Raka memerintah Doni. Sedetik itu Doni terbelalak, mana pernah Raka mau di ajak fotoan sama cewek. Sok jual tanda tangan lagi. "Ashiaappp!"Begitulah siang itu mereka melakukan aksi coret-coret di baju seragam mereka, walaupun belum tahu hasil pengumuman kelulusan. Magnet seorang Raka sangatlah kuat. Seluruh kaum hawa berlarian mengantri di depan Raka. Sesekali ia melirik Nayla dengan senyum tipis. Teman-temannya merasa ada yang aneh dengan aksi Raka itu. Tapi, karena aksi itu para alumni yang lain pun dapat kesempatan memberikan tanda tangan mereka pada yang lain.Reno sang presiden PA pun sudah dikejar-kejar para fansnya untuk dimintai tanda tangan. Dan mereka sal
"Aku lupa," ucap Raka bohong, kemudian maju kembali ke dekat Nayla. Okay perkataan tadi membuat wajah Nayla merah dan kesal, sekarang Raka sudah ada di dekatnya. Terlalu dekat. "Dimana?" Tatapan Raka membuatnya seperti robot. Nayla menaikan rambut dengan tangannya ke atas terlihat leher panjang Nayla, kupingnya terlihat memerah. Kini giliran Raka yang menahan nafas, dia sulit untuk tidak melirik kebagian gumpalan daging yang ada di bawah kupingnya. "Di kerah," ucap Nayla membuat Raka salah tingkah. Pandangannya turun ke bagian lengan baju Nayla, Raka menekan bibirnya. "Di kerah nggak kelihatan," ucap Raka tiba-tiba. "Emang harus kelihatan ya?" ucap Nayla bingung. "Nama aku mahal. Ak
Raka mengerutkan dahinya. Melihat Beca, Tina, Rangga, Reno dan Dimas. Nayla juga mengajak Dimas? Padahal dia ingin berduaan dengan Nayla. Raka semakin kesal karena Nayla satu mobil dengan Dimas, gadis itu sengaja. Mereka pergi ke warung bakso dekat sekolah. Raka tersenyum datar melihat ekspresi Nayla yang pasang wajah lebih kesal padanya. Sesekali dia melengos untuk membuang jauh rasa kesalnya melihat Nayla lebih banyak tersenyum pada Dimas. "Ka Rangga, nice tag," puji Rangga setengah berbisik, Raka mengerutkan keningnya, "Ukiran hati di baju Nayla," katanya lagi. Raka tertawa. Sekarang tahulah dia penyebab Nayla kesal padanya. "MakasihKa Raka udah mau ajak kita makan bakso, gratis. Lain kali restoran dong. Ya, ya, ya," ujar Beca yang di duduk di samping Nayla. Untungnya Nayla tidak duduk di samping Dimas
Kini ada senyum yang tertahan di bibir Raka, hingga sesaat baru dia sadar handphone-nya berdering. Nayla berusaha melirik dengan cepat, sebelum akhirnya Raka mengangkatnya. Raka hanya mendengarkan orang yang menelpon tanpa bicara, tapi matanya memandang Nayla. Mata mereka saling berpandangan, seolah ada yang ingin dijaga Raka.Gerak-gerik Raka bisa ditebak, Jennifer. Nayla mengalihkan pandangannya, harusnya dia sadar mantannya itu sudah punya pacar. "Yang kamu jangan pakai pakaian minim ya kalau lagi kerja, banyak cowok di sana," ucap Reno."Kamu cemburu?" tanya Tina terang-terangan. Pertanyaan itu harusnya jangan ditanya, ia sedikit keberatan Tina bekerja sebagai DJ. Jujur, ia berterima kasih pada Raka karena memberikan peringatan pada pemilik club untuk memberikan
"Aku nggak lagi main-main. Aku fokus lagi nyetir," jawab Raka dengan sedatar mungkin, matanya mulai menoleh keluar kaca.Nayla masih menunggu jawaban Raka yang serius. Cewek itu mengubah duduknya hingga menghadap Raka. Membuat Raka tidak nyaman dengan tatapan Nayla yang dingin. "Kita jangan ketemu lagi." "Aku nggak boleh? Rangga aja boleh ketemu kamu." "Rangga beda." "Bedanya apa? Kami sama sama cowok, kecuali dia mau ngerubah jenis kelamin. Aku jelas nggak mau." Raka bercanda. "Rangga temen aku, sahabat aku," kata Nayla menegaskan. Ya, dia mau kejelasan. "Dimas ?" "Dia juga sahabat aku," ceplos Nayla tanpa pikir panjang. Ada senyum tipis di bibir Raka, dia terlalu
Jika yang kulakukan adalah kesalahan.maka salahkan aku yang mencintaimu.karena aku tidak mau membohongi diriku.Dua minggu semenjak kelulusan sekolah Nayla tetep diam di rumah tanpa ada rencana untuk keluar rumah. Ingin rasanya cepat-cepat ke hari acara perpisahan sekolah mereka. Nayla ingin bertemu dengan teman-temannya dan setelah apa yang terjadi antara Raka dan dirinya. Setiap hari ia merindukan Raka. Uhhhh... Mungkin terdengar alasan, tapi Nayla tidak mau berbohong pada perasaannya. Raka mulai memberikan kabar, dimana dan sedang apa yang dia lakukan. Layaknya seorang pacar. Termasuk menjemput Jennifer, itu adalah kesempatan untuk Raka bicara pada Jennifer. Dan selalu gagal.Terkadang mereka keluar berdua tanpa ada yang tahu, seakan di dunia hanya milik mereka. Tapi Nayla sadar, ada Jenni yang dia sakiti hingga bahagia itu ta