Beranda / Romansa / Nameless Love / Rasa yang Berlahan Ingin Aku Hilangkan

Share

Rasa yang Berlahan Ingin Aku Hilangkan

Penulis: Bara Shinju
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-22 14:00:00

Boleh kamu berlari, namun jika dia adalah takdirmu untuk kembali. Apa yang bisa kamu lakukan?

"Nimas?!" Suara itu langsung menghentikan langkah ku. Dari arah depan Mas Alshad terburu menghampiriku. Wajahnya penuh dengan ke khawatir.

"Kok di sini?" tanyaku

"Bisa-bisanya kamu sesantai itu. Seharian kamu di mana? Di cariin kayak orang hilang."

"Aku di sini, gak kemana-mana."

"Kenapa chat dan panggilanku tidak di jawab?"

"Tadi di perpustakaan, jadi aku non aktifkan."

"Bikin orang khawatir saja. Aku susah gak tahu kabarmu seharian!"

"Kenapa harus susah sih, Mas. Lawong sudah ada Mbak Nadia, kenapa gak habisin waktu sama dia."

Tanpa peduli aku berjalan lebih dulu. Sebab saat aku menanggapi perkataan dengan hati, itu akan memicu patahnya hati.

Dia perhatian, dia sayang dia memprioritaskanku. Namun dia bukanlah jawaban dari doa-doa yang aku panjatkan. Lalu untuk apa, melanjutkan hubungan yang akhirnya akan mendatangkan luka?

"Hai, Mas lagi ngomong Lo... Malah di lewati gitu saja." Protesnya.

"Iya... Iya... Besok lagi aku akan kasih kabar," balasku

Langkah kami menuju parkiran. Di sana aku menuju ke arah sepedah motorku.

"Bareng sama, Mas aja. Motor mu biar di bawa orang nanti."

"Gak! Aku mau pulang sendiri."

"Kok bantah?!"

"Gak bantah! Aku pengen pulang sendiri. Itu kemauanku!"

Segera aku pakai helm ku, dan bersiap untuk mengemudi.

"Gak! Kamu pulang sama aku!"

Mas Alshad menghadang di depan motorku.

"Mas, jangan kayak anak kecil, deh. Malu di lihatin orang - orang. Di kita aku berantem lagi sama kamu."

"Biarin! Kamu turun! Ikut pulang naik mobil, Mas."

Dengan paksa Mas Alshad menarik tanganku. Sukses meloloskan aku dari kemudi motor. Mencopot helm lalu menarik paksa ke arah mobilnya terparkir.

Aku mencoba melepas genggamannya. Semakin aku mencoba semakin kuat cengkramanya.

"Sakit, Mas..." Ujarku.

Dia tidak tahu, hal itu semakin menyakitkan bagiku. Aku berusaha berlari menjauh, namun dia tidak ingin melepaskan aku.

Andai dia tahu, tidak hanya pergelangan tanganku yang saat ini terluka sebab genggamannya, tapi juga hatiku yang ingin sekali bisa lolos dari semua rasa sesak sebab tidak bisa memilikinya.

"Masuk!"

Dia membuka pintu mobil. Dengan keras dia menatap tajam ke arahku. Tidak peduli dengan rasa sakit dan kesalku.

Mau tidak mau aku pun masak ke dalam mobil. Baru setelah itu dia ke arah lain, masuk di bagian kemudi.

Aku diam, merasai hatiku yang di hantam kepedihan. Tidak peduli ke mana arah mobil ini melaju, aku hanya ingin menyimpan rasa pedihku, berusaha tidak menampakkan rasa yang terpendam.

"Sejauh apapun kamu berlari, Mas akan mengejarmu, Nimas."

Rintik hujan tiba-tiba menjadi backsound kami. Ku lihat kaca mobil mulai basah akan rintikan hujan.

"Kamu itu kenapa? Akhir-akhir ini pengen ngelakuin apa-apa sendiri! Mas sampai bingung lihat perubahan kamu," Mas Alshad masih mengomel panjang lebar.

"Gak kenapa-kenapa. Memang seharusnya begitu, kan?"

"Maksudku, akhir-akhir ini kamu berusaha menghindari Mas. Kamu kayak gak mau lagi di perhatian Mas. Kenapa?"

"Haduh, Mas... Semestinya kamu senang. Bukan kebingungan, Mas. Adik kamu ini sudah dewasa. Sudah bisa pisah sama Mas-nya. Masak iya, mau terus-terusan ngerepotin Masnya,"

"Kamu gak pernah ngerepotin Mas, Nduk. Malah mas bingung kalau kamu ngilang-ngilang kayak gitu. Kamu itu sudah tanggung jawab, Mas. Mana bisa di anggap nyusahin,"

Kewajiban ya? Kewajiban untuk menjaga dan menyayangi hingga aku tidak bisa jatuh cinta kepada laki-laki lainya. Itukah maksudnya?

"Kan mas mau nikah. Ya, Nimas belajar untuk tidak lagi ngerepotin." 

"Apa hubungannya dengan itu, Nimas! Nikah ya Nikah! Gak ada hubungannya dengan kewajibanku." 

"Tapi Nimas juga tidak enak dengan Mbak Nadia. Dia calon istri Mas Alshad. Juga sahabat Nimas. Seharusnya aku tidak lagi terlalu dekat dengan Mas Alshad," 

Ciitt! Mobil mengerim mendadak. 

Aku terkejut. Hampir saja kepalaku menatap dasbor. 

"Apa hubungannya Nimas? Tidak ada hubungannya? Aku nikah, ya nikah! Kita tetap seperti biasanya. Gak akan ada yang berubah. Toh, Nadia juga faham akan itu."

Mas Alshad tidak memahami hal itu. Wajar saja sebab dia tidak memiliki rasa yang sama senganku. Ketakutan akan perasaan cinta yang bisa menjadikan sakit hati untuk lainya. Apalagi jika terjalin hubungan yang tidak semestinya. 

Mas Alshad tidak faham. Jika adiknya ini mencintainya. Dia tidak faham, jika aku berusaha menjaga jarak agar rasa cintaku tidak menghancurkan hubungannya. Hubungan yang menjadi takdirnya. Yang membahagiakan dirinya. 

Bukankah sebaiknya cinta adalah melihat yang di cinta bahagia. Tak apa jika itu bukan lah diri kita. 

"Nimas? Kamu kenapa? Apa asmda masalah? Cerita..." Mas Alshad khawatir saat aku hanya dia saja tidak menjawab perkataannya. 

"Terimakasih, ya Mas. Sudah sejauh ini menjaga, Nimas. Pasti aku banyak nyusahin Mas, ya?'' 

"Tidak. Asal kamu gak lagi ngilang-ngilang kayak tadi," 

Aku mencoba memberikan senyum manis. 

"Kangen, ya?"

"Bukan kangen, Nduk. Tapi mas Khawatir," katanya 

"Oh... Kirain Kangen. Kangennya milik Mbak Nadia semua, ya... Nimas lupa," kecewa tak apa. Sudah sewajarnya. Aku saja yang berharap lebih. 

Mas Alshad tersenyum. Lalu mulai menjalankan mobilnya lagi. Hujan masih betah menurunkan pasukannya. Membasahi bumi yang kering sebelumnya. 

"Kami faham betul, jika mas akan menikah. Kamu juga faham betul, jika Mas tidak akan meninggalkan kewajiban Mas. Sebab itulah, mas juga ingin kamu tahu. Kalau kamu juga kewajiban, Mas juga. Sebab nanti setelah Mas nikah, mas pasti akan di tambahkan banyak kewajiban..."

"Jadi mas merasa kerepotan, dong. Bener apa yang aku pikirkan."

"Bukan, Nimas. Mas malah takut, kalau mas sudah nikah nanti. Mas malah gak bisa jagain kamu seperti ini lagi."

Aku meloloskan nafasku. Jadi benar, mungkin hari-hari ini akan menjadi hari terakhir kami bersama-sama. 

"Gak apa-apa, Mas. Asalkan Mas dan Mbak Nadia bahagia aku juga akan baik-baik saja. Toh, kemana aku akan pergi. Jika tempatku pulang adalah kalian berdua," hiburku. 

Mas Alshad memegang ubun-ubun ku. Mengusap-usap lembut lalu tersenyum. Aku tahu, perkataan ku cukup membuatnya tenang. 

Maaf ya Mas. Setelah pernikahan itu mungkin waktu ku akan ku habiskan sendiri. Akan ku perbanyak kegiatan. Hingga aku tidak merasakan sakit yabg aku pendam. 

Barangkali juga tidak hanya waktu jarak pun ingin aku ciptakan sebab untuk menyembuhkan luka yang dalam perlu tempat yang tenang. Agar kenangan akan ingatan kepedihan berangsur hilang. 

"Jangan pergi-pergi lagi, ya..." Ucap Mas Alshad penuh kasih sayang. Rasanya aku ingin menangis saja saat itu tapi berusaha aku tahan. 

Dia lelaki yang aku sayang. Mengucapkan agar aku tidak pergi dari kehidupannya. Sedangkan takdir kita berkata lain nantinya. 

Aku harus bagaimana, Ya Rabb? Di mana sebenarnya hatiku akan benar berlabuh nantinya? 

Bab terkait

  • Nameless Love    Yang Tak Seharusnya ada

    Bagaimana aku bisa mengatakan, aku kehilanganmu. Jika sampai saat ini aku tidak mendapatkanmu."Oh, iya Mas. Aku tadi ketemu lagi dengan laki-laki yang kapan hari menabrakku," Untuk memecah keheningan aku bercerita tentang Reyhan pada Mas Alshad. Selama ini aku terbiasa menceritakan hari-hariku padanya."Laki-laki mana?""Itu loh, waktu beli cincin, pas kita baru saja keluar dari toko. Terus ada laki-laki kan yang nabrak aku. Itu dia, sekarang dia juga mahasiswa di kampus.""Yang Tuna netra itu? Kok bisa?''"Iya, Namanya Reyhan Ahmad. Hari ini, hari pertama dia kuliah di kampus.""Kok bisa dia kuliah di sana, maksudku dia kan tuna netra.""Aku juga gak faham. Kaget juga tadi pas li

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-24
  • Nameless Love    Pertemuan pertama dengan Nadia

    Walaupun sudah tahu menyakitkan, kenapa tetap ingin kebersamaannya? Kak Nadia mengajakku untuk ikut saat dia dan Mas Alshad fitting baju lamaran mereka. Sudah pastilah pertunangan mereka akan di gelar mewah. Sebab ke dua belah pihak keluarga hanya memiliki satu-satunya putra. Mas Alshad adalah anak tunggal, sedang Mbak Nadia pun sama tunggalnya, sama sepertiku. Kami bertiga seperti saudara yang beda orang tua. Sebelum mengenal Mbak Nadia, mas Alshad hanya memiliki aku sebagai adik perempuannya. Namun setelah aku bersahabat dengan Mbak Nadia, dia pun menambahkan satu adik perempuannya. Jika di tanya, apakah hanya mbak Nadia saja sahabatku? Maka jawabku 'Iya'. Aku banyak tema

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Nameless Love    Pihan yang berbeda

    Ingatlah, jika kamu kehilangannya sesuatu yang berharga maka Alloh pasti akan gantikan sesuatu itu dengan hal yang lebih istimewaAku masih bingung kain mana yang akan aku pilih. Yang cerah kah? Padahal waktu itu akan membuat suram hatiku nantinya. Atau yang gelap? Setidaknya apa yang aku pakai akan mewakili suasana hatiku.Hanya sebuah kain, tidak melambangkan apapun nantinya. Tapi, aku tetap saja kebingungan memilihnya. Selama ini terbiasa tidak memiliki pilihan. Apapun yang aku inginkan sudah ada di depan mata tanpa harus aku kebingungan menimangnya. Misalkan, harus makan apa? Aku tidak pernah di tanya mau makan apa? Mau di masakin apa? Semua tersedia begitu saja. Itu pun sesuai seleraku.Ayah dan Ibu sangat mengerti keinginan putrinya. Tanpa bertanya beliau tahu apa yang aku suka. Aku pun terbiasa menerima tanpa perlu memberikan alasan untuk menolak atau pun merasa kurang cocok.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Nameless Love    Kemarahan yang membuat rasa sayang

    Percayalah Alloh akan menghapus perasaanmu kepada seseorang, jika seseorang itu memang tidak layak untukmu. Aku melirik kearah papar bag di sampingku. Di sana tersimpan kain brokat berwarna sky blue. Ku hela nafas dalam, memejamkan mata lalu melihat arah jalan yang mulai menemukan sunyi. Kurang sepuluh menit toko kain tadi tutup. Aku memutuskan untuk memilih brokat warna sky blue. Mematahkan keinginan Mas Alshad yang memintaku untuk memilih brokat warna nude. "Nimas akan terlihat lebih fress jika menggunakan warna sky blue," kata Reyhan saat itu. "Betul! Tambah bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • Nameless Love    Teman Baik

    Beberapa orang mungkin akan pergi. Beberapa lagi akan tetap tinggal. Kehidupan memang sedang mencari yang paling pantas untuk di perjuangkanDi saat mendekati semester terakhir beragama sekali kegiatan di kampus. Terutama pembuatan skripsi yang menjadi momok tersendiri sehingga membuatku menjadi sangat sibuk. Hal ini dikarenakan membuat skripsi itu ‘rumit’. Mulai dari menentukan topik, judul,melakukan penelitian, dan masih banyak lagi. Hal itu belum lagi jika skripsi tersebut di revisi oleh dosen pembimbing.Tentu akan membuatku mau tidak mau mengerjakan ulang sesuai yang diarahkan dosen pembimbing. Tak hanya itu, waktu untuk bertemu dosen pembimbing tidaklah mudah. Terutama jika dosen merupakan dosen yang sang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Nameless Love    Yang Aku Inginkan

    Setiap keinginan memeliki tujuan dan titik temu yang membuatmu harus memilih jalan kehidupan yang nantinya akan kau tempuh"Aku belum tahu. Kamu mengambil jurusan apa?" tanya Reyhan. "Aku Sastra Indonesia, jadul ya?" Bagi banyak orang jurusan yang aku tempuh tidaklah mumpuni. Membuang-buang waktu, uang dan tenaga. Mereka berpikir jurusan itu paling tinggi akan mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Indonesia dan tidak lebih dari itu. Reyhan tersenyum. Pasti mengiyakan apa yang aku ucapkan. "Aneh sekali. Kamu memilih sesuatu, tapi kamu juga mencela pilihanmu." Ungkapnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Nameless Love    Menjahit Luka

    Jika keberadaan adalah hal yang paling indah. Lalu kenapa kamu masih saja terluka. Dia ada kan? Namun ternyata dialah penyebab luka itu ada. "Kamu sudah menyiapkan modelnya, Nimas?" tanya Mbak Nadia. "Sudah," jawabku dengan senyum tipis. Lagi-lagi aku berada di antara mereka berdua. Mas Alshad dan Mbak Nadia, kembali menghadirkan aku untuk ikut serta dalam proses penjahitan baju untuk pertunangan mereka. Kami bertiga sedang menuju penjahit langganan kami. Mas Alshad mengemudi dan aku dan Mbak Nadia duduk di jok kursi belakang. Mas Alshad sudah seperti memiliki dua istri saja. Kadang matanya te

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Nameless Love    Jatuh Cinta Untuk Sekian Kalinya

    Jatuh cinta itu hal biasa, tapi jatuh cinta berulang-ulang kali pada orang yang sama, itu luar biasa. Hakikat dari perasaan manusia adalah sebuah titipan yang di berikan pada Alloh SWT. Kita tidak tahu, kepada siapa hati kita akan jatuh. Pada siapa pula nantinya hati kita akan patah. Kita tidak bisa memilih, andaikan bisa pasti kita hanya akan memilih pada orang yang memang ditakdirkan untuk kita. Andaikan bisa memilih, kita bisa memilih orang yang jauh dan bahkan tidak terlihat oleh mata kita yang mematahkan hati kita. Sebab dengan begitu rasa patah itu tidak terlalu menyakitkan. Namun, pada akhirnya kita hanya bisa menerima. Kita hanya di minta untuk memiliki rasa, tanpa bisa membantah. "Apa yang kamu baca?" tanya Reyhan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23

Bab terbaru

  • Nameless Love    Takdir Yang Tidak Bisa Aku Lawan

    Aku mungkin bisa bersaing dengan siapapun. Namun aku tidak bisa jika harus melawan takdir yang telah di tentukan oleh Penciptaku."Reyhan? Cowok yang tunanetra itu?" Menanyakan kepastian.Aku mengangguk."Kamu beneran berteman dengannya?" Tanyanya lagi. Seakan tidak percaya jika aku dan Reyhan bisa berteman."Iyapz.. Dia teman yang baik dan cukup menyenangkan," jawabku."Tapi, Nduk apa dia tidak akan menyusahakan kamu. Maksudku dia kan buta. Aku takut kamu hanya dimanfaatkan dia saja,"Aku menggelengkan kepala. Mas Alshad salah besar. Dia belum mengenal reyhan. Andai dia tahu, bahwa pemuda itu cukup membuatku tertarik sebab pemikirannya, mungkin dia akan berkata lain. Bahkan mungkin, sebaliknya. Aku yang sedang memanfaatkan Reyhan."Tidak. Aku senang kok. Dia tidak merepotkan sam

  • Nameless Love    Overprotektif

    Perempuan akan menjadi ratu, saat dia menemukan laki-laki yang tepat dan mencintainya "Nimas, makanan sebanyak ini dari siapa? Alshad?!" Tanya ibu setengah berteriak.Aku baru saja dari kamar mandi dapur. Sengaja meletakkan makanan yang aku dapat dari kantin tadi di meja makan, masih dengan wadahnya.Aku mengambil tiga mangkok dan dua piring. Lalu kembali lagi ke ruang makan."Dari kampus, Bu. Hari ini aku kayak dapat durian runtuh," jawabku sambil meletakkan piring lalu mulai mengambil satu persatu makanan di dalam papar bag. Membuka bungkusan tersebut lalu meletakkan pada piring dan mangkuk."Banyak sekali, Nduk." Ujar Ibu.Aku tersenyum. Aku juga baru tahu jika porsi yang di berikan cukup banyak. Capcay, sate dan satunya gulai ka

  • Nameless Love    Apakah Kamu Pernah Jatuh Cinta?

    Di dunia ini tidak melulu tentang cinta. Banyak hal yang sama indahnya. Yang kadang orang lain tidak faham artinya, seperti nafas yang sampai sekarang kita bisa hirup misalnya. Pesanan kami datang. Siomay dengan jus wortel dan satunya, kentang goreng dengan es teh. Rasanya aku ingin meruntuki diriku sendiri. Seandainya tadi aku langsung mengajak Reyhan tanpa harus menanyakan apa yang ingin ia makan mungkin aku tidak akan memilih makanan yang mungkin sama sekali tidak bisa membuatku kenyang. Ah! Nasi sudah menjadi bubur. Mau bagaimana lagi? Tidak sopan juga kan, andai aku tidak menawari Reyhan. Dia ibarat tamu, jadi aku masih harus bersikap menghormatinya. Pe

  • Nameless Love    Kisah Yang Ia Ceritakan

    Boleh saja kamu mengeluh. Boleh saja kamu tidak menerima keadaan. Namun, jangan sampai kamu mengkhianati takdir Tuhan. Tidak aku sangka, satu pertanyaan yang di lontarkan Reyhan tadi membuat kami diskusi hingga sejauh ini. Aku mulai mengetahui bagaimana dia mulai kehilangan penglihatannya. Dia menceritakan banyak hal tentang keluarga yang senantiasa memberikan banyak semangat dalam hidupnya. Bagaimana mereka terus menjadikan dia orang yang berguna meskipun sudah kehilangan satu panca inderanya. Kisah masa lalu, yang ternyata bandel dan susah di atur. Suka kelayapan bersama teman dan juga nongkrong tidak jelas aturan. Itu semua dia rasakan di saat dia menginjak usia tujuh belas tahun. Masa keemasan seorang anak yang mulai menem

  • Nameless Love    Jatuh Cinta Untuk Sekian Kalinya

    Jatuh cinta itu hal biasa, tapi jatuh cinta berulang-ulang kali pada orang yang sama, itu luar biasa. Hakikat dari perasaan manusia adalah sebuah titipan yang di berikan pada Alloh SWT. Kita tidak tahu, kepada siapa hati kita akan jatuh. Pada siapa pula nantinya hati kita akan patah. Kita tidak bisa memilih, andaikan bisa pasti kita hanya akan memilih pada orang yang memang ditakdirkan untuk kita. Andaikan bisa memilih, kita bisa memilih orang yang jauh dan bahkan tidak terlihat oleh mata kita yang mematahkan hati kita. Sebab dengan begitu rasa patah itu tidak terlalu menyakitkan. Namun, pada akhirnya kita hanya bisa menerima. Kita hanya di minta untuk memiliki rasa, tanpa bisa membantah. "Apa yang kamu baca?" tanya Reyhan.

  • Nameless Love    Menjahit Luka

    Jika keberadaan adalah hal yang paling indah. Lalu kenapa kamu masih saja terluka. Dia ada kan? Namun ternyata dialah penyebab luka itu ada. "Kamu sudah menyiapkan modelnya, Nimas?" tanya Mbak Nadia. "Sudah," jawabku dengan senyum tipis. Lagi-lagi aku berada di antara mereka berdua. Mas Alshad dan Mbak Nadia, kembali menghadirkan aku untuk ikut serta dalam proses penjahitan baju untuk pertunangan mereka. Kami bertiga sedang menuju penjahit langganan kami. Mas Alshad mengemudi dan aku dan Mbak Nadia duduk di jok kursi belakang. Mas Alshad sudah seperti memiliki dua istri saja. Kadang matanya te

  • Nameless Love    Yang Aku Inginkan

    Setiap keinginan memeliki tujuan dan titik temu yang membuatmu harus memilih jalan kehidupan yang nantinya akan kau tempuh"Aku belum tahu. Kamu mengambil jurusan apa?" tanya Reyhan. "Aku Sastra Indonesia, jadul ya?" Bagi banyak orang jurusan yang aku tempuh tidaklah mumpuni. Membuang-buang waktu, uang dan tenaga. Mereka berpikir jurusan itu paling tinggi akan mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Indonesia dan tidak lebih dari itu. Reyhan tersenyum. Pasti mengiyakan apa yang aku ucapkan. "Aneh sekali. Kamu memilih sesuatu, tapi kamu juga mencela pilihanmu." Ungkapnya.

  • Nameless Love    Teman Baik

    Beberapa orang mungkin akan pergi. Beberapa lagi akan tetap tinggal. Kehidupan memang sedang mencari yang paling pantas untuk di perjuangkanDi saat mendekati semester terakhir beragama sekali kegiatan di kampus. Terutama pembuatan skripsi yang menjadi momok tersendiri sehingga membuatku menjadi sangat sibuk. Hal ini dikarenakan membuat skripsi itu ‘rumit’. Mulai dari menentukan topik, judul,melakukan penelitian, dan masih banyak lagi. Hal itu belum lagi jika skripsi tersebut di revisi oleh dosen pembimbing.Tentu akan membuatku mau tidak mau mengerjakan ulang sesuai yang diarahkan dosen pembimbing. Tak hanya itu, waktu untuk bertemu dosen pembimbing tidaklah mudah. Terutama jika dosen merupakan dosen yang sang

  • Nameless Love    Kemarahan yang membuat rasa sayang

    Percayalah Alloh akan menghapus perasaanmu kepada seseorang, jika seseorang itu memang tidak layak untukmu. Aku melirik kearah papar bag di sampingku. Di sana tersimpan kain brokat berwarna sky blue. Ku hela nafas dalam, memejamkan mata lalu melihat arah jalan yang mulai menemukan sunyi. Kurang sepuluh menit toko kain tadi tutup. Aku memutuskan untuk memilih brokat warna sky blue. Mematahkan keinginan Mas Alshad yang memintaku untuk memilih brokat warna nude. "Nimas akan terlihat lebih fress jika menggunakan warna sky blue," kata Reyhan saat itu. "Betul! Tambah bers

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status