Beranda / Romansa / Nameless Love / Jarak Yang Aku Ciptakan

Share

Jarak Yang Aku Ciptakan

Penulis: Bara Shinju
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-21 14:00:00

Simpanlah apa yang engkau pendam. Hingga debarannya hanya engkau dan Alloh saja yang mampu mendengar.

Waktu terus berjalan. Semakin mendekatkan perihal lamaran yang akan datang. Antara Mas Alshad dan Mbak Nadia. Selagi mereka sibuk menyiapkan aku berlari kecil untuk sedikit menghindar. Bukan hanya hatiku yang akan lelah nantinya jika aku terus ikut andil dalam momentum tersebut, tapi juga tubuhku. 

Banyak orang yang mencariku. Namun dengan banyak alasan aku mampu menghindar. Syukurnya setiap alasan tidak menemukan kekosongan. Sebab memang tugas kuliah sedang banyak-banyaknya hingga harus extra waktu untuk mengerjakannya. 

Sering telat pulang dan menghabiskan waktu di perpustakaan kampus untuk mencari  jawaban dari setiap masing-masing tugas yang di berikan. 

Seperti sore ini, aku masih ada di salah satu bangku dekat kaca jendela perpustakaan. Menyelami satu buku yang sejak tadi mengusik untuk aku baca. 

Jika di bilang kenapa harus dekat jendela, jawabnya kerena aku tidak suka kegelapan. Hanya saat terkena sinar matahari lah aku bisa merasa tenang. Alih-alih saat menemukan bosan, aku bisa bergelirya mengedarkan pandangannya ke halaman kampus yang selalu ramai oleh para mahasiswanya. Dari lantai tiga ini pula, aku bisa melihat semua. Mulai dari gedung, orang yang berlalu lalang, hingga langit yang membentang. Indah, apalagi saat senja mengintip dari kejauhan. 

"Permisi, apa aku menganggumu?'' tanya seseorang membangunkan keseriusanku. 

Aku melihat ke arah seseorang yang menyapa. Mataku melebar saat mengingat siapa dirinya. 

"Kamu?" Kataku.

"Maaf, apa kita pernah bertemu?" tanyanya. 

Matanya melihat ke depan. Namun tidak tentu arah memandang ke mana. Tangannya satunya membawa buku tebal dan satunya menyangklong tas ransel dan di telapak tangannya ada tongkat yang ia selalu bawa. 

"Pernah sekali. Tapi tidak apa-apa, silahkan duduk." 

Aku membantu menarik kursi untuk dia duduk. Dengan meraba-raba dia pun bisa duduk sempurna di sebelahku.

"Aku masih baru hari ini masuk. Tapi tidak menyangka jika ada seseorang yang mengenaliku. Apa kamu juga satu kelas denganku?'' tanyanya. 

Aku tetap menggelengkan kepala meskipun dia tidak bisa melihatnya. 

"Tidak. Kita bertemu di tempat lain." 

"Oh iya? Maaf jika aku tidak mengenalimu." 

Aku tersenyum. 

"Bahkan saat pertama kali kita bertemu kamu juga mengucapkan kata maaf," ujarku. 

Dia adalah laki-laki yang sama, yang kapan lalu menabrak ku. 

"Oh iya? Berarti aku melakukan kesalahan kepadamu, dong? Apa aku menabrak mu? Oh, maaf!''

"Hai, tidak apa-apa. Saat itu jalanan memang ramai. Kamu juga baru datang di kota ini, sebab itulah mungkin kamu tersesat. Untungnya ada seorang wanita yang langsung mencarimu." 

"Wah... Kamu ingat kejadiannya. Tapi sayang sekali, aku sudah banyak sekali menabrak orang. Jadi tidak tahu siapa saja orang tersebut.'' 

Aku tertawa mendengarnya. Lucu sekali dia. Ku lihat di pun ikut tertawa. Manis sekali, apalagi wajahnya terkena sinar sang senja dari balik jendela. 

"Siapa namamu?" tanyanya

"Nimas, Nimas Khairun Nisa'. Kamu?" 

"Aku, Rayhan Ahmad. Senang berkenalan denganmu." 

Dia tidak menjelujurkan tangannya saat menanyakan nama. Tidak seperti orang pada umumnya. Bagus juga, dengan begitu aku tidak perlu memberikan alasan untuk menolak uluran tangannya. 

"Kamu teman pertamaku di hari pertama aku masuk kampus. Semoga kamu betah denganku," ujarnya. 

"Semoga, asal kamu juga betah berteman dengan ku." 

Entah mengapa aku merasa nyaman. Seakan sudah kenal sejak lama. Dia tidak membosankan. Pembicara kami juga tidak menemukan titik jenuh. Aku sampai lupa dengan buku yang sedang aku buka di depanku. 

Sejak dia duduk di sampingku. Dia sudah membuka buku tebal miliknya. Di lembar itu seperti lembaran kosong. Tapi di sana, ada titik-titik yang bisa ia raba. Barang kali itu buku khusus tuna netra. 

Yang aku tahu, meskipun tuna netra mereka masih bisa mengandalkan Indra peraba untuk aktifitas mereka. Tidak jarang jika ada seseorang yang menyandang tuna netra tetap bisa mencapai kesuksesan dalam hidup. Mereka masih bisa menulis, membaca dan bahkan berinteraksi seperti orang pada umumnya. Buktinya, Reyhan dia bisa di sini sebagai mahasiswa. Walaupun aku juga belum tahu jurusan apa yang ia dalami. 

Saat sedang melihat aktivitasnya aku pun berhenti untuk bertanya banyak hal. Dia ke sini untuk mencari ketenangan, masak iya aku menganggunya. 

Ku lihat jam di ponsel sudah menunjukkan angka tujuh belas. Waktunya aku pulang. 

Ruangan perpustakaan masih terlihat berpenghuni meskipun hari mulai sunyi. Segera aku mengemasi barang, memasukkan dalam ransel. 

Chat masuk datang dari Mas Alshad. Pasti dia sedang gaduh mendapatkan kabar dariku. Sebab sejak pagi aku sudah membuat dia kehilangan jejak kabarku. Mbak Nadia pun juga tidak aku hubungi pun tidak aku beritahu tentang keberadaanku. 

Sebaiknya aku menghindar, belajar untuk tanpanya lagi. Sulit memang, tapi harus aku jalani. 

"Aku pulang dulu, ya.... Kamu tidak apa-apa di sini sendirian?" 

"Pulang?" 

Rayhan seperti terkejut mendengar pamitku. 

"Iya... Aku sudah tiga jam di sini. Sudah sore juga. Apa kamu perlu bantuan? Barang kali ada sesuatu yang kamu butuhkan?" tawar ku. 

Dia pasti kesulitan ada di lingkungan yang baru. Jadi tidak tega meninggalkan dia sendirian. 

"Tidak. Aku baik-baik saja di sini. Kamu pulanglah, hati-hati di jalan." 

Aku kira dia akan meminta bantuan. Tapi nyatanya malah membiarkan aku pulang. 

"Baikalah, selamat tinggal." 

"Jangan ucapkan selamat tinggal," bantahnya

Aku yang akan beranjak pergi tertahan dengan perkataannya. Matanya mungkin tidak melihat ke arahku, tapi perkataannya itu adalah untukku. 

"Kenapa?''

"Selamat tinggal hanya untuk mereka yang tidak ingin lagi bertemu. Sedang aku, ingin bertemu lagi denganmu." 

"Ooh," 

"Sampai  jumpa," ujarnya. 

"Sampai juga juga, Rayhan. Semoga harimu menyenangkan," balasku. 

"Assalamualaikum," salamnya.

"Waaikumsalam," 

"Hati-hati,ya!" Kata Reyhan. 

Aku tersenyum. Heran saja, dia tidak bisa melihat ku. Tapi pandangan selalu tepat ke arahku. Barang kali kelebihan itu lah yang membuat dia bisa ada di universitas normal di sini. 

"Terimakasih, kamu juga hati-hati." Balasku dengan melambaikan tangan. Salam perpisahan. 

Barulah aku beranjak meninggalkan dirinya. Bertemu dengannya mungkin sudah menjadi takdir ku hari ini. Orang yang menyenangkan pun membuatku mengerti suatu hal. Bahwa siapapun kamu, pasti akan bertemu dengan seseorang yang ingin bertemu dengan mu lagi di lain waktu. 

Suasana koridor kampus cukup mencekam saat sore hari. Terlebih letak perpustakaan yang ada di lantai atas. Harus melewati beberapa anak tangga untuk sampai ke lantai dasar. 

Jika seseorang yang parno pastilah takut untuk melewati tangga-tangga tersebut. Selain hanya kaki detak kaki saja yang terdengar. Susunan tangga yang memutar membuat halusinasi adanya seseorang yang akan kita temui di balik belokan tangga selanjutnya. Namun ternyata masih sendiri, tidak ada seorang pun. 

Sampai di lantai dasar hati mulai tenang. Kembali terdengar suara riuh orang berbincang dan mengelak tawa. Mahasiswa lainya ada juga yang masih betah di depan kelas-kelas mereka sambil melihat pertandingan basket di lapangan kampus. 

Aku jadi penasaran, bagaimana Reyhan sampai di perpustakaan tadi? Sedang dia baru pertama kali berada di wilayah ini. 

Ah! Barangkali dia meminta tolong seseorang untuk mengantar di ke sana. Di lihat juga dia bukan tipe orang yang pendiam. 

Bab terkait

  • Nameless Love    Rasa yang Berlahan Ingin Aku Hilangkan

    Boleh kamu berlari, namun jika dia adalah takdirmu untuk kembali. Apa yang bisa kamu lakukan? "Nimas?!" Suara itu langsung menghentikan langkah ku. Dari arah depan Mas Alshad terburu menghampiriku. Wajahnya penuh dengan ke khawatir."Kok di sini?" tanyaku"Bisa-bisanya kamu sesantai itu. Seharian kamu di mana? Di cariin kayak orang hilang.""Aku di sini, gak kemana-mana.""Kenapa chat dan panggilanku tidak di jawab?""Tadi di perpustakaan, jadi aku non aktifkan.""Bikin orang khawatir saja. Aku susah gak tahu kabarmu seharian!""Kenapa harus susah sih, Mas. Lawong sudah ada Mbak Nadia, kenapa gak habisin waktu sama dia." Tanpa peduli aku berjalan lebih dulu. Sebab saat aku menanggapi perkataan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • Nameless Love    Yang Tak Seharusnya ada

    Bagaimana aku bisa mengatakan, aku kehilanganmu. Jika sampai saat ini aku tidak mendapatkanmu."Oh, iya Mas. Aku tadi ketemu lagi dengan laki-laki yang kapan hari menabrakku," Untuk memecah keheningan aku bercerita tentang Reyhan pada Mas Alshad. Selama ini aku terbiasa menceritakan hari-hariku padanya."Laki-laki mana?""Itu loh, waktu beli cincin, pas kita baru saja keluar dari toko. Terus ada laki-laki kan yang nabrak aku. Itu dia, sekarang dia juga mahasiswa di kampus.""Yang Tuna netra itu? Kok bisa?''"Iya, Namanya Reyhan Ahmad. Hari ini, hari pertama dia kuliah di kampus.""Kok bisa dia kuliah di sana, maksudku dia kan tuna netra.""Aku juga gak faham. Kaget juga tadi pas li

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-24
  • Nameless Love    Pertemuan pertama dengan Nadia

    Walaupun sudah tahu menyakitkan, kenapa tetap ingin kebersamaannya? Kak Nadia mengajakku untuk ikut saat dia dan Mas Alshad fitting baju lamaran mereka. Sudah pastilah pertunangan mereka akan di gelar mewah. Sebab ke dua belah pihak keluarga hanya memiliki satu-satunya putra. Mas Alshad adalah anak tunggal, sedang Mbak Nadia pun sama tunggalnya, sama sepertiku. Kami bertiga seperti saudara yang beda orang tua. Sebelum mengenal Mbak Nadia, mas Alshad hanya memiliki aku sebagai adik perempuannya. Namun setelah aku bersahabat dengan Mbak Nadia, dia pun menambahkan satu adik perempuannya. Jika di tanya, apakah hanya mbak Nadia saja sahabatku? Maka jawabku 'Iya'. Aku banyak tema

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Nameless Love    Pihan yang berbeda

    Ingatlah, jika kamu kehilangannya sesuatu yang berharga maka Alloh pasti akan gantikan sesuatu itu dengan hal yang lebih istimewaAku masih bingung kain mana yang akan aku pilih. Yang cerah kah? Padahal waktu itu akan membuat suram hatiku nantinya. Atau yang gelap? Setidaknya apa yang aku pakai akan mewakili suasana hatiku.Hanya sebuah kain, tidak melambangkan apapun nantinya. Tapi, aku tetap saja kebingungan memilihnya. Selama ini terbiasa tidak memiliki pilihan. Apapun yang aku inginkan sudah ada di depan mata tanpa harus aku kebingungan menimangnya. Misalkan, harus makan apa? Aku tidak pernah di tanya mau makan apa? Mau di masakin apa? Semua tersedia begitu saja. Itu pun sesuai seleraku.Ayah dan Ibu sangat mengerti keinginan putrinya. Tanpa bertanya beliau tahu apa yang aku suka. Aku pun terbiasa menerima tanpa perlu memberikan alasan untuk menolak atau pun merasa kurang cocok.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Nameless Love    Kemarahan yang membuat rasa sayang

    Percayalah Alloh akan menghapus perasaanmu kepada seseorang, jika seseorang itu memang tidak layak untukmu. Aku melirik kearah papar bag di sampingku. Di sana tersimpan kain brokat berwarna sky blue. Ku hela nafas dalam, memejamkan mata lalu melihat arah jalan yang mulai menemukan sunyi. Kurang sepuluh menit toko kain tadi tutup. Aku memutuskan untuk memilih brokat warna sky blue. Mematahkan keinginan Mas Alshad yang memintaku untuk memilih brokat warna nude. "Nimas akan terlihat lebih fress jika menggunakan warna sky blue," kata Reyhan saat itu. "Betul! Tambah bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • Nameless Love    Teman Baik

    Beberapa orang mungkin akan pergi. Beberapa lagi akan tetap tinggal. Kehidupan memang sedang mencari yang paling pantas untuk di perjuangkanDi saat mendekati semester terakhir beragama sekali kegiatan di kampus. Terutama pembuatan skripsi yang menjadi momok tersendiri sehingga membuatku menjadi sangat sibuk. Hal ini dikarenakan membuat skripsi itu ‘rumit’. Mulai dari menentukan topik, judul,melakukan penelitian, dan masih banyak lagi. Hal itu belum lagi jika skripsi tersebut di revisi oleh dosen pembimbing.Tentu akan membuatku mau tidak mau mengerjakan ulang sesuai yang diarahkan dosen pembimbing. Tak hanya itu, waktu untuk bertemu dosen pembimbing tidaklah mudah. Terutama jika dosen merupakan dosen yang sang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Nameless Love    Yang Aku Inginkan

    Setiap keinginan memeliki tujuan dan titik temu yang membuatmu harus memilih jalan kehidupan yang nantinya akan kau tempuh"Aku belum tahu. Kamu mengambil jurusan apa?" tanya Reyhan. "Aku Sastra Indonesia, jadul ya?" Bagi banyak orang jurusan yang aku tempuh tidaklah mumpuni. Membuang-buang waktu, uang dan tenaga. Mereka berpikir jurusan itu paling tinggi akan mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Indonesia dan tidak lebih dari itu. Reyhan tersenyum. Pasti mengiyakan apa yang aku ucapkan. "Aneh sekali. Kamu memilih sesuatu, tapi kamu juga mencela pilihanmu." Ungkapnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Nameless Love    Menjahit Luka

    Jika keberadaan adalah hal yang paling indah. Lalu kenapa kamu masih saja terluka. Dia ada kan? Namun ternyata dialah penyebab luka itu ada. "Kamu sudah menyiapkan modelnya, Nimas?" tanya Mbak Nadia. "Sudah," jawabku dengan senyum tipis. Lagi-lagi aku berada di antara mereka berdua. Mas Alshad dan Mbak Nadia, kembali menghadirkan aku untuk ikut serta dalam proses penjahitan baju untuk pertunangan mereka. Kami bertiga sedang menuju penjahit langganan kami. Mas Alshad mengemudi dan aku dan Mbak Nadia duduk di jok kursi belakang. Mas Alshad sudah seperti memiliki dua istri saja. Kadang matanya te

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19

Bab terbaru

  • Nameless Love    Takdir Yang Tidak Bisa Aku Lawan

    Aku mungkin bisa bersaing dengan siapapun. Namun aku tidak bisa jika harus melawan takdir yang telah di tentukan oleh Penciptaku."Reyhan? Cowok yang tunanetra itu?" Menanyakan kepastian.Aku mengangguk."Kamu beneran berteman dengannya?" Tanyanya lagi. Seakan tidak percaya jika aku dan Reyhan bisa berteman."Iyapz.. Dia teman yang baik dan cukup menyenangkan," jawabku."Tapi, Nduk apa dia tidak akan menyusahakan kamu. Maksudku dia kan buta. Aku takut kamu hanya dimanfaatkan dia saja,"Aku menggelengkan kepala. Mas Alshad salah besar. Dia belum mengenal reyhan. Andai dia tahu, bahwa pemuda itu cukup membuatku tertarik sebab pemikirannya, mungkin dia akan berkata lain. Bahkan mungkin, sebaliknya. Aku yang sedang memanfaatkan Reyhan."Tidak. Aku senang kok. Dia tidak merepotkan sam

  • Nameless Love    Overprotektif

    Perempuan akan menjadi ratu, saat dia menemukan laki-laki yang tepat dan mencintainya "Nimas, makanan sebanyak ini dari siapa? Alshad?!" Tanya ibu setengah berteriak.Aku baru saja dari kamar mandi dapur. Sengaja meletakkan makanan yang aku dapat dari kantin tadi di meja makan, masih dengan wadahnya.Aku mengambil tiga mangkok dan dua piring. Lalu kembali lagi ke ruang makan."Dari kampus, Bu. Hari ini aku kayak dapat durian runtuh," jawabku sambil meletakkan piring lalu mulai mengambil satu persatu makanan di dalam papar bag. Membuka bungkusan tersebut lalu meletakkan pada piring dan mangkuk."Banyak sekali, Nduk." Ujar Ibu.Aku tersenyum. Aku juga baru tahu jika porsi yang di berikan cukup banyak. Capcay, sate dan satunya gulai ka

  • Nameless Love    Apakah Kamu Pernah Jatuh Cinta?

    Di dunia ini tidak melulu tentang cinta. Banyak hal yang sama indahnya. Yang kadang orang lain tidak faham artinya, seperti nafas yang sampai sekarang kita bisa hirup misalnya. Pesanan kami datang. Siomay dengan jus wortel dan satunya, kentang goreng dengan es teh. Rasanya aku ingin meruntuki diriku sendiri. Seandainya tadi aku langsung mengajak Reyhan tanpa harus menanyakan apa yang ingin ia makan mungkin aku tidak akan memilih makanan yang mungkin sama sekali tidak bisa membuatku kenyang. Ah! Nasi sudah menjadi bubur. Mau bagaimana lagi? Tidak sopan juga kan, andai aku tidak menawari Reyhan. Dia ibarat tamu, jadi aku masih harus bersikap menghormatinya. Pe

  • Nameless Love    Kisah Yang Ia Ceritakan

    Boleh saja kamu mengeluh. Boleh saja kamu tidak menerima keadaan. Namun, jangan sampai kamu mengkhianati takdir Tuhan. Tidak aku sangka, satu pertanyaan yang di lontarkan Reyhan tadi membuat kami diskusi hingga sejauh ini. Aku mulai mengetahui bagaimana dia mulai kehilangan penglihatannya. Dia menceritakan banyak hal tentang keluarga yang senantiasa memberikan banyak semangat dalam hidupnya. Bagaimana mereka terus menjadikan dia orang yang berguna meskipun sudah kehilangan satu panca inderanya. Kisah masa lalu, yang ternyata bandel dan susah di atur. Suka kelayapan bersama teman dan juga nongkrong tidak jelas aturan. Itu semua dia rasakan di saat dia menginjak usia tujuh belas tahun. Masa keemasan seorang anak yang mulai menem

  • Nameless Love    Jatuh Cinta Untuk Sekian Kalinya

    Jatuh cinta itu hal biasa, tapi jatuh cinta berulang-ulang kali pada orang yang sama, itu luar biasa. Hakikat dari perasaan manusia adalah sebuah titipan yang di berikan pada Alloh SWT. Kita tidak tahu, kepada siapa hati kita akan jatuh. Pada siapa pula nantinya hati kita akan patah. Kita tidak bisa memilih, andaikan bisa pasti kita hanya akan memilih pada orang yang memang ditakdirkan untuk kita. Andaikan bisa memilih, kita bisa memilih orang yang jauh dan bahkan tidak terlihat oleh mata kita yang mematahkan hati kita. Sebab dengan begitu rasa patah itu tidak terlalu menyakitkan. Namun, pada akhirnya kita hanya bisa menerima. Kita hanya di minta untuk memiliki rasa, tanpa bisa membantah. "Apa yang kamu baca?" tanya Reyhan.

  • Nameless Love    Menjahit Luka

    Jika keberadaan adalah hal yang paling indah. Lalu kenapa kamu masih saja terluka. Dia ada kan? Namun ternyata dialah penyebab luka itu ada. "Kamu sudah menyiapkan modelnya, Nimas?" tanya Mbak Nadia. "Sudah," jawabku dengan senyum tipis. Lagi-lagi aku berada di antara mereka berdua. Mas Alshad dan Mbak Nadia, kembali menghadirkan aku untuk ikut serta dalam proses penjahitan baju untuk pertunangan mereka. Kami bertiga sedang menuju penjahit langganan kami. Mas Alshad mengemudi dan aku dan Mbak Nadia duduk di jok kursi belakang. Mas Alshad sudah seperti memiliki dua istri saja. Kadang matanya te

  • Nameless Love    Yang Aku Inginkan

    Setiap keinginan memeliki tujuan dan titik temu yang membuatmu harus memilih jalan kehidupan yang nantinya akan kau tempuh"Aku belum tahu. Kamu mengambil jurusan apa?" tanya Reyhan. "Aku Sastra Indonesia, jadul ya?" Bagi banyak orang jurusan yang aku tempuh tidaklah mumpuni. Membuang-buang waktu, uang dan tenaga. Mereka berpikir jurusan itu paling tinggi akan mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Indonesia dan tidak lebih dari itu. Reyhan tersenyum. Pasti mengiyakan apa yang aku ucapkan. "Aneh sekali. Kamu memilih sesuatu, tapi kamu juga mencela pilihanmu." Ungkapnya.

  • Nameless Love    Teman Baik

    Beberapa orang mungkin akan pergi. Beberapa lagi akan tetap tinggal. Kehidupan memang sedang mencari yang paling pantas untuk di perjuangkanDi saat mendekati semester terakhir beragama sekali kegiatan di kampus. Terutama pembuatan skripsi yang menjadi momok tersendiri sehingga membuatku menjadi sangat sibuk. Hal ini dikarenakan membuat skripsi itu ‘rumit’. Mulai dari menentukan topik, judul,melakukan penelitian, dan masih banyak lagi. Hal itu belum lagi jika skripsi tersebut di revisi oleh dosen pembimbing.Tentu akan membuatku mau tidak mau mengerjakan ulang sesuai yang diarahkan dosen pembimbing. Tak hanya itu, waktu untuk bertemu dosen pembimbing tidaklah mudah. Terutama jika dosen merupakan dosen yang sang

  • Nameless Love    Kemarahan yang membuat rasa sayang

    Percayalah Alloh akan menghapus perasaanmu kepada seseorang, jika seseorang itu memang tidak layak untukmu. Aku melirik kearah papar bag di sampingku. Di sana tersimpan kain brokat berwarna sky blue. Ku hela nafas dalam, memejamkan mata lalu melihat arah jalan yang mulai menemukan sunyi. Kurang sepuluh menit toko kain tadi tutup. Aku memutuskan untuk memilih brokat warna sky blue. Mematahkan keinginan Mas Alshad yang memintaku untuk memilih brokat warna nude. "Nimas akan terlihat lebih fress jika menggunakan warna sky blue," kata Reyhan saat itu. "Betul! Tambah bers

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status