Beranda / Romansa / Nama Putriku Nama Mantannya / 22. Kebingungan Sulthan 2

Share

22. Kebingungan Sulthan 2

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

@Ida

{Assalamu’alaikum}

Hening sesaat ...

@Ida

{Halo, Assalamu’alaikum maaf ini dengan siapa?}

“Ayuk dong Than, ngomong masa gugup kaya gitu malu-maluin katanya Bos, tapi ngomong sama istrinya gagap gitu!” ledek Agnes.

“Agnes ini si Ida yang angkat!” ucapnya bahagia

“Cepat bicara!”

“Iya bawel, sana pergi jangan nguping!” hardiknya kesal.

@Ida

{Halo siapa ini, kalau nggak jawab saya tutup}

@Sulthan

{Eh jangan di tutup dulu ini dengan saya}

@Ida

{Saya siapa saya nggak kenal, maaf salah sambung}

@Sulthan

{Tunggu dulu jangan ditutup , ini dengan suamimu, Sulthan}

@Ida

{Sulthan, Anda jangan main-main ya, suami saya itu tidak suka-suka basa-basi seperti ini, dari mana Anda mendapatkan nomor saya, siapa Anda sebenarnya?}

@Sulthan

{Sayyidah Latifah ini dengan suamimu Sulthan Yazid Zidan yang tampan nan rupawan, kamu nggak kenal dengan suara khas ku?}

@Ida

{Ma...Mas Sulthan benaran ini kamu, atau aku lagi mengkhayal ya?”}

@Sulthan

{Iya ini saya suami mu, apa perku kita video call saja agar ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nama Putriku Nama Mantannya    23. Kenyataan Pahit

    Umi Syifa melihat Ida yang sedang duduk di ruang tengah sejenak melamun , tanpa menghiraukan kedatangan Umi Syifa dan membuatnya bingung.“Kamu lagi mikirin apa sih Da, serius amat?” tanya Umi Sifa yang sudah duduk di sampingnya.“Eh, Umi nggak apa-apa kok!” jawab Ida tersenyum.“Oh ya Umi, tadi Mas Sulthan telepon katanya dia pulang agak malam soalnya dia mau ke tempat Agnes dulu ada perlu kali sama Mas Iqbal,” jelasnya sembari bermain dengan Baby Salsa dan menulis.“Oh iya, nggak apa yang penting dia ngabarin orang rumah!” ucap Umi Syifa.“Eh tunggu dulu, ini maksudnya dia kasih tahu kamu langsung, berarti Sulthan telepon kamu, bukannya dia nggak punya nomor ponselmu?” Berarti dia mulai mencair, ”ucap Umi bahagia.“Es kali Umi cair!”“Maksud Umi apa sih, nggak ngerti!” ucapnya pura-pura tidak tahu.“Terus dapat dari mana dong nomor ponselmu?”“Dan yang paling mengesankan dia tidak mengabari Umi lagi tetapi langsung ke istrinya,” goda Umi Syifa.“Paling dapat dari Agnes, Umi,” sahu

  • Nama Putriku Nama Mantannya    24. Terbongkarnya Masa Lalu Sulthan

    “Umi!”“Umi ... sadar Umi, maafkan Ida sudah membuat Umi syok!” ucap Ida yang merasa bersalah karena telah membuat Umi Syifa hampir mau pingsan.“Iya, Sayang Umi nggak apa-apa,” ucap Umi pelan.“Mbak minum dulu airnya,” sahut Tante Mayang yang segera mengambilkan segelas air putih untuk Umi Syifa.“Terima kasih, May!” ucap Umi Syifa.“Maaf Umi, jangan sakit lagi Ida jadi takut kalau Umi sakit!” ucapnya sedih.“Nggak Sayang, Umi hanya syok saat kamu bilang tadi kalau Fina sudah berani datang ke rumah sakit, malah pas kamu sakit lagi, apa maunya dia itu!” sahutnya kesal.“Tapi bagaimana kamu tahu kalau dia itu Fina?” tanya Tante Mayang penasaran.“Ya saat dia bilang namanya Fina, dan teman kuliahnya dulu,” jawab Ida.Dia bilang kalau nanti saat Mas Sulthan ulang tahun dia ingin datang ke rumah ini untuk memberikan kejutan, gitu katanya Umi!” jelas Ida tersenyum.“Lah, terus kamu bilang apa, sama wanita itu?” tanya Tante Mayang penasaran.“Ya Ida bilang saja, nggak apa-apa kalau dia mau

  • Nama Putriku Nama Mantannya    25. Bertemu Geng Motor

    Sebelum datangnya salat magrib mereka akan belajar mengaji. Ada dua puluh anak jalanan yang ditampung oleh Igbal.Mereka selain di sekolahkan juga diperkerjakan di sebuah warung makan yang dibuat oleh Iqbal, selain mendapatkan gaji mereka ikut membantu melayani pesanan.Iqbal membuka warung makan seperti nasi campur dan soto ayam, ada juga jajanan pasar. Rata-rata anak jalanan yang di tampung Iqbal adalah mereka yang tidak mempunyai orang tua , atau hanya ada salah satunya yang memang betul-betul membutuhkan pekerjaan untuk kehidupan sehari-harinya.Umi Salma yang juga mertua Iqbal sekaligus Uminya Agnes membantu mengawasi warung dan sesekali turun tangan memasak.Beliau walaupun sudah berusia lanjut, tetapi tenaga dan pikiran masih kuat dan awet muda, sehingga beliau mampu mengurus warung makan yang di dirikan oleh Iqbal.“Om, belajar ngaji juga ya di sini atau ada maksud lain?” tanya salah satu murid Iqbal yang terkenal keponya melebihi emak-emak gang depan kompleks.“Memang nggak

  • Nama Putriku Nama Mantannya    26. Bertemu Teman Lama

    “Kamu lupa sama aku, Than temanmu di Yogya!” “Kita kan satu jurusan tetapi aku balik sebentar ke Jakarta setelah ayahku meninggal, lalu aku memutuskan pindah kuliah ke luar negeri, masih ingat?” tanyanya bersemangat.Sulthan sembari mengingat-ingat teman-teman kuliahnya dulu.“Oh iya kamu Abbas Anggara, ‘kan!” tanya Sulthan memastikan.“Iya betul sekali, apa kabar Bro!” tanya Abbas bersemangat.“Alhamdulillah baik, seperti kamu lihat!” jawabnya tersenyum.“Terus kamu lagi ngapain, dan mereka siapa ini siapa kok kamu ikat begini?” tanya Abbas bingung.“Lagi mainan kejar-kejaran dengan mereka, eh ternyata bawa senjata jadi nggak asyik!” canda Sulthan.“Om, lepaskan kami!”“Kami janji nggak buat ulah lagi, nanti kalau orang tua kami tahu bisa-bisa kami nggak boleh berteman lagi, ucap salah satu rekannya sembari menangis terisak-isak.“Makanya kalian itu masih muda sudah berbuat nekat seperti ini, mau jadi apa kalian nanti, kalau sudah nakal seperti ini?”“Coba kalau orang lain dan kamu

  • Nama Putriku Nama Mantannya    27. Paras Cantik Ida

    “Oh ya kamu nggak menikah lagi setelah kepergian istri dan anakmu?” selidik Sulthan.“Nah itu aku masih bingung, entahlah!”“Bro, kamu percaya nggak sih kalau cinta itu bisa datang kembali dengan rasa yang sama?” tanya Abbas membuat bingung Sulthan.“Maksudmu?”“Begini Bro, aku baru saja balik ke Indonesia dua hari yang lalu.” “Terus?” “Ya aku melihat wajah itu yang mengingatkan istriku, cara dia tersenyum, tutur katanya, jalannya, suaranya semuanya hampir sama seperti copy paste !” “Kamu percaya nggak sih kalau kita mempunyai kesempatan kedua?” tanya Abbas tersenyum bahagia.“Bro, jika aku tidak percaya mana mungkin sampai setengah mati ingin mendapatkan cinta dari istriku!” sahut Sulthan antusias.“Iya juga sih, hahaha ...” tawa Abbas seketika membuat Sulthan jengkel.“Siapa sih , boleh lihat nggak foto mendiang istrimu dan wanita yang katamu sama dengannya,” tanya Sulthan curiga.“Nantilah Bro, tunggu saja tanggal mainnya, jika memang dia mau juga sama aku, baru aku akan kenala

  • Nama Putriku Nama Mantannya    28. Bermain Kejar-Kejaran

    “Bu-bukan begitu Mas ... ma-maaf Mas nggak sengaja! “jawabnya tambah grogi.“Terus apa dong, itu sama saja mencari kesempatan dalam kesempitan!”“Terus ...apanya yang sempit Mas?”“Buktinya kamu masih menempel di badanku, nggak mau lepas seperti ulat keket nemplok di daun!” “Kan Mas sendiri yang tarik, bukan Ida loh Mas?”“Terus kamu suka juga kan?”“Kalau Mas pasti juga dong, buktinya Mas tarik Ida jatuh deh dipelukan Mas Sulthan!”“Terus kamu mau nya apa sih?”“Aku maunya Mas selalu ada di sisiku baik suka maupun duka, sudah cukup main kucing-kucingannya, nggak capek apa, makan tuh gengsinya gede amat sih!” jawab Ida spontan membuat Sulthan terdiam sesaat.“Jadi menurutmu aku ini kucing garong gitu, wajah tampan nan rupawan, kulit coklat eksotis begini kamu bilang kucing garong!” hardik Sulthan kesal.“Ada kali kucing garong coklat berwujud manusia!” balas Ida tak mau kalah.“Oke, sekarang akan aku tunjukkan kucing garong ini beraksi, sampai di mana kamu bisa membalas seranganku!”

  • Nama Putriku Nama Mantannya    29. Kado Terindah Dari Sulthan

    “Ya kaget aja sih, Mas nggak lagi sakit kan?” tanya Ida lagi yang masih tidak percaya dengan ucapan suaminya itu.“Ya Allah istriku lama-lama aku jadi nggak waras, sudah bilang cinta dibilang bohong, nanti kalau nggak nyatakan cinta nggak pekalah, nggak perhatian, dasar wanita!” celetuk kesal.“Ya maaf Mas, cuma kan beda banget dirimu yang dulu sama yang sekarang lebih gimana gitu?” ucapnya manja.“Cuma gitu doang, nggak asyik ah!” sahutnya lagi yang melihat ekspresi Ida yang tidak begitu datar.“Memangnya harus bagaimana, Mas?” tanyanya pura-pura lugu.“Wah ternyata dia nggak peka juga dipeluk kek, dikecup kek, masa gitu harus diomongin dulu!” gerutunya dalam hati.“Pasti kamu mau minta dipeluk kan, kelihatan kok jiwamu meronta-ronta, memang enak siapa suruh kamu cuekkin aku selama ini, baru tahu kan pesonaku Mas?” ucapnya dalam hati tertawa.“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan sama kamu!” ucapnya lagi gugup.“Iya Mas, katakan saja!” sahut Ida yang mulai penasaran.“Da, aku mau me

  • Nama Putriku Nama Mantannya    30. Rencana Ulang Tahun

    Ida lalu mencoba berdiri, namun rasanya sangat aneh mengapa dirinya sakit dan letih seakan-akan baru melakukan pekerjaan berat.Namun suara ketukan pintu itu berulang-ulang membuat Ida harus memaksakan dirinya untuk bangun dan segera ingin membuka pintu kamar itu.Dengan berjalan tertatih-tatih menghampiri pintu dan membukanya dengan cepat.Umi Syifa terkejut melihat Ida dalam keadaan belum rapi dan berantakan. Biasanya jam tujuh pagi Ida sudah siap menyambut mereka di meja makan walau hari Sabtu dan Minggu.“Sayang, kamu sakit!?” “Kenapa kamu berantakan seperti ini, ada apa Sayang?” tanya Umi Syifa yang sedikit panik dan karena merasa khawatir dia langsung masuk ke dalam kamar mereka.Betapa terkejutnya saat melihat kamar mereka yang selalu rapi, kini terlihat berantakan seperti kapal pecah dan Sulthan tidur dengan tengkurap dengan bertelanjang dada.“Mas, bangun!”“Mas!” ucap Ida sembari mengguncang-guncang badannya agar bangun.“Ada apa sih, Sayang?”“Belum puas yang tadi malam, m

Bab terbaru

  • Nama Putriku Nama Mantannya    104. Kisah Terakhir (TAMAT)

    Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi

  • Nama Putriku Nama Mantannya    103. Pengorbanan Fina

    Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se

  • Nama Putriku Nama Mantannya    102. Perkelahian

    “Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb

  • Nama Putriku Nama Mantannya    101. Kenyataan Yang Pahit

    “Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj

  • Nama Putriku Nama Mantannya    100. Pengakuan Abbas

    “Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada

  • Nama Putriku Nama Mantannya    99. Balas Dendam

    “Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma

  • Nama Putriku Nama Mantannya    98. Siksaan

    Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu

  • Nama Putriku Nama Mantannya    97. Kebenaran Yang Hampir Terkuak

    Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo

  • Nama Putriku Nama Mantannya    96. Kecelakaan

    Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...

DMCA.com Protection Status