“Oh ya kamu nggak menikah lagi setelah kepergian istri dan anakmu?” selidik Sulthan.“Nah itu aku masih bingung, entahlah!”“Bro, kamu percaya nggak sih kalau cinta itu bisa datang kembali dengan rasa yang sama?” tanya Abbas membuat bingung Sulthan.“Maksudmu?”“Begini Bro, aku baru saja balik ke Indonesia dua hari yang lalu.” “Terus?” “Ya aku melihat wajah itu yang mengingatkan istriku, cara dia tersenyum, tutur katanya, jalannya, suaranya semuanya hampir sama seperti copy paste !” “Kamu percaya nggak sih kalau kita mempunyai kesempatan kedua?” tanya Abbas tersenyum bahagia.“Bro, jika aku tidak percaya mana mungkin sampai setengah mati ingin mendapatkan cinta dari istriku!” sahut Sulthan antusias.“Iya juga sih, hahaha ...” tawa Abbas seketika membuat Sulthan jengkel.“Siapa sih , boleh lihat nggak foto mendiang istrimu dan wanita yang katamu sama dengannya,” tanya Sulthan curiga.“Nantilah Bro, tunggu saja tanggal mainnya, jika memang dia mau juga sama aku, baru aku akan kenala
“Bu-bukan begitu Mas ... ma-maaf Mas nggak sengaja! “jawabnya tambah grogi.“Terus apa dong, itu sama saja mencari kesempatan dalam kesempitan!”“Terus ...apanya yang sempit Mas?”“Buktinya kamu masih menempel di badanku, nggak mau lepas seperti ulat keket nemplok di daun!” “Kan Mas sendiri yang tarik, bukan Ida loh Mas?”“Terus kamu suka juga kan?”“Kalau Mas pasti juga dong, buktinya Mas tarik Ida jatuh deh dipelukan Mas Sulthan!”“Terus kamu mau nya apa sih?”“Aku maunya Mas selalu ada di sisiku baik suka maupun duka, sudah cukup main kucing-kucingannya, nggak capek apa, makan tuh gengsinya gede amat sih!” jawab Ida spontan membuat Sulthan terdiam sesaat.“Jadi menurutmu aku ini kucing garong gitu, wajah tampan nan rupawan, kulit coklat eksotis begini kamu bilang kucing garong!” hardik Sulthan kesal.“Ada kali kucing garong coklat berwujud manusia!” balas Ida tak mau kalah.“Oke, sekarang akan aku tunjukkan kucing garong ini beraksi, sampai di mana kamu bisa membalas seranganku!”
“Ya kaget aja sih, Mas nggak lagi sakit kan?” tanya Ida lagi yang masih tidak percaya dengan ucapan suaminya itu.“Ya Allah istriku lama-lama aku jadi nggak waras, sudah bilang cinta dibilang bohong, nanti kalau nggak nyatakan cinta nggak pekalah, nggak perhatian, dasar wanita!” celetuk kesal.“Ya maaf Mas, cuma kan beda banget dirimu yang dulu sama yang sekarang lebih gimana gitu?” ucapnya manja.“Cuma gitu doang, nggak asyik ah!” sahutnya lagi yang melihat ekspresi Ida yang tidak begitu datar.“Memangnya harus bagaimana, Mas?” tanyanya pura-pura lugu.“Wah ternyata dia nggak peka juga dipeluk kek, dikecup kek, masa gitu harus diomongin dulu!” gerutunya dalam hati.“Pasti kamu mau minta dipeluk kan, kelihatan kok jiwamu meronta-ronta, memang enak siapa suruh kamu cuekkin aku selama ini, baru tahu kan pesonaku Mas?” ucapnya dalam hati tertawa.“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan sama kamu!” ucapnya lagi gugup.“Iya Mas, katakan saja!” sahut Ida yang mulai penasaran.“Da, aku mau me
Ida lalu mencoba berdiri, namun rasanya sangat aneh mengapa dirinya sakit dan letih seakan-akan baru melakukan pekerjaan berat.Namun suara ketukan pintu itu berulang-ulang membuat Ida harus memaksakan dirinya untuk bangun dan segera ingin membuka pintu kamar itu.Dengan berjalan tertatih-tatih menghampiri pintu dan membukanya dengan cepat.Umi Syifa terkejut melihat Ida dalam keadaan belum rapi dan berantakan. Biasanya jam tujuh pagi Ida sudah siap menyambut mereka di meja makan walau hari Sabtu dan Minggu.“Sayang, kamu sakit!?” “Kenapa kamu berantakan seperti ini, ada apa Sayang?” tanya Umi Syifa yang sedikit panik dan karena merasa khawatir dia langsung masuk ke dalam kamar mereka.Betapa terkejutnya saat melihat kamar mereka yang selalu rapi, kini terlihat berantakan seperti kapal pecah dan Sulthan tidur dengan tengkurap dengan bertelanjang dada.“Mas, bangun!”“Mas!” ucap Ida sembari mengguncang-guncang badannya agar bangun.“Ada apa sih, Sayang?”“Belum puas yang tadi malam, m
“Dia bilang sebenarnya tulisanku sudah bagus hanya saja terlalu bertele-tele to the point saja, terus dia komen juga kalau update itu jangan bolong-bolong harus tiap hari jadi penggemar itu tidak kecewa kalau kelamaan di update,” jelasnya.“Ada lagi tentang penempatan tanda baca, pokoknya the best lah tentang kritikannya!” lanjutnya lagi.“Bisa juga dia kritik tulisan yang belum tentu orang lain melihatnya, tapi aku salut sama suamimu itu selain di kantor menjadi bos killer kita, eh ternyata dia juga punya hobi menulis yang tidak kesampaian!” jelasnya.“Sudahlah, nanti kita bahas lagi, aku nggak mau Mas Sulthan tahu kalau aku penulis cerita itu!” ucap Ida sedikit khawatir.“Oh ya ...dia ada tanya nggak masalah biodata penulis itu?” tanya Ida penasaran. “Belum sih mungkin nanti, dia kan belum konek, masih suasana honey moon sama kamu, mungkin paling lambat hari Senin dengan tingkat omelannya karena aku tidak memberitahukannya dengan cepat,” ucapnya kesal.“Oh gitu ... selamat deh u
“Nggak apa-apa, Mas,” sahutnya sedikit gugup.“Aku mau kasih susu dulu!” lanjutnya lagi sembari mengambil baby Salsa yang tadi di taruh di atas ranjang dan lalu memangkunya.Sulthan memperhatikan Ida yang lagi asyik memberikan minum susu kepada baby Salsa. Netranya tajam ke arah Ida sehingga Ida merasa kikuk seketika.“Ada apa, Mas, kok lihat aku kayak gitu?” tanya Ida sedikit risih.“Nggak apa-apa, cuma mau lihat istriku sendiri, apa nggak boleh?”“Salsa saja kamu kasih penuh perhatian apalagi aku, iya kan?” tanyanya sengaja untuk menggoda Ida.Sulthan lalu duduk di samping Ida, sesekali tangannya memeluk tubuh Ida, kadang memainkan rambut Ida yang panjang terurai dengan indah sehingga Ida tidak konsentrasi memangku baby Salsa.“Oh ya, Sayang, sebenarnya aku dulu mempunyai hobi yang sangat aku sukai tetapi ditentang oleh Abi.”“Ya, aku sangat menghormati Abi melebihi apa pun, beliau adalah panutanku sampai saat ini.”“Walaupun beliau sudah tidak ada, tetapi berkat didikannya aku bis
“Ah, aku jadi penasaran, bagaimana ini tidak ada tanda-tandanya kalau Ida itu penulisnya, atau dia mulai curiga kalau aku ingin menyelidikinya?” gumamnya dalam hati.“Agnes juga, sudah hampir seminggu belum juga ada kabar mengenai tugasku ini, jangan-jangan dia lupa lagi!” gerutunya dalam hati.Sulthan lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Agnes.“Ke mana si Agnes, dia tidak menjawab teleponku, ngomong sama siapa sih pagi-pagi gini, atau jangan-jangan dia lagi ditelepon oleh Ida,” ucapnya serius.“Ah ... sudahlah lebih aku mandi dulu, setelah itu akan kucari lagi bukti-bukti kalau 0kamu memang penulis itu!” sungutnya kesal.Akhirnya Sulthan pun bergegas mandi dan akan segera turun. Rasa penasaran masih melanda hatinya, dan ingin cepat menghubungi Agnes, sekretarisnya itu.Sementara Sulthan sedang mandi, disisi lain Ida yang masih sibuk di dapur mempersiapkan semuanya sembari menelepon Agnes.@Ida[Bagaimana ini, Nes, sepertinya dia mulai curiga denganku, padahal baru seminggu aku
Sulthan yang tadi asyik makan, merasa terganggu saat mendengar suara yang dia rasa kenal.Begitu juga Umi Syifa dan Tante Mayang terkesima saat melihat tamu yang datang dan bertegur sapa dengan santai.Wajahnya memancarkan kebahagiaan lalu dia menghampiri Sulthan dan langsung memeluknya tanpa ragu-ragu, karena mungkin dia berpikir kalau Sulthan masih mau menunggu kedatangannya dirinya.Sulthan langsung sadar dan sedikit mendorong tubuh wanita itu dengan cepat.“Maaf, Anda siapa?”“Mengapa tiba-tiba Anda memeluk saya tanpa permisi, lancang sekali Anda!” sungutnya.“Than, kamu lupa sama aku?”“Ini aku Fina, pacar kamu yang dulu, lihat aku baik-baik!”“Aku sudah berubah Than, bukankah kamu sangat menyukai gadis berhijab, dan lihat aku sekarang!”“Apakah kamu lupa dengan wajahku yang sekarang?” “Apakah kamu tidak merindukan aku lagi, sehingga kamu sudah lupa dengan wajahku ini?” tanyanya dengan bahagia.Fina yang sekarang memang sangat berbeda dari yang dulu yang tampil selalu seksi dan