Sulthan yang tadi asyik makan, merasa terganggu saat mendengar suara yang dia rasa kenal.Begitu juga Umi Syifa dan Tante Mayang terkesima saat melihat tamu yang datang dan bertegur sapa dengan santai.Wajahnya memancarkan kebahagiaan lalu dia menghampiri Sulthan dan langsung memeluknya tanpa ragu-ragu, karena mungkin dia berpikir kalau Sulthan masih mau menunggu kedatangannya dirinya.Sulthan langsung sadar dan sedikit mendorong tubuh wanita itu dengan cepat.“Maaf, Anda siapa?”“Mengapa tiba-tiba Anda memeluk saya tanpa permisi, lancang sekali Anda!” sungutnya.“Than, kamu lupa sama aku?”“Ini aku Fina, pacar kamu yang dulu, lihat aku baik-baik!”“Aku sudah berubah Than, bukankah kamu sangat menyukai gadis berhijab, dan lihat aku sekarang!”“Apakah kamu lupa dengan wajahku yang sekarang?” “Apakah kamu tidak merindukan aku lagi, sehingga kamu sudah lupa dengan wajahku ini?” tanyanya dengan bahagia.Fina yang sekarang memang sangat berbeda dari yang dulu yang tampil selalu seksi dan
“Jujur lebih baik aku meminta cerai dari Mas Sulthan daripada aku di madu, mana ada sih wanita di dunia mau dimadu?” tanya Ida tersenyum.“Kalau Sulthan tidak mau menceraikan kamu dan juga tidak mau melepaskan Fina, bagaimana, apa kamu mau menerima dia sebagai madumu, Ida?” tanyanya penasaran.“Iya, aku siap jika Mas Sulthan maunya seperti itu!” jawab Ida tabah membuat Agnes seperti kebakaran jenggot mendengar ucapan Ida kalau dia siap untuk dimadu.Agnes memegang kening Ida, memastikan apakah dia baik-baik saja atau sudah tidak waras membiarkan dirinya untuk dipoligami.“Ida ... kamu gila ya ... otakmu gesrek sebelah sudah ini, kamu mau menderita lagi ... sudah lima tahun kamu dicuekin sama Sulthan dan baru dua minggu kamu merasakan apa arti cinta sesungguhnya dari Sulthan?”“Nes, ada yang perlu kita korbankan agar yang lain tidak tersakiti, aku tahu kalau Mas Sulthan masih mencintai Fina, karena dia adalah orang pertama dalam hidupnya.”“Kesalahannya hanya satu kalau dia tidak jujur
“Sudahlah, cepat ganti pakaianmu dan kita langsung pergi ke sana!” tukas Bu Romlah bersemangat.Setelah beberapa menit mereka akhirnya meluncur ke arah rumah Sulthan yang tak jauh dari rumahnya hanya berjarak seratus meter dari rumahnya itu.Bu Romlah sangat bersemangat saat ingin datang ke rumah itu. Padahal sudah beberapa ingin bertandang ke rumah itu tetapi waktunya tidak memungkinkan, karena masih sibuk dengan urusan sosialnya.“Mah, sabar dong Mah, bahagia banget, kenapa sih, Mah?” tanya Abbas lagi saat mobil mereka hampir sampai di tempat Sulthan.“Nggak nyagka ya Mah, ternyata Sulthan tinggal di daerah ini juga, berarti kita tetanggaan dong, Mah!”“Namanya juga Tetanggaku Jodohku!” celetuk Bu Romlah.“Maksud Mamah apa sih?”“Sudah Mamah bilang kamu itu berjodoh dengan wanita itu, buktinya kita di undang ke sini!”“Siapa tahu wanita yang kamu taksir dan mirip dengan wajah Zaskia itu adalah memang jodohmu, mungkin dia ada hubungan keluarga dengan temanmu itu!”“Jadi kita bisa sa
Ida pun menoleh dan memutar tubuhnya sehingga menghadap ke arah Abbas dan Bu Romlah.Sekejap hati Abbas menjadi berbunga-bunga, jantungnya pun seakan-akan memompa dengan cepat.Wajahnya begitu terlihat jelas sampai-sampai membuat Abbas tidak bisa berkedip sekali pun. Bu Romlah memperhatikan Abbas yang melongo melihat Ida di depannya.“Oh ya Sayang. Ini Bu Romlah masih ingatkan waktu kamu hadir di pengajiannya?” tanya Umi Syifa tersenyum.“Assalamu’alaikum, Bu!” ucap Ida lembut.“Wa’alaikumsaalm, Sayang!” sahutnya dengan bahagia.“Kamu sangat cantik mirip dengan menantu saya dulu,” ucapnya dengan nada pelan.“Maaf, kenapa Bu?” tanya Ida lagi.“Oh nggak apa-apa kok.”“Ayuk duduk di sini biar kita mengobrol!” ajak Bu Romlah tersenyum.“Maaf Bu, tetapi masih banyak tamu yang harus saya layani, soalnya sebentar lagi acaranya di mulai!” ucapnya dengan sopan.“Oh gitu, ya nggak apa-apa! ”sahut Bu omlah tampak sedih.“Maaf Mbak, tidak ada salahnya jika menemani Ibu saya sebentar, karena belia
Setelah pengajian selesai, saatnya mendapatkan siraman rohani sejenak. Semua antusias mendengarkan ceramah Pak Ustaz yang tak lain adalah abinya Agnes.Sejam kemudian setelah mendengarkan ceramah, tiba waktunya menyantap makanan yang sudah dihidangkan. Berbagai menu hidangan disajikan dengan rasa yang tak kalah dari restoran bintang lima.Ida sengaja membuatnya sendiri dengan dibantu para tetangga dekat kampung, karena selain itu Ida ingin berbagi kepada Ibu-ibu di kampung.“Wah makanannya enak banget nih, pakai katering mana, usul dong, siapa tahu nanti kalau ada acara bisa panggil! “ucap Bu Linda warga kompleks elite.“Maaf, Bu ini bukan dari katering, tetapi hasil kerja sama warga kampung kita dengan binaan Neng Ida!” sahut Bu Asih, selaku Bu RT di kampung itu.“Yang benar Bu, makanan sebanyak ini?” tanya Bu Linda terkejut.“Ya begitulah Neng Ida, selain ingin berbagi dia itu ingin bisa ibu-ibu di kampung sini punya penghasilan tambahan tanpa mengganggu pekerjaan rumah tangga mere
Sudah empat jam berlalu, para tamu undangan satu per satu pamit meninggalkan acara. Anak-anak panti asuhan juga sudah pamit pulang dengan wajah yang berseri-seri, tidak ada yang bersedih semuanya tampak bahagia setela mendapat bingkisan lumayan banyak.“Wah, sorry Bro, nggak sempat nemuin kamu tadi, bagaimana masih menikmati acara ini kan?” tanya Sulthan tersenyum.“Santai, nggak apa-apa kok!” “Acara lo, keren banget hari ini, tiga acara dalam satu hari!” puji Abbas seketika.“Iya, terima kasih soalnya istriku yang buat, jadi aku tinggal terima beres saja sih!”“Wah, enak banget ya yang punya istri, semua dikerjakan sendiri!” celetuk Abbas.“Oh ya aku tadi lihat ada Fina ikut datang ke mari, memang kamu undang juga?” tanyanya penasaran.“Iya, dia memang datang kemari tetapi bukan aku yang mengundangnya, dia datang sendiri untuk memberiku kejutan!” jawabnya kesal.“Than, apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu?”“Apakah kamu masih mencintainya?”“Soalnya kata Fina kamu tidak bahagi
“Loh, ternyata Ida itu istrinya Sulthan?” tanyanya yang masih tidak percaya dengan kenyataan.“Masa Bu Romlah lupa kan kami sudah menjelaskan kalau itu menantunya Umi Syifa, yang baru sembuh dari koma setelah setahun saat selesai melahirkan anaknya,” jawab Bu Ningsih.Begitu juga Abbas, ada sedikit kecewa di dalam hatinya kalau ternyata wanita yang sangat mirip dengan istrinya dulu adalah Ida istri dari temannya sendiri.“Mah, apa kita nggak salah lihat ternyata Ida itu istrinya Sulthan, bukan saudaranya?” “Untung kan Mah, kita tidak salah mengambil langkah, kalau tidak kita malu!” ucapnya sedikit berbisik di telinga mamahnya.“Mamah juga lupa kalau ternyata ibu-ibu pengajian sudah memberitahukan Mamah, jadi gagal deh punya menantu lagi!” sahutnya sedih.“Sudah Mah, memang dia bukan untuk masuk di keluarga kita, jangan mengambil milik orang lain!” ucapnya lagi menegaskan.“Mamah sudah terlanjur sayang dengan Ida, bagaimana dong?”“Kamu tahu kan sifat Mamah, harus dituruti kalau nggak
“Than, aku pamit juga, aku sudah tidak dianggap lagi di sini!”“Namun yang harus kamu tahu, Than, aku akan tetap menunggumu sampai kapan pun!”“Aku hanya menginginkan kamu, Than tidak lebih!”“Eh Mbak Fina ,sadar diri dong, kamu itu hanya masa lalunya, dan dia sudah mempunyai anak dan istrinya yang dia cintai!” celetuk Agnes yang mulai geram dengan tingkah lakunya yang terang-terangan.“Fina!” “Apa kamu nggak sadar, aku ini bukan barang yang bisa kamu pindahkan sesuai keinginan kamu!”“Aku sudah bahagia bersama anak dan istriku!”“Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi, sudah cukup sampai di sini saja!” jelas Sulthan dengan nada tinggi.“Apakah cintamu sudah hilang?”“Lihat aku, Sulthan! ... pandang aku lebih dalam!”“Matamu tidak bisa berbohong karena kamu masih mencintaiku, buktinya putrimu saja kau beri nama dengan namaku!”“Aku tahu selama kalian menikah, kamu tidak pernah mencintai istrimu, kamu tidak peduli dengannya mungkin saat kalian melakukan malam pertama dengan sengaja
Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi
Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se
“Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb
“Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj
“Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada
“Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma
Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu
Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...