Ida pun menoleh dan memutar tubuhnya sehingga menghadap ke arah Abbas dan Bu Romlah.Sekejap hati Abbas menjadi berbunga-bunga, jantungnya pun seakan-akan memompa dengan cepat.Wajahnya begitu terlihat jelas sampai-sampai membuat Abbas tidak bisa berkedip sekali pun. Bu Romlah memperhatikan Abbas yang melongo melihat Ida di depannya.“Oh ya Sayang. Ini Bu Romlah masih ingatkan waktu kamu hadir di pengajiannya?” tanya Umi Syifa tersenyum.“Assalamu’alaikum, Bu!” ucap Ida lembut.“Wa’alaikumsaalm, Sayang!” sahutnya dengan bahagia.“Kamu sangat cantik mirip dengan menantu saya dulu,” ucapnya dengan nada pelan.“Maaf, kenapa Bu?” tanya Ida lagi.“Oh nggak apa-apa kok.”“Ayuk duduk di sini biar kita mengobrol!” ajak Bu Romlah tersenyum.“Maaf Bu, tetapi masih banyak tamu yang harus saya layani, soalnya sebentar lagi acaranya di mulai!” ucapnya dengan sopan.“Oh gitu, ya nggak apa-apa! ”sahut Bu omlah tampak sedih.“Maaf Mbak, tidak ada salahnya jika menemani Ibu saya sebentar, karena belia
Setelah pengajian selesai, saatnya mendapatkan siraman rohani sejenak. Semua antusias mendengarkan ceramah Pak Ustaz yang tak lain adalah abinya Agnes.Sejam kemudian setelah mendengarkan ceramah, tiba waktunya menyantap makanan yang sudah dihidangkan. Berbagai menu hidangan disajikan dengan rasa yang tak kalah dari restoran bintang lima.Ida sengaja membuatnya sendiri dengan dibantu para tetangga dekat kampung, karena selain itu Ida ingin berbagi kepada Ibu-ibu di kampung.“Wah makanannya enak banget nih, pakai katering mana, usul dong, siapa tahu nanti kalau ada acara bisa panggil! “ucap Bu Linda warga kompleks elite.“Maaf, Bu ini bukan dari katering, tetapi hasil kerja sama warga kampung kita dengan binaan Neng Ida!” sahut Bu Asih, selaku Bu RT di kampung itu.“Yang benar Bu, makanan sebanyak ini?” tanya Bu Linda terkejut.“Ya begitulah Neng Ida, selain ingin berbagi dia itu ingin bisa ibu-ibu di kampung sini punya penghasilan tambahan tanpa mengganggu pekerjaan rumah tangga mere
Sudah empat jam berlalu, para tamu undangan satu per satu pamit meninggalkan acara. Anak-anak panti asuhan juga sudah pamit pulang dengan wajah yang berseri-seri, tidak ada yang bersedih semuanya tampak bahagia setela mendapat bingkisan lumayan banyak.“Wah, sorry Bro, nggak sempat nemuin kamu tadi, bagaimana masih menikmati acara ini kan?” tanya Sulthan tersenyum.“Santai, nggak apa-apa kok!” “Acara lo, keren banget hari ini, tiga acara dalam satu hari!” puji Abbas seketika.“Iya, terima kasih soalnya istriku yang buat, jadi aku tinggal terima beres saja sih!”“Wah, enak banget ya yang punya istri, semua dikerjakan sendiri!” celetuk Abbas.“Oh ya aku tadi lihat ada Fina ikut datang ke mari, memang kamu undang juga?” tanyanya penasaran.“Iya, dia memang datang kemari tetapi bukan aku yang mengundangnya, dia datang sendiri untuk memberiku kejutan!” jawabnya kesal.“Than, apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu?”“Apakah kamu masih mencintainya?”“Soalnya kata Fina kamu tidak bahagi
“Loh, ternyata Ida itu istrinya Sulthan?” tanyanya yang masih tidak percaya dengan kenyataan.“Masa Bu Romlah lupa kan kami sudah menjelaskan kalau itu menantunya Umi Syifa, yang baru sembuh dari koma setelah setahun saat selesai melahirkan anaknya,” jawab Bu Ningsih.Begitu juga Abbas, ada sedikit kecewa di dalam hatinya kalau ternyata wanita yang sangat mirip dengan istrinya dulu adalah Ida istri dari temannya sendiri.“Mah, apa kita nggak salah lihat ternyata Ida itu istrinya Sulthan, bukan saudaranya?” “Untung kan Mah, kita tidak salah mengambil langkah, kalau tidak kita malu!” ucapnya sedikit berbisik di telinga mamahnya.“Mamah juga lupa kalau ternyata ibu-ibu pengajian sudah memberitahukan Mamah, jadi gagal deh punya menantu lagi!” sahutnya sedih.“Sudah Mah, memang dia bukan untuk masuk di keluarga kita, jangan mengambil milik orang lain!” ucapnya lagi menegaskan.“Mamah sudah terlanjur sayang dengan Ida, bagaimana dong?”“Kamu tahu kan sifat Mamah, harus dituruti kalau nggak
“Than, aku pamit juga, aku sudah tidak dianggap lagi di sini!”“Namun yang harus kamu tahu, Than, aku akan tetap menunggumu sampai kapan pun!”“Aku hanya menginginkan kamu, Than tidak lebih!”“Eh Mbak Fina ,sadar diri dong, kamu itu hanya masa lalunya, dan dia sudah mempunyai anak dan istrinya yang dia cintai!” celetuk Agnes yang mulai geram dengan tingkah lakunya yang terang-terangan.“Fina!” “Apa kamu nggak sadar, aku ini bukan barang yang bisa kamu pindahkan sesuai keinginan kamu!”“Aku sudah bahagia bersama anak dan istriku!”“Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi, sudah cukup sampai di sini saja!” jelas Sulthan dengan nada tinggi.“Apakah cintamu sudah hilang?”“Lihat aku, Sulthan! ... pandang aku lebih dalam!”“Matamu tidak bisa berbohong karena kamu masih mencintaiku, buktinya putrimu saja kau beri nama dengan namaku!”“Aku tahu selama kalian menikah, kamu tidak pernah mencintai istrimu, kamu tidak peduli dengannya mungkin saat kalian melakukan malam pertama dengan sengaja
“Loh kok kalian ikut diam, saya kan hanya tanya Agnes, kenapa malah muka kalian yang tegang?”“Hayo ada apa nih?”“Pasti ada udang dibalik bakwan kan?” selidik Sulthan.“Bukan begitu Mas, kamu itu loh lagi sibuk bantuin aku beres-beres, kok malah tanya pekerjaan kantor!” jawab Ida tenang walaupun dalam hati cenat-cenut dibuatnya.“Kok kamu diam Nes, ada apa?” tanyanya lagi.“Oh iya Than sebenarnya sudah cuma lupa kasih kamu, baru juga kemarin malam dapat!” jawabnya berbohong.“Oh ya, dapat dari mana, padahal di Facebook nggak ada tuh nomor ponselnya!” selidik Sulthan.“Oh itu adalah pokoknya, kalau aku kasih tahu caranya nanti kamu malah kamu cari sendiri, tidak menyuruhku lagi, dan aku nggak dapat uang ceperan dong!” kilahnya.“Huh dasar mata duitan!” celetuk Sulthan.“Okelah, sekarang mana nomor ponselnya, saya mau lihat!” perintahnya.“Sekarang, Than?”“Nggak tahun depan ... ya sekarang dong Nes, saya telepon orangnya, kenapa nggak update ceritanya hari ini?”“Ya Allah Than, mungk
Agnes juga membuka dari ponselnya sendiri dan mencari nama itu dan membaca ceritanya yang ternyata sudah tiga bab diposting di beranda.“Iya, Da, kok sangat mirip, bagaimana dengan Tante?”“Iya, ini sama persis dengan cerita masa lalu Sulthan dan kamu lihat likenya sangat banyak langsung tembus tujuh ribu, melebihi kamu saat pertama kali pos ting ceritamu!” jelas Umi Syifa kaget setelah membaca bab yang pertama.“Wah, bisa-bisa aku disuruh lagi Sultan untuk mencari siapa Black Roses ini seperti kamu!” celetuk Agnes.“Pasti ini gara-garanya Sulthan mulai curiga karena cerita yang kalian suguhkan hampir sama dengan kehidupan kalian jalani bersama Sulthan!” ucap Umi Syifa menimpali.“Apa mungkin itu Fina yang membuat cerita? Aku sih masih belum yakin, memang dia bisa menulis cerita, waktu kuliah dulu, Tan?” tanya Agnes penasaran.“Seingat Tante sepertinya ada deh, tetapi nggak terlalu suka banget kayaknya!” jawab Umi Syifa sembari mengingat tentang Fina.“Sudahlah, nanti kita bahas lagi
“Ya aku tahu ini nggak mudah, tetapi tidak salahnya kalau kita mencoba, anggap saja berjuang mencari cinta,” sahut Abbas tersenyum.“Terus kamu sendiri apakah tidak menyukai istri Sulthan, apakah hanya untuk membahagiakan ibumu saja?” selidik Fina.“Entahlah, aku belum bisa mengatakan iya atau tidak, tetapi jujur saat pertama kami melihatnya memang aku menyukainya karena semua yang ada pada dirinya sudah membuat hatiku bimbang, ”jelasnya bingung.“Huh ... cinta itu memang aneh, terkadang cinta membuat kita bahagia terkadang membuat kita sampai menangis!” ucap Abbas sembari memainkan ponselnya.Abbas lalu memperlihatkan foto Saskia yang sangat mirip wajahnya dengan Ida. Yang membedakan hanya lesung pipit yang tidak dipunyai oleh Saskia.Namun selebihnya semua hampir sempurna, membuat Fina tertegun sejenak memperhatikan setiap garia wajah Ida yang sempat Abbas abadikan di dalam ponselnya dengan Saskia mendiang istri Abbas yang telah meninggal tiga tahun yang lalu.“Wajah mereka sangat