Agnes juga membuka dari ponselnya sendiri dan mencari nama itu dan membaca ceritanya yang ternyata sudah tiga bab diposting di beranda.“Iya, Da, kok sangat mirip, bagaimana dengan Tante?”“Iya, ini sama persis dengan cerita masa lalu Sulthan dan kamu lihat likenya sangat banyak langsung tembus tujuh ribu, melebihi kamu saat pertama kali pos ting ceritamu!” jelas Umi Syifa kaget setelah membaca bab yang pertama.“Wah, bisa-bisa aku disuruh lagi Sultan untuk mencari siapa Black Roses ini seperti kamu!” celetuk Agnes.“Pasti ini gara-garanya Sulthan mulai curiga karena cerita yang kalian suguhkan hampir sama dengan kehidupan kalian jalani bersama Sulthan!” ucap Umi Syifa menimpali.“Apa mungkin itu Fina yang membuat cerita? Aku sih masih belum yakin, memang dia bisa menulis cerita, waktu kuliah dulu, Tan?” tanya Agnes penasaran.“Seingat Tante sepertinya ada deh, tetapi nggak terlalu suka banget kayaknya!” jawab Umi Syifa sembari mengingat tentang Fina.“Sudahlah, nanti kita bahas lagi
“Ya aku tahu ini nggak mudah, tetapi tidak salahnya kalau kita mencoba, anggap saja berjuang mencari cinta,” sahut Abbas tersenyum.“Terus kamu sendiri apakah tidak menyukai istri Sulthan, apakah hanya untuk membahagiakan ibumu saja?” selidik Fina.“Entahlah, aku belum bisa mengatakan iya atau tidak, tetapi jujur saat pertama kami melihatnya memang aku menyukainya karena semua yang ada pada dirinya sudah membuat hatiku bimbang, ”jelasnya bingung.“Huh ... cinta itu memang aneh, terkadang cinta membuat kita bahagia terkadang membuat kita sampai menangis!” ucap Abbas sembari memainkan ponselnya.Abbas lalu memperlihatkan foto Saskia yang sangat mirip wajahnya dengan Ida. Yang membedakan hanya lesung pipit yang tidak dipunyai oleh Saskia.Namun selebihnya semua hampir sempurna, membuat Fina tertegun sejenak memperhatikan setiap garia wajah Ida yang sempat Abbas abadikan di dalam ponselnya dengan Saskia mendiang istri Abbas yang telah meninggal tiga tahun yang lalu.“Wajah mereka sangat
“Kamu benar juga Fin, usulmu bisa dijalankan dan yang aku tahu Sulthan sangat ambisi dalam bekerja, dia akan menerima tantangan apa saja yang membuat adrenalinnya terpacu!” ucapnya tersenyum licik.“Jadi kita deal ya?”“Oke!”“Kamu akan menyibukkan Sulthan di Semarang dengan segudang pekerjaan yang harus dead line dan aku akan menemaninya di sana dengan pesonaku, sedangkan kamu di sini menemani Ida yang mungkin akan kesepian ditinggal oleh suaminya,” sahut Fina menjelaskan.“Oke, sudah diputuskan rencana pertama kita jalankan, untuk selanjutnya kita akan pikirkan!” ucap Abbas bersemangat.“Jika cara ini tidak berhasil, lebih baik ibumu harus diikutkan dalam misi ini, aku tahu Ida itu sangat ramah kepada setiap orang, apalagi dengan orang tua.”“Dia terlalu naif dan penyayang, kamu bisa memanfaatkan kelembutannya untuk menarik simpatik Ida!” lanjutnya lagi.Seketika Abbas tersenyum lebar sembari menatap Fina dengan kagum.“Ada apa, kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Fina bingung
“Oh iya kamu benar juga, tetapi kalau aku tanya sama dia terus ada mas Iqbal di situ juga, otomatis aku dipecat menjadi istrinya bagaimana, kamu mau tanggung jawab?” tanya Agnes kesal dengan Ida.“Hehehe ... benar juga sih!”“Ya sudah aku tunggu di depan, ada lagi yang harus kita diskusikan mumpung aku masih di sini, besok nggak bisa kamu tahu sendiri kan bagaimana Sulthan kalau di kantor, makanya kalau di kantor dia biasa dipanggil dengan sebutan bos killer!” jelasnya kepada Ida sembari berlalu pergi dari dapur dan kembali berkumpul dengan lainnya.“Aku tahu Nes, kamu ingin membantuku dalam masalah ini, tetapi aku ingin menyelesaikannya sendiri!”“Entah benar atau tidak, firasatku mengatakan kalau akan terjadi sesuatu yang lebih besar dan membuat rumah tanggaku sepertinya diambang kehancuran!” lirihnya dalam hati.“Ya Allah bantu hamba-Mu ini, tunjukkanlah jalan yang benar, aku harus bisa mengatasi rumah tanggaku!”“Aku harus meminta ketegasan dari mas Sulthan, apakah dia ingin kembal
“Ini ponsel Ida yang baru atau ...” Sulthan membuka semua file yang ada di ponsel tersebut.Dia pun menyeringai dan mendapati semua file tentang cerita yang dibuat dan diposting di beranda.“Akhirnya, rahasiamu terbongkar Sayang, kamu mau main kucing-kucingan sama aku, dan ternyata kecurigaanku tentang dirimu kalau kamu adalah penulis yang aku cari selama ini, memang kamu Sayang!” ucapnya bahagia.Sulthan pun merasa bahagia saat melihat semua cerita yang dia tulis dengan baik membuat Sulthan sangat menyukai tulisan istrinya.Namun Sulthan berpikir untuk apa dia menulis semua ini dengan sembunyi-sembunyi dari suaminya sendiri, apa yang membuatnya harus melakukan secara diam-diam.“Ada apa ini? Mengapa dia tidak mengakui kalau dia memang penulis, kan aku bisa mengajarinya yang lebih baik!”“Baiklah, kamu membuat aku bingung, Ida!”“Aku harus cari tahu ada apa sebenarnya ini?”“Mungkin juga Ida ingin membuktikan kalau aku ini betul-betul mencintainya atau mencari cinta lain selain Fina,
Mereka diam sejenak, mencerna setiap perkataan Sulthan barusan, sedangkan dia masih sibuk untuk makan dengan lahap.“Maaf, Mas, ma-maksudnya apa?”“Nggak ada, siapa tahu kamu mau menjadi penulis mungkin,” terangnya dengan santai.“Uhuk ... uhuk ... Ida terbatuk seketika. Bulir-bulir air sebesar biji jagung sudah mulai membasahi kening Ida.“Ada apa, Sayang, kenapa kamu berkeringat seperti itu?“ tanya Sulthan saat melihat Ida yang mulai terlihat gugup.“Nggak apa-apa Mas, cuma kaget aja, Mas berkata seperti itu.” Ida sedikit mencurigai niat baik Sulthan.Biasanya dia tidak akan mengizinkan siapa pun yang memegang buku-bukunya tanpa sepengetahuan darinya.Baginya buku-buku itu di dapatkan dengan bersusah payah dan setiap buku mempunyai sejarah dalam mendapati buku-buku itu.Salah satunya adalah kenangan masa lalu bersama Fina yang ternyata dia juga sangat menyukai menulis.“Kenapa, Sayang, apa yang kamu pikirkan? ”Sulthan bertanya seraya masih menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya.Wa
“Biar, Ida yang buka pintunya, Mas!” seru Ida sembari berjalan ke arah ruang tamu dengan cepat.Ida mengintip dari lubang siapa yang datang, ternyata adalah Abbas berserta mamahnya.Lalu dengan cepat Ida membuka pintu itu dan terkejutlah mereka berdua saat pintu itu terbuka, karena orang yang telah mencuri hati mereka tepat berdiri di depan mereka dengan mengulas senyum yang indah merekah bagikan mawar merah.“Assalamu’alaikum!” sapa Ida, tetapi tidak dijawab oleh mereka karena hanya fokus satu arah saja yaitu Ida yang bagi mereka kelak menjadi bagian keluarga itu.“Bu Romlah, Assalamu’alaikum!” ucapnya lagi masih mengulas senyumannya.“Maaf, Bu!” sedikit berteriak sehingga mereka tersadar dari lamunannya.“Oh, maafkan kami, Wa’alaikumsalam!” jawab mereka bersamaan dengan sedikit gugup.“Ayuk, Bu, Mas, silakan masuk sudah di tunggu!” ajak Ida dan menyuruh mereka masuk dan menuju meja makan.“Ba-baik, terima kasih, Sayang,” jawab Bu Romlah dengan bahagia.“Ayo, Bas, buruan nanti saja
“Iya, Bu, kadang memang saya harus selektif mencari pasangan untuk Abbas Setelah meninggalnya menantu dan cucu saya rasanya sangat susah mencari sepertinya.”“Dan Bu Syifa tahu nggak kalau menantu saya itu hampir sama dengan Neng Ida, makanya kalau lihat Neng Ida seperti menantu saya, maaf loh Bu Syifa,” celetuknya sedikit membuat Ummi Syifa sedikit kesal dan mulai mencurigai Bu Romlah.“Ah nggak apa-apa, kadang memang di dunia ini pasti ada yang hampir sama dengan orang yang kita sayangi. Ayuk, silakan di minum tehnya,” ucap Ummi Syifa mengalihkan pembicaraan.Jadi bagaimana Than, elu terimakan?” Abbas mendesaknya agar cepat mengatakan setuju.“Okkelah, gue terima kerjaan dari elu, nanti semua berkasnya kirim saja ke kantor, dan sekalian kita diskusi lagi,” jawabnya dengan penuh keyakinan.“Terima kasih banyak Than, elu memang teman gue yang paling baik. Pokoknya kalau elu yang hendel pasti selesai.” Abbas menyeringai karena usahanya tidak sia-sia untuk menjauhkannya.Begitu juga den
Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi
Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se
“Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb
“Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj
“Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada
“Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma
Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu
Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...