“Ya aku tahu ini nggak mudah, tetapi tidak salahnya kalau kita mencoba, anggap saja berjuang mencari cinta,” sahut Abbas tersenyum.“Terus kamu sendiri apakah tidak menyukai istri Sulthan, apakah hanya untuk membahagiakan ibumu saja?” selidik Fina.“Entahlah, aku belum bisa mengatakan iya atau tidak, tetapi jujur saat pertama kami melihatnya memang aku menyukainya karena semua yang ada pada dirinya sudah membuat hatiku bimbang, ”jelasnya bingung.“Huh ... cinta itu memang aneh, terkadang cinta membuat kita bahagia terkadang membuat kita sampai menangis!” ucap Abbas sembari memainkan ponselnya.Abbas lalu memperlihatkan foto Saskia yang sangat mirip wajahnya dengan Ida. Yang membedakan hanya lesung pipit yang tidak dipunyai oleh Saskia.Namun selebihnya semua hampir sempurna, membuat Fina tertegun sejenak memperhatikan setiap garia wajah Ida yang sempat Abbas abadikan di dalam ponselnya dengan Saskia mendiang istri Abbas yang telah meninggal tiga tahun yang lalu.“Wajah mereka sangat
“Kamu benar juga Fin, usulmu bisa dijalankan dan yang aku tahu Sulthan sangat ambisi dalam bekerja, dia akan menerima tantangan apa saja yang membuat adrenalinnya terpacu!” ucapnya tersenyum licik.“Jadi kita deal ya?”“Oke!”“Kamu akan menyibukkan Sulthan di Semarang dengan segudang pekerjaan yang harus dead line dan aku akan menemaninya di sana dengan pesonaku, sedangkan kamu di sini menemani Ida yang mungkin akan kesepian ditinggal oleh suaminya,” sahut Fina menjelaskan.“Oke, sudah diputuskan rencana pertama kita jalankan, untuk selanjutnya kita akan pikirkan!” ucap Abbas bersemangat.“Jika cara ini tidak berhasil, lebih baik ibumu harus diikutkan dalam misi ini, aku tahu Ida itu sangat ramah kepada setiap orang, apalagi dengan orang tua.”“Dia terlalu naif dan penyayang, kamu bisa memanfaatkan kelembutannya untuk menarik simpatik Ida!” lanjutnya lagi.Seketika Abbas tersenyum lebar sembari menatap Fina dengan kagum.“Ada apa, kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Fina bingung
“Oh iya kamu benar juga, tetapi kalau aku tanya sama dia terus ada mas Iqbal di situ juga, otomatis aku dipecat menjadi istrinya bagaimana, kamu mau tanggung jawab?” tanya Agnes kesal dengan Ida.“Hehehe ... benar juga sih!”“Ya sudah aku tunggu di depan, ada lagi yang harus kita diskusikan mumpung aku masih di sini, besok nggak bisa kamu tahu sendiri kan bagaimana Sulthan kalau di kantor, makanya kalau di kantor dia biasa dipanggil dengan sebutan bos killer!” jelasnya kepada Ida sembari berlalu pergi dari dapur dan kembali berkumpul dengan lainnya.“Aku tahu Nes, kamu ingin membantuku dalam masalah ini, tetapi aku ingin menyelesaikannya sendiri!”“Entah benar atau tidak, firasatku mengatakan kalau akan terjadi sesuatu yang lebih besar dan membuat rumah tanggaku sepertinya diambang kehancuran!” lirihnya dalam hati.“Ya Allah bantu hamba-Mu ini, tunjukkanlah jalan yang benar, aku harus bisa mengatasi rumah tanggaku!”“Aku harus meminta ketegasan dari mas Sulthan, apakah dia ingin kembal
“Ini ponsel Ida yang baru atau ...” Sulthan membuka semua file yang ada di ponsel tersebut.Dia pun menyeringai dan mendapati semua file tentang cerita yang dibuat dan diposting di beranda.“Akhirnya, rahasiamu terbongkar Sayang, kamu mau main kucing-kucingan sama aku, dan ternyata kecurigaanku tentang dirimu kalau kamu adalah penulis yang aku cari selama ini, memang kamu Sayang!” ucapnya bahagia.Sulthan pun merasa bahagia saat melihat semua cerita yang dia tulis dengan baik membuat Sulthan sangat menyukai tulisan istrinya.Namun Sulthan berpikir untuk apa dia menulis semua ini dengan sembunyi-sembunyi dari suaminya sendiri, apa yang membuatnya harus melakukan secara diam-diam.“Ada apa ini? Mengapa dia tidak mengakui kalau dia memang penulis, kan aku bisa mengajarinya yang lebih baik!”“Baiklah, kamu membuat aku bingung, Ida!”“Aku harus cari tahu ada apa sebenarnya ini?”“Mungkin juga Ida ingin membuktikan kalau aku ini betul-betul mencintainya atau mencari cinta lain selain Fina,
Mereka diam sejenak, mencerna setiap perkataan Sulthan barusan, sedangkan dia masih sibuk untuk makan dengan lahap.“Maaf, Mas, ma-maksudnya apa?”“Nggak ada, siapa tahu kamu mau menjadi penulis mungkin,” terangnya dengan santai.“Uhuk ... uhuk ... Ida terbatuk seketika. Bulir-bulir air sebesar biji jagung sudah mulai membasahi kening Ida.“Ada apa, Sayang, kenapa kamu berkeringat seperti itu?“ tanya Sulthan saat melihat Ida yang mulai terlihat gugup.“Nggak apa-apa Mas, cuma kaget aja, Mas berkata seperti itu.” Ida sedikit mencurigai niat baik Sulthan.Biasanya dia tidak akan mengizinkan siapa pun yang memegang buku-bukunya tanpa sepengetahuan darinya.Baginya buku-buku itu di dapatkan dengan bersusah payah dan setiap buku mempunyai sejarah dalam mendapati buku-buku itu.Salah satunya adalah kenangan masa lalu bersama Fina yang ternyata dia juga sangat menyukai menulis.“Kenapa, Sayang, apa yang kamu pikirkan? ”Sulthan bertanya seraya masih menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya.Wa
“Biar, Ida yang buka pintunya, Mas!” seru Ida sembari berjalan ke arah ruang tamu dengan cepat.Ida mengintip dari lubang siapa yang datang, ternyata adalah Abbas berserta mamahnya.Lalu dengan cepat Ida membuka pintu itu dan terkejutlah mereka berdua saat pintu itu terbuka, karena orang yang telah mencuri hati mereka tepat berdiri di depan mereka dengan mengulas senyum yang indah merekah bagikan mawar merah.“Assalamu’alaikum!” sapa Ida, tetapi tidak dijawab oleh mereka karena hanya fokus satu arah saja yaitu Ida yang bagi mereka kelak menjadi bagian keluarga itu.“Bu Romlah, Assalamu’alaikum!” ucapnya lagi masih mengulas senyumannya.“Maaf, Bu!” sedikit berteriak sehingga mereka tersadar dari lamunannya.“Oh, maafkan kami, Wa’alaikumsalam!” jawab mereka bersamaan dengan sedikit gugup.“Ayuk, Bu, Mas, silakan masuk sudah di tunggu!” ajak Ida dan menyuruh mereka masuk dan menuju meja makan.“Ba-baik, terima kasih, Sayang,” jawab Bu Romlah dengan bahagia.“Ayo, Bas, buruan nanti saja
“Iya, Bu, kadang memang saya harus selektif mencari pasangan untuk Abbas Setelah meninggalnya menantu dan cucu saya rasanya sangat susah mencari sepertinya.”“Dan Bu Syifa tahu nggak kalau menantu saya itu hampir sama dengan Neng Ida, makanya kalau lihat Neng Ida seperti menantu saya, maaf loh Bu Syifa,” celetuknya sedikit membuat Ummi Syifa sedikit kesal dan mulai mencurigai Bu Romlah.“Ah nggak apa-apa, kadang memang di dunia ini pasti ada yang hampir sama dengan orang yang kita sayangi. Ayuk, silakan di minum tehnya,” ucap Ummi Syifa mengalihkan pembicaraan.Jadi bagaimana Than, elu terimakan?” Abbas mendesaknya agar cepat mengatakan setuju.“Okkelah, gue terima kerjaan dari elu, nanti semua berkasnya kirim saja ke kantor, dan sekalian kita diskusi lagi,” jawabnya dengan penuh keyakinan.“Terima kasih banyak Than, elu memang teman gue yang paling baik. Pokoknya kalau elu yang hendel pasti selesai.” Abbas menyeringai karena usahanya tidak sia-sia untuk menjauhkannya.Begitu juga den
Sudah jam sepuluh pagi Bu Romlah bertamu dari jam tujuh pagi, dia pun tidak ada tanda-tandanya untuk pulang ke rumah membuat Ummi Syifa sedikit curiga.Ummi Syifa izin sebentar mau ke belakang dan Bu Romlah yang sedang di temani oleh Ida bersama Baby Salsa , membuat Bu Romlah bahagia melihat Ida yang sedang bermain dengan anaknya.Sesekali Ummi Syifa mengobrol dengannya tetapi tidak terlalu ditanggapi oleh Bu Romlah, karena dia fokus melihat Ida saja.Tante Mayang juga masih menerima telepon dari keluarganya dan pergi ke dapur karena susah sinyal sehingga mencari tempat lain.“May, kamu ngerasa nggak sih, ada yang aneh dengan Bu Romlah itu, sepertinya ada sesuatu yang di sembunyikan.” Ummi Syifa bertanya kepada Mayang yang kebetulan berada di dapur setelah selesai menelepon dengan sedikit berbisik.“Maksudnya bagaimana sih, Mbak?” tanya Mayang bingung.“Shuuts, jangan keras-keras nanti dia dengar bisa gawat kali,” gerutu Ummi Syifa sembari menaruh telunjuknya di bibir.Kamu nggak lih