“Ini ponsel Ida yang baru atau ...” Sulthan membuka semua file yang ada di ponsel tersebut.Dia pun menyeringai dan mendapati semua file tentang cerita yang dibuat dan diposting di beranda.“Akhirnya, rahasiamu terbongkar Sayang, kamu mau main kucing-kucingan sama aku, dan ternyata kecurigaanku tentang dirimu kalau kamu adalah penulis yang aku cari selama ini, memang kamu Sayang!” ucapnya bahagia.Sulthan pun merasa bahagia saat melihat semua cerita yang dia tulis dengan baik membuat Sulthan sangat menyukai tulisan istrinya.Namun Sulthan berpikir untuk apa dia menulis semua ini dengan sembunyi-sembunyi dari suaminya sendiri, apa yang membuatnya harus melakukan secara diam-diam.“Ada apa ini? Mengapa dia tidak mengakui kalau dia memang penulis, kan aku bisa mengajarinya yang lebih baik!”“Baiklah, kamu membuat aku bingung, Ida!”“Aku harus cari tahu ada apa sebenarnya ini?”“Mungkin juga Ida ingin membuktikan kalau aku ini betul-betul mencintainya atau mencari cinta lain selain Fina,
Mereka diam sejenak, mencerna setiap perkataan Sulthan barusan, sedangkan dia masih sibuk untuk makan dengan lahap.“Maaf, Mas, ma-maksudnya apa?”“Nggak ada, siapa tahu kamu mau menjadi penulis mungkin,” terangnya dengan santai.“Uhuk ... uhuk ... Ida terbatuk seketika. Bulir-bulir air sebesar biji jagung sudah mulai membasahi kening Ida.“Ada apa, Sayang, kenapa kamu berkeringat seperti itu?“ tanya Sulthan saat melihat Ida yang mulai terlihat gugup.“Nggak apa-apa Mas, cuma kaget aja, Mas berkata seperti itu.” Ida sedikit mencurigai niat baik Sulthan.Biasanya dia tidak akan mengizinkan siapa pun yang memegang buku-bukunya tanpa sepengetahuan darinya.Baginya buku-buku itu di dapatkan dengan bersusah payah dan setiap buku mempunyai sejarah dalam mendapati buku-buku itu.Salah satunya adalah kenangan masa lalu bersama Fina yang ternyata dia juga sangat menyukai menulis.“Kenapa, Sayang, apa yang kamu pikirkan? ”Sulthan bertanya seraya masih menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya.Wa
“Biar, Ida yang buka pintunya, Mas!” seru Ida sembari berjalan ke arah ruang tamu dengan cepat.Ida mengintip dari lubang siapa yang datang, ternyata adalah Abbas berserta mamahnya.Lalu dengan cepat Ida membuka pintu itu dan terkejutlah mereka berdua saat pintu itu terbuka, karena orang yang telah mencuri hati mereka tepat berdiri di depan mereka dengan mengulas senyum yang indah merekah bagikan mawar merah.“Assalamu’alaikum!” sapa Ida, tetapi tidak dijawab oleh mereka karena hanya fokus satu arah saja yaitu Ida yang bagi mereka kelak menjadi bagian keluarga itu.“Bu Romlah, Assalamu’alaikum!” ucapnya lagi masih mengulas senyumannya.“Maaf, Bu!” sedikit berteriak sehingga mereka tersadar dari lamunannya.“Oh, maafkan kami, Wa’alaikumsalam!” jawab mereka bersamaan dengan sedikit gugup.“Ayuk, Bu, Mas, silakan masuk sudah di tunggu!” ajak Ida dan menyuruh mereka masuk dan menuju meja makan.“Ba-baik, terima kasih, Sayang,” jawab Bu Romlah dengan bahagia.“Ayo, Bas, buruan nanti saja
“Iya, Bu, kadang memang saya harus selektif mencari pasangan untuk Abbas Setelah meninggalnya menantu dan cucu saya rasanya sangat susah mencari sepertinya.”“Dan Bu Syifa tahu nggak kalau menantu saya itu hampir sama dengan Neng Ida, makanya kalau lihat Neng Ida seperti menantu saya, maaf loh Bu Syifa,” celetuknya sedikit membuat Ummi Syifa sedikit kesal dan mulai mencurigai Bu Romlah.“Ah nggak apa-apa, kadang memang di dunia ini pasti ada yang hampir sama dengan orang yang kita sayangi. Ayuk, silakan di minum tehnya,” ucap Ummi Syifa mengalihkan pembicaraan.Jadi bagaimana Than, elu terimakan?” Abbas mendesaknya agar cepat mengatakan setuju.“Okkelah, gue terima kerjaan dari elu, nanti semua berkasnya kirim saja ke kantor, dan sekalian kita diskusi lagi,” jawabnya dengan penuh keyakinan.“Terima kasih banyak Than, elu memang teman gue yang paling baik. Pokoknya kalau elu yang hendel pasti selesai.” Abbas menyeringai karena usahanya tidak sia-sia untuk menjauhkannya.Begitu juga den
Sudah jam sepuluh pagi Bu Romlah bertamu dari jam tujuh pagi, dia pun tidak ada tanda-tandanya untuk pulang ke rumah membuat Ummi Syifa sedikit curiga.Ummi Syifa izin sebentar mau ke belakang dan Bu Romlah yang sedang di temani oleh Ida bersama Baby Salsa , membuat Bu Romlah bahagia melihat Ida yang sedang bermain dengan anaknya.Sesekali Ummi Syifa mengobrol dengannya tetapi tidak terlalu ditanggapi oleh Bu Romlah, karena dia fokus melihat Ida saja.Tante Mayang juga masih menerima telepon dari keluarganya dan pergi ke dapur karena susah sinyal sehingga mencari tempat lain.“May, kamu ngerasa nggak sih, ada yang aneh dengan Bu Romlah itu, sepertinya ada sesuatu yang di sembunyikan.” Ummi Syifa bertanya kepada Mayang yang kebetulan berada di dapur setelah selesai menelepon dengan sedikit berbisik.“Maksudnya bagaimana sih, Mbak?” tanya Mayang bingung.“Shuuts, jangan keras-keras nanti dia dengar bisa gawat kali,” gerutu Ummi Syifa sembari menaruh telunjuknya di bibir.Kamu nggak lih
“Maaf, Bu, saya banyak yang mau dikerjakan, lagian kan ada Ummi Syifa dan Tante Mayang yang menemani Bu Romlah!” jawab Ida ramah.“Iya, Sayang, sana masuk, kasihan tuh sih Salsanya udah mau tidur!”sahut Ummi Syifa menyuruh Ida segera masuk.Ida pun masuk ke kamar sembari menggendong Baby Salsa yang sudah tertidur.Sampai di kamarnya tiba-tiba ponsel Ida bergetar di saku rok gamisnya.Ida pun dengan cepat mengangkatnya setelah menaruh Baby Salsa di tempat tidurnya.@Ida{Assalamu’alaikum, Nes, tumben jam segini telepon, nanti kalau ketahuan Mas Sulthan gajimu dipotong loh?}@Agnes{Wa’alaikumsalam, Da, biarin saja, ini lagi kesal sama suami kamu, tahu}@Ida{Loh, memangnya kenapa lagi, gajimu dipotong lima puluh persen atau apa nih}@Agnes{Si Sulthan itu nah, masa dia terima tawaran Abbas untuk mengambil proyek di Surabaya selama dua bulan, gila nggak tuh?}@Ida{Memangnya kenapa, Nes? Aku sendiri yang mengiyakan untuk mengambil pekerjaan itu, lagian hanya dua bulan saja, kok}@Agnes
“Maaf, Bu, saya sebenarnya belum terbiasa ada orang asing di rumah saya terlalu lama. Bukan mau mengusir Bu, Cuma saya biasanya kalau bertamu seperlunya saja, takut yang punya rumah tidak enak dengan kita siapa tahu dia ingin mengerjakan sesuatu yang sifatnya pribadi, Ibu mengerti kan maksud saya?” Ummi Syifa sebenarnya tidak tega dengan Bu Romlah tetapi jika pembahasannya hanya seputar tentang Ida, mencari tahu kehidupan menantunya dia sangat membencinya.Bu Romlah sedikit terkejut dengan ucapan Ummi Syifa yang mengusirnya dari rumah secara halus, tetapi dia pun memiliki banyak ide agar bisa seharian di rumah itu.“Oh iya ...aduh maaf ya Bu, sangking sukanya saya di sini, jadi lupa mau pulang, walaupun di rumah tidak ada yang dikerjakan, jadi bosan di rumah sendirian!” jelasnya lagi.“Duh, susah banget nih orang, apa susahnya sih, aku kan nggak minta apa-apa, hanya yang aku minta adalah menantumu, bagaimanapun caranya aku harus bisa memisahkan Ida dari keluarga ini, tunggu saja!” ge
Ummi Syifa membantu Ida melepaskan tarikan dari Bu Romlah, Ida hampir terhuyung karena sedang memeluk erat Baby Salsa.Tante Mayang mengambil Baby Salsa dari pelukan Ida agar tidak terkena amukan Bu Romlah.“Mbok Siti ikut membantu menenangkan dan melepaskan cengkeraman tangan Bu Romlah yang masih memegang jilbab Ida.Setelah lima menit berlalu, Ida bisa melepaskan diri dari Bu Romlah yang masih terlihat marah bercampur emosi.“Hey, kamu ngurus satu anak saja tidak becus, Ibu macam apa kamu, hah?”“Dasar menantu kurang ajar, nggak berpendidikan , kamu itu di bawa ke sini , kita ambil dari panti asuhan itu dan menikahkan kamu dengan Abbas agar terbebas dari preman-preman itu!”“Sudah bagus kami menerima anakmu yang nggak tahu siapa bapaknya, dan sekarang kamu tidak bisa mengurusnya, lebih baik titip saja ke panti asuhan biar ada yang merawat, dari pada kamu tidak bisa memberikan dia hidup yang layak untuk anakmu sendiri!”“Buang anak itu!”“Aku tidak suka dengan anakmu, dia itu pembaw