Ummi Syifa membantu Ida melepaskan tarikan dari Bu Romlah, Ida hampir terhuyung karena sedang memeluk erat Baby Salsa.Tante Mayang mengambil Baby Salsa dari pelukan Ida agar tidak terkena amukan Bu Romlah.“Mbok Siti ikut membantu menenangkan dan melepaskan cengkeraman tangan Bu Romlah yang masih memegang jilbab Ida.Setelah lima menit berlalu, Ida bisa melepaskan diri dari Bu Romlah yang masih terlihat marah bercampur emosi.“Hey, kamu ngurus satu anak saja tidak becus, Ibu macam apa kamu, hah?”“Dasar menantu kurang ajar, nggak berpendidikan , kamu itu di bawa ke sini , kita ambil dari panti asuhan itu dan menikahkan kamu dengan Abbas agar terbebas dari preman-preman itu!”“Sudah bagus kami menerima anakmu yang nggak tahu siapa bapaknya, dan sekarang kamu tidak bisa mengurusnya, lebih baik titip saja ke panti asuhan biar ada yang merawat, dari pada kamu tidak bisa memberikan dia hidup yang layak untuk anakmu sendiri!”“Buang anak itu!”“Aku tidak suka dengan anakmu, dia itu pembaw
“Lebih baik kamu bawa Mamah kamu pulang agar bisa istirahat di rumah!” perintah Ummi Syifa kepada Abbas.“A-Apakah saya boleh main ke rumah Bu Syifa lagi, saya janji tidak akan berbuat seperti itu, dan kalau boleh saran jangan sampai Baby Salsa menangis kasihan dia!” sahutnya sembari meminta izin kepada Ummi Syifa.“Iya, Bu, nggak apa-apa, silakan!” balas Ummi Syifa terpaksa menyetujuinya.“Wah ... terima kasih banyak Bu Syifa, Ibu sangat baik sekali!” “Kalau begitu kami permisi pulang dulu, sekali kali lagi terima kasih, Assalamu’alaikum!”“Wa ’alaikumsalam!” jawab mereka serempak.Akhirnya Bu Romlah dan Abbas pamit pulang, dan mereka sangat bahagia hari ini karena akhirnya rencananya berhasil walaupun di akhirnya Abbas harus memutar otaknya untuk memanipulasi keadaan.***“Than, kamu yakin dengan teman kamu itu?” tanya Ummi Syifa yang masih curiga dengan Abbas dan Ibunya.“Maksud Ummi?” Sulthan mengernyitkan dahinya.“Ya maksud Ummi, sih sepertinya dia mempunyai maksud dan tujuan
“Bu Romlah?” “Assalamu’alaikum, Mbak Mayang!”“Wa’alaikumsalam, Bu Romlah, ada apa ya, Bu?”“Ada yang ketinggalan di sini?” tanya Tante Mayang terkejut dengan kedatangan Bu Romlah secara tiba-tiba.“Siapa yang datang Mayang?” teriak Ummi Syifa dari dalam sembari menghampiri Tante Mayang di depan pintu.Seketika Ummi Syifa terkejut juga dengan kedatangan Bu Romlah.“Loh, Bu Romlah ada apa ya, soalnya saya sama Mayang mau ke pengajian tuh, mau bareng ke sana?” tanya Ummi Syifa tegas.“Maaf, Bu Syifa saya mengganggu ya?”“Iya sih, Bu soalnya kita sudah mau pergi nih!”lanjutnya lagi.“Oh, saya hanya mau meminta maaf atas kejadian tadi, sudah membuat kalian tidak nyaman dengan saya,” jelasnya sembari celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.“Nggak apa-apa, Bu!” “Ayuk, kita ke sana saja!” ajak Ummi Syifa yang mulai geram lagi ke Bu Romlah.“Ida nggak ikut, Bu Syifa?” tanya Bu Romlah.“Nggak soalnya Salsa masih bobo kasihan juga kalau dibawa ke sana biar diwakilkan sama kita,” jelas Umm
“Kalian lihat sendiri kan kalau Bu Romlah bertindak aneh, bagaimana nasib Saskia waktu dia menjadi menantunya itu?” Ummi Syifa tidak tahan lagi dengan sikap Bu Romlah yang semakin aneh.“Sepertinya ada yang janggal dengan kematian istrinya itu, Ummi!” ucap Ida mulai berpikir logis.“Ada yang mereka sembunyikan dari kita, tetapi entahlah!” lanjutnya lagi.“Iya, Ummi sependapat denganmu, bisa jadi Saskia stres menghadapi Bu Romlah, apalagi dia sedang hamil terus dia lari ke jalan, lalu Abbas ingin mengejarnya dan saat Abbas mau diserempet sama orang malah Saskia yang terkena karena menolong Abbas!” terang Ummi Syifa membuat yang lainnya terpukau dengan beliau.“Kenapa kalian memandang Ummi seperti itu?”“Ada yang salah dengan perkataan Ummi tadi?” tanyanya bingung melihat ekspresi mereka yang diam seperti patung.“Bu-bukan salah Mbak, tetapi sudah cocok kalau Mbak bisa menjadi seorang detektif,” jawab Tante Mayang bersemangat.“Yang dikatakan Tante, betul itu, Um!”“Sudah cocok menjadi
“Jawab dong Abbas, apa kamu juga menyukai dia kan?”“Mamah tahu saat pertama kali kamu melihat saat pengajian di rumah kita ini, iya kan?”“Pokoknya Mamah nggak mau tahu pokonya dia harus menjadi menantu di rumah ini, sedangkan putri kecilnya biar saja Sulthan yang merawatnya, beres kan, nggak susah!” jelasnya tanpa jeda.“Mah tidak segampang itu, apalagi Mamah sudah mengacaukan di hari pertama, sangat susah untuk mengembalikan kepercayaan mereka, terutama ibunya Sulthan!” jelasnya sedikit kesal kepada Mamahnya.“Kamu kok repot sih Bas, tinggal kamu lenyapkan saja Bu Syifa bereskan!” sahutnya dengan santai.“Jika kamu tidak bisa melakukannya lebih baik Mamah yang akan membereskannya dengan cara Mamah sendiri!” ancamnya sembari pergi meninggalkan Abbas.“Tunggu, Mah, kita tidak boleh bertindak gegabah, dan tidak bisa melenyapkan orang begitu saja, ingat Mah kita pernah melakukannya dan itu membuat Abbas tidak tenang selama ini!”“Abbas tidak mau masa lalu kita tercium oleh orang lain,
“Benar juga kamu Mas, ya sudahlah sekarang kita pulang yuk sudah sore belum kita siap-siap packing di rumah” ucap Ida mengakhiri jalan-jalan mereka di sore hari.Mereka pun pulang dengan membawa banyak belanjaan yang sangat jarang Ida lakukan, karena memang Ida tidak terlalu menyukai belanja kalau bukan yang paling penting.Di dalam mobil baik Ida maupun Sulthan terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Suasana pun sedikit sunyi karena Baby Salsa sudah terlelap tidur di pangkuan Ida dengan nyenyaknya.“Siapa sebenarnya Abbas ini?”“Kenapa dia hadir dalam kehidupan kami yang mulai baik? Mas Sulthan sudah bisa melupakan Fina tetapi sekarang dia hadir kembali dan bekerja sama dengan Abbas!”“Aku harus menceritakan ini semua kepada Agnes, hanya dia yang bisa membantuku dalam hal ini,” gerutunya dalam hati.“Kasihan istriku dia belum bisa merasakan apa yang namanya kebahagiaan, pasti ada saja yang menghalangiku untuk mendapatkan bahagia.”“Belum selesai Fina kini muncul lagi masalah b
Sulthan lalu menghubungi anak buahnya untuk berjaga-jaga di rumahnya walaupun dia sudah tahu kalau anak buah Abbas sudah duluan mengepung rumah Sulthan.Sulthan lalu masuk ke rumah dan menjelaskan keadaan sekitarnya kepada Umi Syifa.“Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”“Loh kalian sudah pulang dari jalan-jalannya?” tanya Umi Syifa menyambut kedatangan mereka.“Sudah Umi, dan kita mempunyai berita yang sangat menarik dari Mbok Siti,” jawab Sulthan bersemangat.“Apaan?” tanya Agnes yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.“Agnes!”“Loh, kapan kalian sudah sampai, kok aku tidak lihat mobil kalian di luar?” tanya Sulthan yang terkejut melihat Agnes dan Iqbal sudah berada di dalam rumahnya.“Memang sengaja, soalnya mau pakai mobilmu lah di sini kan sekalian mau ngerasain jadi bos sementara di kantor!” jawabnya membuat Sulthan melotot tajam ke arahnya.Seketika Agnes paham betul sifat Sulthan seperti itu walaupun akhirnya dia memperbolehkan memakai salah satu mobil mewahnya untuk dipaka
Fina lalu menyantap makanannya sampai habis. “Waw ... enak sekali salad ini aku akan makan di sini setiap hari, baru kali aku merasakan sayurannya sangat fresh,” ucapnya tersenyum.Sedangkan Abbas melanjutkan makannya sembari memperhatikan Fina yang selalu tersenyum yang penuh misteri.Setelah selesai makan malam, lalu mereka duduk santai sebentar sembari menikmati alunan musik klasik.“Sulthan Yazid Zidan bukanlah seorang pria yang mudah ditebak, dia itu sangat pintar apalagi setelah mamahmu mengacaukan segala rencana yang kita buat, tentu saja mereka akan mengantisipasi keadaan,” ucapnya santai sembari meneguk minumannya.“Tidak mungkin, aku percaya dengan Sulthan tidak mungkin dia seperti itu, lagian ibunya dan tentu saja Ida sangat baik tidak ada hal yang mencurigakan, buktinya saat aku mengarang cerita tentang keadaan Mamah mereka percaya saja,” jelasnya dengan penuh keyakinan.“Hahaha ... Abbas kamu terlalu naif, kamu percaya begitu saja ...hahaha ... oh maaf- maaf,” tawa Fina y
Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi
Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se
“Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb
“Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj
“Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada
“Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma
Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu
Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...