Namun, Bu Romlah masih merasa gelisah dan mengumpat kasar seperti orang tidak waras membuat anak buah Abbas merasa ketakutan melihat perilaku majikannya seperti itu.Sesaat kemudian Abbas tersadar dari lamunannya yang ternyata Bu Romlah sudah memarahi salah satu anak buahnya.“Mah, tenang, Mah!”“Dengar Mah, kita sudah menyingkirkan Sulthan dari sini dan Mamah sudah bisa mengambil menantu Mamah itu,” ucap Abbas mencoba menenangkan hati Ibunya.“Kamu bohong lagi Abbas, mereka semua sudah melarikan diri dari kita!”“Mereka sudah tahu kalau kita mengincar menantunya untuk dijadikan tumbal kita, hahaha ....”tawa Bu Romlah membuat Abbas dan anak buahnya bingung.“Tumbal ... tumbal apa Mah, apa maksud Mamah, tumbal apa katakan!” bentak Abbas yang mendengar jelas kalau Bu Romlah mengatakan tumbal.“Hahaha ... kenapa kamu Abbas, apa yang kamu pikirkan, hahaha ...”tawanya lagi membuat Abbas semakin bingung.“Bos, kenapa Nyonya?” “Jangan-jangan Bos menjadi kaya karena pesugihan ya?” tanya Alex
“Kok, Sulthan tidak memberitahuku kalau mereka ikut semua, kapan mereka pergi ke Surabaya, apa mereka pergi bersama-sama tadi malam?” tanyanya lagi yang masih penasaran.“Iya sih, namanya juga satu keluarga ya pasti perginya sama-sama, ”celetuk Agnes tersenyum.“Naik apa mobil atau melalui travel?” tanyanya lagi seperti menyelidik.“Kenapa Pak Abbas ingin tahu semuanya tentang Pak Sulthan?”“Bukannya Pak Abbas yang menugaskannya di Surabaya, kenapa Bapak yang malah bertanya dengan saya?” selidik Agnes yang mulai curiga.“Eh, kamu tinggal jawab saja apa yang ditanyakan oleh anak saya, tidak perlu banyak komentar, memang siapa kamu, berani sekali kamu masuk di rumah orang!” hardik Bu Romlah yang mulai tak terkontrol emosinya.“Maaf Bu, saya yang disuruh menjaga rumah ini selama mereka ke luar kota, dan saya ini selain sekretarisnya juga keluarganya Pak Sulthan, saya ini kakak iparnya, jadi apa pun yang terjadi dengan keluarga saya, maka harus tahu juga,” jelasnya dengan tegas membuat Ab
Tut ...tut ... nada tersambung.@Ummi Syifa[Halo, Assalamu’alaikum]@Tante Mayang[Wa’alaikumsalam, Mbak}@Ummi Syifa[Ada apa, May, kok kamu menghubungi, Mbak? Ada masalah apa Mayang, semua baik-baik saja kan?]@Tante Mayang[Begini Mbak, tadi Iqbal telepon ke aku, katanya Abbas dan Bu Romlah datang lagi ke rumah, dan benar saja apa yang kita takutkan ternyata benar, Mbak][Abbas mengakui kalau dia memang mengincar Ida, Mbak, dan katanya lagi mereka akan menyusul kita ke Surabaya, dan ini aku mencoba menghubungi Ida tidak bisa, Mbak]@Ummi Syifa[Apa maksud kamu, Mayang?]@Tante Mayang[Ida dan Niken sedang pergi ke pasar, dan ponsel Ida di tinggal di rumah karena baterainya habis, dan Mayang sudah mencoba menghubungi Niken, nyambung tetapi nggak diangkat, Mbak, aku bingung]@Ummi Syifa[Kok bisa, Mayang, jadi bagaimana ini, nggak mungkin Mbak sama Mbok Siti ke sana, karena kita belum menemukan rumah orang itu]@Tante Mayang[Aku sudah suruh orang mencari Ida dan Niken, aku takut Mb
“Iya, Bu ini rumahnya, dulu rumah ini sangat indah menjadi pujian semua warga tetapi setelah kejadian tiga tahun lalu, semuanya jadi begini, sebenarnya ada para pekerja yang masih setia dengan Juragan tetapi Juragan tidak bisa lagi memperkerjakan lagi karena tidak bisa memberinya gaji lagi.“Namun, mereka masih saja datang sesekali ke rumah ini hanya sekedar untuk menyapa maupun membersihkan rumah ini.” “Juragan tidak ingin berniat menjual sedikit pun rumah itu karena banyak kenangan masa lalu tentang putri mereka,” jelas Bu Rina mengenai rumah itu.“Ayuk Bu, kita ke dalam,” ajak Bu Rina.Akhirnya mereka masuk ke dalam dan mendekati rumah itu. “Tok! Tok!”“Assalamu’alaikum!” tidak ada sahutan dari dalam.“Coba sekali lagi Bu, mungkin tidak dengar, soalnya saya harus bisa bertemu hari ini juga,” ucap Ummi Syifa nampak khawatir dan gelisah.“Assalamu’alaikum, Juragan!” “Wa-wa’alaikumsalam!” terdengar suara bariton dan langkah kaki menuju pintu itu.Pintu pun terbuka dengan pelan, ter
“Bohong!” teriaknya lagi dengan histeris dengan mata yang berkaca-kaca.“Siapa bilang dia keluar negeri?”“Dia itu tidak pernah keluar negeri untuk kuliah, dia hanya pernah bekerja sebagai TKI di Taiwan selama tiga tahun, kebetulan waktu itu ada teman bapaknya yang pernah mengetahui tentang Abbas.”“Setelah dia mengumpulkan uang dari hasil kerjanya di sana, dia melanjutkan kuliahnya di Jogja selama lima tahun.”“Mereka itu keluarga penipu ulung, semua yang kalian dengar tentang mereka adalah hanya kepalsuan saja!”“Mungkin sekarang dia lebih kaya karena dia sudah mengambil semua harta warisan kami, mereka itu tidak tahu diri, dikasih jantung malah minta hati!” hardiknya kesal.“Sabar toh Bu, istigfar jangan terlalu diporsil, ingat kesehatan Ibu!” “Biarkan saja, buat apa Ibu hidup, Ibu sudah kehilangan Saskia , Ibu tidak mau hidup lagi! Dia yang sudah membuat Saskia meninggal!” teriaknya kembali.“Dasar pembohong besar!” Ummi Syifa dengan geram.“Iya, Ibu benar dia pembohong besar, te
[Ya Allah, Pak, wajahnya mirip banget seperti anak kita Saskia?][Tolong jaga dia Bu Syifa jauhkan dia dari mereka!][Selain untuk mengambil menantu Ibu, mereka pasti ingin mengambil harta warisan kalian!]@Ida[Ibu, yang tenang ya, apa pun yang Ibu katakan saya akan lakukan, tidak akan terjadi apa-apa selama saya masih bersama keluarga yang menyayangi saya]@Bu Lina[Sayang, bolehkan Ibu bertemu langsung denganmu, saya mohon, tolong!][Saya janji tidak akan berbuat apa-apa, saya hanya ingin melihat wajah anak saya]“Boleh ya Bu Syifa, saya mohon kami hanya ingin melihat jelas kemiripan yang ada pada diri menantu Ibu,” ucapnya memohon sembari menitikkan air mata.Ummi Syifa menjadi tidak tega melihat Bu Lina yang masih belum bisa melupakan anak semata wayangnya, terlebih lagi karena kedatangannya dia juga mengingatkan kembali dengan putrinya itu.“Jika Ibu memang ingin menemui menantu saya, baiklah ikut kami ke Surabya nanti, bagaimana Than, nggak apa-apa kan?” tanya Ummi Syifa di da
“Apakah Abbas ataupun Bu Romlah tidak menanyakan kabar Fatih sampai sekarang, Pak?” tanya Ummi Syifa kepada Juragan Aryo dengan penasaran.“Alhamdulillah tidak, Bu, lebih baik mereka lupa kalau si Abbas sudah memiliki anak! Saya nggak rela dunia akhirat kalau sampai Fatih diambil dari kami!”“Ibu dan anak itu pergi begitu saja dari sini setelah kematian Saskia, tanpa memberitahukan kami, mereka tinggalkan rumah ini saja mungkin saat kami masih terlelap tidur,” jelas Juragan Aryo sembari mengepalkan tangannya.“Iya, Pak, Ibu juga sependapat dengan kamu, Pak, kita akan memperjuangkan Fatih enak saja dia tinggalkan begitu saja anaknya dan sekarang ingin mengambil dari kami, jangan mimpi kamu Abbas!” Bu Lina sangat geram jika menyangkut tentang Abbas.“Berarti kita tinggal mencari rumah sakit jiwa yang Bu Romlah pernah di rawat di sana hanya untuk sebagai bukti,” jelas Ummi Syifa tegas.“Sebentar, Bu, ada yang ingin saya perlihatkan ke Ibu, saya ambil dulu!” Bu Lina bergegas pergi ke kam
“Berlari kecil menghampiri Juragan Aryo dan mencium tangannya.Seketika Ummi Syifa menatapnya dengan lembut dan mengurai senyuman. Dia tahu pasti ini Fatih anak Saskia.Tubuh yang gemuk berisi untuk seusianya membuatnya sangat menggemaskan. Berkulit putih dengan wajah oval dan alis yang tebal teratur membuat anak itu terlihat tampan walaupun terdapat banyak cemong di wajah imut nya.“Wa ’alaikumsalam, Fatih dari mana saja kok baru pulang, dan ini kenapa bajunya kotor, memang Fatih habis main apa, Sayang?” tanya Juragan Aryo sembari membersihkan banyak kotoran yang menempel di bajunya.“Maaf Juragan, tadi Den Fatih menolong anak kucing yang ke cebur di got, jadi ya begini!” ucap Bang Urip salah satu warga yang menemukan Fatih sedang menolong anak kucing itu.“Oh gitu, terima kasih Bang Urip, sudah mengantarkan cucu saya pulang ke rumah,” ucap Juragan Aryo tersenyum.“Sama-sama, Juragan , kalau begitu saya pamit pulang dulu, Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”“Pah, maafin Fatih ya su
Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi
Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se
“Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb
“Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj
“Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada
“Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma
Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu
Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...