“Apakah Abbas ataupun Bu Romlah tidak menanyakan kabar Fatih sampai sekarang, Pak?” tanya Ummi Syifa kepada Juragan Aryo dengan penasaran.“Alhamdulillah tidak, Bu, lebih baik mereka lupa kalau si Abbas sudah memiliki anak! Saya nggak rela dunia akhirat kalau sampai Fatih diambil dari kami!”“Ibu dan anak itu pergi begitu saja dari sini setelah kematian Saskia, tanpa memberitahukan kami, mereka tinggalkan rumah ini saja mungkin saat kami masih terlelap tidur,” jelas Juragan Aryo sembari mengepalkan tangannya.“Iya, Pak, Ibu juga sependapat dengan kamu, Pak, kita akan memperjuangkan Fatih enak saja dia tinggalkan begitu saja anaknya dan sekarang ingin mengambil dari kami, jangan mimpi kamu Abbas!” Bu Lina sangat geram jika menyangkut tentang Abbas.“Berarti kita tinggal mencari rumah sakit jiwa yang Bu Romlah pernah di rawat di sana hanya untuk sebagai bukti,” jelas Ummi Syifa tegas.“Sebentar, Bu, ada yang ingin saya perlihatkan ke Ibu, saya ambil dulu!” Bu Lina bergegas pergi ke kam
“Berlari kecil menghampiri Juragan Aryo dan mencium tangannya.Seketika Ummi Syifa menatapnya dengan lembut dan mengurai senyuman. Dia tahu pasti ini Fatih anak Saskia.Tubuh yang gemuk berisi untuk seusianya membuatnya sangat menggemaskan. Berkulit putih dengan wajah oval dan alis yang tebal teratur membuat anak itu terlihat tampan walaupun terdapat banyak cemong di wajah imut nya.“Wa ’alaikumsalam, Fatih dari mana saja kok baru pulang, dan ini kenapa bajunya kotor, memang Fatih habis main apa, Sayang?” tanya Juragan Aryo sembari membersihkan banyak kotoran yang menempel di bajunya.“Maaf Juragan, tadi Den Fatih menolong anak kucing yang ke cebur di got, jadi ya begini!” ucap Bang Urip salah satu warga yang menemukan Fatih sedang menolong anak kucing itu.“Oh gitu, terima kasih Bang Urip, sudah mengantarkan cucu saya pulang ke rumah,” ucap Juragan Aryo tersenyum.“Sama-sama, Juragan , kalau begitu saya pamit pulang dulu, Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”“Pah, maafin Fatih ya su
“Jika pemikiran kamu seperti itu, berarti dia ingin melenyapkan kembali barang bukti, begitu?” tanya Tante Mayang bingung.“Bisa jadi bisa nggak, Tan!”“Mungkin juga karena Bu Romlah merasa kalau Ida akan menuntut balas, sehingga secara perlahan-lahan ingin membalas dendam lagi sama Ida.”“Apalagi kalau kedua orang tua Saskia akan datang kemari, dan kedua orang itu menyusul kesini, sehingga mereka beranggapan kalau keluarga Saskia akan menuntut balas melalui Ida.”“Kita mengenal mereka baru seminggu dan kebetulan mereka membeli rumah dari Pak Bandi tetangga kita dulu.”“Oh ya sebentar, Tante!” Ida lalu mencari nomor ponsel yang ingin dia telepon.“Kamu mau menelepon siapa, Da? Jangan buat panik dong?” tanya Tante Mayang gusar.“Tunggu Tante, Ida mau menghubungi Dewi anaknya Pak Bandi siapa tahu ada petunjuk dari dia!”Tante Mayang terlihat bingung dengan apa yang dilakukan menantu keponakannya itu.Ida segera menghubungi Dewi tetangga yang dulu sekaligus teman pengajiannya sewaktu mas
@Ida[Bagaimana Say, apakah kamu kenal dengan orang yang ada di foto itu?]@Dewi[Sudah, Say, dan benar ini orangnya. Wanita muda ini namanya Fina ... ya nama lengkapnya Salsabila Dafina dan itu teman beserta ibunya yang datang bersama Fina saat menandatangani penyerahan dokumen rumah ku itu, Cuma aku lupa siapa namanya, tetapi yang jelas Fina yang sudah membeli rumah papah itu, kalau kamu mau masih ada kok bukti kuitansi bermeterai atas tanda tangan dia][Memang kenapa, Say ada masalah dengan tetangga baru itu?]@Ida[Oh nggak ada apa-apa, makasih banyak loh, nanti kita ngobrol lagi. Aku tutup dulu ya Say, anakku sudah bangun, nanti kita sambung lagi, Assalamu’alaikum!]@Dewi[Wa’alaikumsalam]Ida lalu menutupnya dengan cepat dan pergi ke kamar Baby Salsa dengan terburu-buru.Saat membuka pintu kamar, Ida hampir dibuatnya terkejut melihat Tante Mayang berdiri menatap Baby Salsa dengan tajam.Namun, saat dia sadar kalau Ida yang datang tiba-tiba wajahnya kembali berubah tersenyum kem
Ida masih mencoba menghubungi Ummi Syifa tetapi belum bisa tersambung, kini beralih menghubungi kepada suaminya lagi-lagi di luar jangkauan.Ida berpikir dengan keras untuk mencari solusinya sembari mondar-mandir di kamarnya dan tiba-tiba dia pun mengingat sesuatu.“Astagfirullahaladzim, kenapa aku sampai lupa tidak menghubungi Mbok Siti?” ucapnya kembali bersemangat.Ida lalu mencoba menghubungi mbok Siti, dan keberuntungan sekarang berpihak kepadanya, karena bisa berhasil menghubungi Mbok Siti dengan cepat dan langsung diangkat oleh Mbok Siti. @Mbok Siti[Assalamu’alaikum]@Ida[Wa’alaikumsalam, Mbok Siti, Ya Allah, akhirnya, Mbok]@Mbok Siti[Ada apa Neng, kami belum sampai mungkin sekitar dua jam lagi!]@Ida[Mbok, ponsel Ummi kok nggak bisa dari tadi?][Bisa bicara sama Ummi, Mbok ada hal yang penting yang mau Ida kasih tahu]@Mbok Siti[Oh iya Neng, ponselnya Ummi kehabisan baterai jadi mati, sebentar]“Bu, Neng Ida mau bicara penting katanya,” ucap Mbok Siti dan memberikan po
“Sa-saya ... maaf Pak, saya tidak bisa mengatakannya maaf ...Pak!”“Apa yang kamu ingin katakan kepada saya, kenapa saya harus berhati-hati dengan Pak Abbas? Dia adalah teman saya kuliah dulu walaupun kami tidak terlalu akrab, paling tidak saya pernah mengenalnya,” jelas Sulthan sedikit penasaran.“Jika Bapak ingin mengetahui siapa Pak Abbas, saya ada memberikan flashdisk di saku celana Bapak, jangan memberi respon, bersikap seperti biasa saja!”“Pasti Bapak bingung kenapa saya memberikan flashdisk itu ke Bapak, padahal saya belum mengenal Anda sebelumnya.”“Percayalah sama saya, jika Bapak ingin keluarga Anda selamat jangan bermain api dengannya, jika salah melangkah malah Anda yang akan terbakar nantinya!”“Apa yang ingin dikatakan oleh Dirga? Dan mengapa dia mengatakan dari sudut pandang dia kalau Abbas adalah orang sangat berbahaya? Dan bagaimana dia sempat menaruh flashdisk itu di dalam saku celanaku?” gumam Sulthan masih tidak percaya.Dia pun mengingat-ingat kapan dia bertemu.
Fina hanya mendengarkan ancaman Sulthan, dia pun tak bergeming untuk pindah dari posisinya.Tatapan liar yang dilemparkan untuk Sulthan membuatnya lebih tidak mengenal sosok Fina yang sudah berubah seperti singa betina yang kelaparan.“Hahaha ...kamu sangat lucu, Sayang!”“Oh ... maaf, aku keceplosan, dengar ya Sayang, kamu tidak bisa mengusirku seperti ini karena apa?”“Karena aku yang akan menjadi partner bisnismu, Sayang!”“Bukankah Pak Abbas Anggara sudah memberitahumu kalau ada asisten yang akan membantu kamu dalam menyelesaikan proyek ini!”“Kamu mau tahu kenapa, karena aku juga menanamkan modal di dalam proyek ini sehingga aku juga turut andil di dalamnya. Kamu pasti suka kan, Sayang, bisa bertemu aku lagi dan kita satu tempat kerja, romantis banget!”“Apa maksud kamu, jadi kamu mengenal Abbas juga, sedangkan saat kuliah kamu tidak pernah bertemu dengannya?” tanya Sulthan penasaran.“Tepat sekali, Sayang, Abbas Anggara walaupun nama kami tidak tersohor seperti namamu di kampus,
Namun, di perjalanan Sulthan mampir dulu ke sebuah toko untuk membeli kartu sim baru. Selesai membeli Sulthan lalu kembali melanjutkan perjalanannya.Tak lama kemudian tiba-tiba Abbas, menelepon Sulthan, dia pun kembali menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan langsung mengangkatnya.Rasa emosi yang tertahankan ingin sekali menghajarnya sampai babak belur dengan tingkah yang melampaui batas.@Sulthan[Halo, kamu di mana Bas?]@Abbas[Maaf Than, aku lagi di jalan jadi tidak mengangkat panggilan dari kamu, memang ada apa Than, ada masalah di sana? Apa semua baik-baik saja kan?]@Sulthan[Tidak usah basa-basi, Bas, aku sudah tahu semuanya, apa yang kamu inginkan dari aku, kenapa kamu ingin merusak rumah tangga kami][Kamu bekerja sama dengan Fina, padahal kamu sudah tahu kalau Fina itu mantan tunanganku. Dan dengan seenaknya kamu memasukkan namanya ke dalam proyek yang aku garap][Apa tujuan kamu sebenarnya, Bas?]@Abbas[Maaf, Than, sebenarnya aku juga tidak tahu kalau Fina adalah re