“Benar juga kamu Mas, ya sudahlah sekarang kita pulang yuk sudah sore belum kita siap-siap packing di rumah” ucap Ida mengakhiri jalan-jalan mereka di sore hari.Mereka pun pulang dengan membawa banyak belanjaan yang sangat jarang Ida lakukan, karena memang Ida tidak terlalu menyukai belanja kalau bukan yang paling penting.Di dalam mobil baik Ida maupun Sulthan terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Suasana pun sedikit sunyi karena Baby Salsa sudah terlelap tidur di pangkuan Ida dengan nyenyaknya.“Siapa sebenarnya Abbas ini?”“Kenapa dia hadir dalam kehidupan kami yang mulai baik? Mas Sulthan sudah bisa melupakan Fina tetapi sekarang dia hadir kembali dan bekerja sama dengan Abbas!”“Aku harus menceritakan ini semua kepada Agnes, hanya dia yang bisa membantuku dalam hal ini,” gerutunya dalam hati.“Kasihan istriku dia belum bisa merasakan apa yang namanya kebahagiaan, pasti ada saja yang menghalangiku untuk mendapatkan bahagia.”“Belum selesai Fina kini muncul lagi masalah b
Sulthan lalu menghubungi anak buahnya untuk berjaga-jaga di rumahnya walaupun dia sudah tahu kalau anak buah Abbas sudah duluan mengepung rumah Sulthan.Sulthan lalu masuk ke rumah dan menjelaskan keadaan sekitarnya kepada Umi Syifa.“Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”“Loh kalian sudah pulang dari jalan-jalannya?” tanya Umi Syifa menyambut kedatangan mereka.“Sudah Umi, dan kita mempunyai berita yang sangat menarik dari Mbok Siti,” jawab Sulthan bersemangat.“Apaan?” tanya Agnes yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.“Agnes!”“Loh, kapan kalian sudah sampai, kok aku tidak lihat mobil kalian di luar?” tanya Sulthan yang terkejut melihat Agnes dan Iqbal sudah berada di dalam rumahnya.“Memang sengaja, soalnya mau pakai mobilmu lah di sini kan sekalian mau ngerasain jadi bos sementara di kantor!” jawabnya membuat Sulthan melotot tajam ke arahnya.Seketika Agnes paham betul sifat Sulthan seperti itu walaupun akhirnya dia memperbolehkan memakai salah satu mobil mewahnya untuk dipaka
Fina lalu menyantap makanannya sampai habis. “Waw ... enak sekali salad ini aku akan makan di sini setiap hari, baru kali aku merasakan sayurannya sangat fresh,” ucapnya tersenyum.Sedangkan Abbas melanjutkan makannya sembari memperhatikan Fina yang selalu tersenyum yang penuh misteri.Setelah selesai makan malam, lalu mereka duduk santai sebentar sembari menikmati alunan musik klasik.“Sulthan Yazid Zidan bukanlah seorang pria yang mudah ditebak, dia itu sangat pintar apalagi setelah mamahmu mengacaukan segala rencana yang kita buat, tentu saja mereka akan mengantisipasi keadaan,” ucapnya santai sembari meneguk minumannya.“Tidak mungkin, aku percaya dengan Sulthan tidak mungkin dia seperti itu, lagian ibunya dan tentu saja Ida sangat baik tidak ada hal yang mencurigakan, buktinya saat aku mengarang cerita tentang keadaan Mamah mereka percaya saja,” jelasnya dengan penuh keyakinan.“Hahaha ... Abbas kamu terlalu naif, kamu percaya begitu saja ...hahaha ... oh maaf- maaf,” tawa Fina y
Namun, Bu Romlah masih merasa gelisah dan mengumpat kasar seperti orang tidak waras membuat anak buah Abbas merasa ketakutan melihat perilaku majikannya seperti itu.Sesaat kemudian Abbas tersadar dari lamunannya yang ternyata Bu Romlah sudah memarahi salah satu anak buahnya.“Mah, tenang, Mah!”“Dengar Mah, kita sudah menyingkirkan Sulthan dari sini dan Mamah sudah bisa mengambil menantu Mamah itu,” ucap Abbas mencoba menenangkan hati Ibunya.“Kamu bohong lagi Abbas, mereka semua sudah melarikan diri dari kita!”“Mereka sudah tahu kalau kita mengincar menantunya untuk dijadikan tumbal kita, hahaha ....”tawa Bu Romlah membuat Abbas dan anak buahnya bingung.“Tumbal ... tumbal apa Mah, apa maksud Mamah, tumbal apa katakan!” bentak Abbas yang mendengar jelas kalau Bu Romlah mengatakan tumbal.“Hahaha ... kenapa kamu Abbas, apa yang kamu pikirkan, hahaha ...”tawanya lagi membuat Abbas semakin bingung.“Bos, kenapa Nyonya?” “Jangan-jangan Bos menjadi kaya karena pesugihan ya?” tanya Alex
“Kok, Sulthan tidak memberitahuku kalau mereka ikut semua, kapan mereka pergi ke Surabaya, apa mereka pergi bersama-sama tadi malam?” tanyanya lagi yang masih penasaran.“Iya sih, namanya juga satu keluarga ya pasti perginya sama-sama, ”celetuk Agnes tersenyum.“Naik apa mobil atau melalui travel?” tanyanya lagi seperti menyelidik.“Kenapa Pak Abbas ingin tahu semuanya tentang Pak Sulthan?”“Bukannya Pak Abbas yang menugaskannya di Surabaya, kenapa Bapak yang malah bertanya dengan saya?” selidik Agnes yang mulai curiga.“Eh, kamu tinggal jawab saja apa yang ditanyakan oleh anak saya, tidak perlu banyak komentar, memang siapa kamu, berani sekali kamu masuk di rumah orang!” hardik Bu Romlah yang mulai tak terkontrol emosinya.“Maaf Bu, saya yang disuruh menjaga rumah ini selama mereka ke luar kota, dan saya ini selain sekretarisnya juga keluarganya Pak Sulthan, saya ini kakak iparnya, jadi apa pun yang terjadi dengan keluarga saya, maka harus tahu juga,” jelasnya dengan tegas membuat Ab
Tut ...tut ... nada tersambung.@Ummi Syifa[Halo, Assalamu’alaikum]@Tante Mayang[Wa’alaikumsalam, Mbak}@Ummi Syifa[Ada apa, May, kok kamu menghubungi, Mbak? Ada masalah apa Mayang, semua baik-baik saja kan?]@Tante Mayang[Begini Mbak, tadi Iqbal telepon ke aku, katanya Abbas dan Bu Romlah datang lagi ke rumah, dan benar saja apa yang kita takutkan ternyata benar, Mbak][Abbas mengakui kalau dia memang mengincar Ida, Mbak, dan katanya lagi mereka akan menyusul kita ke Surabaya, dan ini aku mencoba menghubungi Ida tidak bisa, Mbak]@Ummi Syifa[Apa maksud kamu, Mayang?]@Tante Mayang[Ida dan Niken sedang pergi ke pasar, dan ponsel Ida di tinggal di rumah karena baterainya habis, dan Mayang sudah mencoba menghubungi Niken, nyambung tetapi nggak diangkat, Mbak, aku bingung]@Ummi Syifa[Kok bisa, Mayang, jadi bagaimana ini, nggak mungkin Mbak sama Mbok Siti ke sana, karena kita belum menemukan rumah orang itu]@Tante Mayang[Aku sudah suruh orang mencari Ida dan Niken, aku takut Mb
“Iya, Bu ini rumahnya, dulu rumah ini sangat indah menjadi pujian semua warga tetapi setelah kejadian tiga tahun lalu, semuanya jadi begini, sebenarnya ada para pekerja yang masih setia dengan Juragan tetapi Juragan tidak bisa lagi memperkerjakan lagi karena tidak bisa memberinya gaji lagi.“Namun, mereka masih saja datang sesekali ke rumah ini hanya sekedar untuk menyapa maupun membersihkan rumah ini.” “Juragan tidak ingin berniat menjual sedikit pun rumah itu karena banyak kenangan masa lalu tentang putri mereka,” jelas Bu Rina mengenai rumah itu.“Ayuk Bu, kita ke dalam,” ajak Bu Rina.Akhirnya mereka masuk ke dalam dan mendekati rumah itu. “Tok! Tok!”“Assalamu’alaikum!” tidak ada sahutan dari dalam.“Coba sekali lagi Bu, mungkin tidak dengar, soalnya saya harus bisa bertemu hari ini juga,” ucap Ummi Syifa nampak khawatir dan gelisah.“Assalamu’alaikum, Juragan!” “Wa-wa’alaikumsalam!” terdengar suara bariton dan langkah kaki menuju pintu itu.Pintu pun terbuka dengan pelan, ter
“Bohong!” teriaknya lagi dengan histeris dengan mata yang berkaca-kaca.“Siapa bilang dia keluar negeri?”“Dia itu tidak pernah keluar negeri untuk kuliah, dia hanya pernah bekerja sebagai TKI di Taiwan selama tiga tahun, kebetulan waktu itu ada teman bapaknya yang pernah mengetahui tentang Abbas.”“Setelah dia mengumpulkan uang dari hasil kerjanya di sana, dia melanjutkan kuliahnya di Jogja selama lima tahun.”“Mereka itu keluarga penipu ulung, semua yang kalian dengar tentang mereka adalah hanya kepalsuan saja!”“Mungkin sekarang dia lebih kaya karena dia sudah mengambil semua harta warisan kami, mereka itu tidak tahu diri, dikasih jantung malah minta hati!” hardiknya kesal.“Sabar toh Bu, istigfar jangan terlalu diporsil, ingat kesehatan Ibu!” “Biarkan saja, buat apa Ibu hidup, Ibu sudah kehilangan Saskia , Ibu tidak mau hidup lagi! Dia yang sudah membuat Saskia meninggal!” teriaknya kembali.“Dasar pembohong besar!” Ummi Syifa dengan geram.“Iya, Ibu benar dia pembohong besar, te