Share

Bab 7

"Semalam kamu ke mana? Aku cari-cari kata Bagio, sudah pulang. Padahal aku baru datang."

Lela tersenyum manis. Ia menyandarkan kepalanya di dada pria itu. "Aku sudah terlalu banyak minum. Aku takut tak bisa pulang. Nanti, malah merepotkanmu."

"Kamu memang wanita sempurna. Sudah cantik, masih perhatian denganku juga." Pria itu mencubit dagu Lela sambil tersenyum.

Bagi Berlian, adegan tersebut sungguh menjijikkan. Gadis itu terus memperhatikan mereka. Namun, Ibunya malah ikut masuk ke dalam mobil. Entah ke mana mereka akan pergi. Sunyi dan hanya dinginnya malam sudah biasa menjadi temannya, kini Berlian kembali pulang.

Baru setengah jalan, seseorang memanggilnya. "Hei!"

Berlian menoleh. Temaram lampu di gang tersebut membuat kedua mata sang gadis menyipit. Ia tak kenal dengan sosok yang memanggilnya karena dilihat dari penampilan, pria itu memang bukan penduduk sana.

"Dek, saya mau tanya," katanya. "Rumahnya Lela di mana, ya?"

Seketika bola mata Berlian mendelik. Sudah ia duga, pria itu pasti sama seperti pria-pria yang sering datang pada Ibunya. Apalagi penampilan dia memang terlihat seperti orang kaya.

Berlian ketakutan. Ia menoleh kanan kiri, bersiap untuk lari. Pria itu tahu, Berlian takut padanya.

"Tenang, saya bukan orang jahat. Saya hanya bertanya saja. Soalnya, dia bilang bersedia kerja di rumah saya dan mengajak anaknya tinggal sama-sama di sana."

Sejenak, pikiran sang gadis teringat pada perkataan Ibunya yang berniat pindah. Mungkin, pria ini yang akan memberikan tempat tinggal.

"Saya anaknya. Tapi, Ibu sudah pergi dengan laki-laki tadi. Tolong, saya minta tolong, agar Ibu saya tidak terus bekerja dengan mereka. Saya tidak mau Ibu saya terus memberi makan saya dengan hasil kerja itu." Air mata pun tak terbendung lagi. Tumpah membasahi pipinya yang putih.

"Kamu sabar, ya! Sekarang, apa kamu tau, di mana Ibumu kerja?" Yoga mencoba mendekati gadis itu untuk memberikan beberapa informasi mengenai Lela. Namun, yang ada hanyalah sebuah gelengan kepala.

"Saya hanya tau satu orang yang sepertinya tau di mana Ibu kerja," kata Berlian dengan ragu. Setelah beberapakali percakapan, gadis itu merasa pria di hadapannya bukan orang jahat.

"Bawa saya ke sana, kita akan segera cari Ibu kamu."

Berlian mengangguk. Canggung di dalam mobil berdua dengan pria dewasa yang usianya jauh di atasnya, Berlian tak berani banyak bicara. Lepas dari rumah seorang pria yang juga ikut menghina Ibunya waktu itu, mereka mendapatkan alamat di mana Lela bekerja.

Meski sempat mendapat hardikan, mereka tak berhenti di situ saja. Sampai di depan sebuah tempat yang terdengar alunan musik kencang, mereka turun. Ada firasat buruk melintas di benak Yoga.

"Kamu tunggu di dalam mobil saja! Di sini tak baik untuk gadis sepertimu."

Berlian menurut. Ia masuk lagi ke dalam mobil, menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

*

Setelah sampai di dalam, pria itu di sambut ramah oleh penghuninya. Dijamu dengan sentuhan merambat dada. Namun, dia menolak. Tatapannya menelisik setiap wajah-wajah wanita yang tengah berkumpul dengan pria-pria hidung belang.

Lela tak ada. Sejauh mata menatap, tak juga ia temukan wanita yang ia cari.

"Cari siapa, Ganteng? Ayo, kita masuk dulu!" Ajak seorang wanita yang terus mengedipkan matanya. Pakaiannya sungguh membuat hawa tak nyaman. Yoga menoleh dengan halus.

"Maaf, saya hanya cari Lela. Apakah kamu tau di mana dia?"

"Oh, Lela? Dia memang paling laris diantara kami." Tawa wanita itu membuat dada sesak. Namun, Yoga tak peduli. Ia hanya ingin Lela kembali.

"Di mana dia?"

"Malam ini dia enggak ada di sini. Sudah sejak pagi katanya izin untuk istirahat."

Yoga kaget. Ke mana lagi mencari Lela sementara tidak ada tempat lain yang ia tahu selain di sini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status