Share

209

209.

"Benci? Kamu membenciku, Mai?"

Maira malah mengangguk. Wajahnya bahkan terlihat datar tanpa ekspresi. Aku melepaskan kedua tangan dari pinggangnya. Mundur hingga tubuh kami tidak lagi rapat. Aku menggeleng tak percaya.

"Lalu, apa artinya malam indah yang sudah kita lalui, Mai? Kenapa mau menyerahkan diri dan membiarkan malam pertama kita terjadi sementara kamu membenciku? Kamu hanya ingin mempermainkanku? Keperjakaanku sudah hilang, dan kamu mengatakan kamu membenciku?" Aku nyerocos. Tak percaya rasanya, tapi wajah Mai begitu serius. Bukan tak mungkin, jika ia memang sedang mengangkatku setinggi-tingginya untuk dapat menghempasku sekerasnya ke bawah.

Maira tidak bersuara. Ia justru merangsek maju sementara kakiku terasa kaku di dasar tanah. Wajah Mai terangkat pun dengan dagunya.

Kini ia sudah ada di depanku. Mata kami saling bergerak mengunci. Wajah itu tak bersahabat. Aku merasa terperosok dalam harapan.

Namun tiba-tiba, Mai menggerakkan kedua tangannya hingga melingkar di lehe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status