Kring.....kring.....kring.....suara nyaring membangunkan Zeira dari mimpi indanya, setiap hari Zeira selalu memasang alaram di ponselnya, supaya dirinya tidak terlambat bangun untuk berangkat bekerja.
Mendengar nada itu, dia langsung membuka kedua bola mata birunya dan bergegas kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mulai menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Rizal.
Setelah selesai menyiapkan sarapan, dia menuju kamar rizal, namun saat membuka pintu, dia melihat ayahnya sedang tidur, dia mengurungkan niatnya untuk membangunkan rizal, lalu ia kembali kemeja makan untuk sarapan.
Setelah selesai sarapan dia bersiap untuk berangkat bekerja, dia hanya meninggalkan satu lembar kertas diatas meja.
* Ayah aku berangkat bekerja, ayah jangan lupa makan dan minum obat dan jangan keluar dari rumah sebelum aku pulang bekerja *
Setelah sampai di Swalayan tempat ia bekerja, dia tidak memiliki semangat karena yang ada didalam otaknya saat ini hanyalah bagaimana cara untuk mendapatkan uang." Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan " ucap dalam mulut manisnya
Tidak lama kemudian ponsel yang ada di saku celananya bergetar, sontak membuat dirinya kaget, namun dia enggan untuk menerima telepon di saat jam bekerja. Karena peraturan ditempat ia bekerja ! Tidak bisa menggunakan ponsel di saat jam kerja, mereka hanya bisa memainkan ponsel di saat jam istirahat.
Namun perasaannya tidak bisa tenang, karena dari tadi ponselnya terus saja bergetar, dia merasa pasti ayahnya yang menghubunginya, dia takut akan terjadi sesuatu kepada Rizal, akhirnya dia meminta Rara menjadi kasir untuk sementara " Ra bantu aku, saya mau ketoilet "
" Ok teman " ucap Rara
Zeira dengan buru-buru menuju kamar mandi yang ada disudut sebelah kanan, namun saat sampai di toilet ponselnya sudah tidak bergetar lagi " haaaaa ini nomor baru, nomor siapa yah ?"
Dia hanya mengirimkan pesan singkat karena dia tidak memiliki pulsa untuk menghubungi nomor itu * maaf ini siapa * dia baru saja mengirim pesan namun nomor baru itu tiba-tiba menghubunginya
" Hallo.... Ini siapa " ucap Zeira dengan nada yang rendah supaya tidak ada yang mendengarnya
" Apa kamu ingin kabur dari utang ayahmu " suara dingin dari dalam ponselnya. Dia langsung paham bahwa yang menghubunginya saat ini adalah manajer Bar.
" Maaf tuan Rian, tadi saya sedang bekerja oleh karena itu saya tida menerima panggilan Tuan "
" Bagus kalau begitu, Bapak Direktur ingin bertemu dengan kamu, cepatlah kemari karena Bapak Direktur tidak suka menunggu lama "
" Maaf Tua saya sekarang sedang bekerja, apa bisa setelah pulang bekerja saya langsung kesana ?"
" Kamu pikir kamu itu siapa ? Sampai seorang Direktur harus menunggumu sampai sore, tidak ada alasan 20 menit kamu tidak sampai, masalah ini akan dibawa kejalur hukum " tu.....tu....tu.... Sambungan teleponnya telah terputus, tanpa Zeira sempat menjawab.
Zeira langsung menuju keruangan supervisor. Tok.....tok ....tok....
" Masuk " suara supervisor dari dalam
" Maaf mengganggu ibu "
" Tidak apa-apa masuklah, apa ada yang ingin kau bicarakan Zeira ?"
Zeira sebenarnya tidak enak hati untuk meminta izin, tetapi keadan yang harus memaksanya " maaf ibu apa hari ini aku bisa pulang lebih awal, adahal yang penting yang harus aku selesaikan "
" Zeira dalan satu bulan ini kamu sudah seringkali pulang lebih awal, saya jadi tidak enak dengan teman-teman kamu yang lain ". Memang benar dalam satu bulan ini dia sudah beberapakali pulang lebih awal karena Rizal membuat masalah.
" Aku mohon kali ini ibu, ini sangat penting, saya akan lembur satu Minggu kedepan untuk menggantinya " bujuknya denga nada yang memohon.
" Baik lah, tetapi ini yang terakhir kalinya. Ingat itu "
" Terima kasih ibu " dia langsung berlari mengambil tasnya dan keluar dengan langkah seribu, mengingat kalau dia hanya diberikan waktu 20 menit untuk tiba di Bar.
Sesampainya di Bar jantungnya berdegup kencang " ya Tuhan bantu aku " . Dia masih ingat jalan menuju ruang manager jadi dia langsung kesana.
Tok.....tok....tok....permisi Tuan Rian
" Masuk " jawab singkat dari dalam ruangan.
" Saya memintamu dalam 20 menit, ini sudah 35 menit, apa kamu ingin bermain-main dalam masalah ini ? "
" Maaf Tuan tadi saya harus meminta izin terlebidahulu kepada atasanku " dia hanya menundukkan kepalanya.
" Baik ayo ikuti denganku ! Saya akan mengantar kamu keruangan Direktu, bicaralah kepada Bapak Direktur secara langsung, semoga saja dia mau menerima permintaan kamu "
Zeira hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti Rian dari belakang menuju ruangan Direktur .
*
*
*
*
Setelah sampai di depan pintu ruangan Direktur, Zeira merasakan sesak di dalam dadanya. Dia merasa takut untuk berhadapan dengan seorang bos besar. Rian membuka pintu dan mempersilakan Zeira untuk masuk. " Silahkan masuk nona". Nada itu terdengar seperti mencibir di telinga Zeira. Dengan rasa takut namun dia memberanikan diri untuk berjalan memasuki ruangan itu, dan dia tidak berani untuk melihat kearah depan, Zeira hanya menundukkan kepala dan berjalan. " Permisi bos !! Ini dia anak dari sipengacau itu. Ucap Rian dengan sopan. "Hmm" jawaban singkat dari bibir manis seorang pria yang memiliki wajah tampan, tinggi, putih, memiliki mata abu-abu cerah. " Baik kamu bisa pergi " Saat Rian pergi meninggalkan ruangan itu ? Jantung Zeira berdegup kencang, karena hanya mereka berdua yang ada di dalam ruangan itu. "Hmmmmm..... Bagaimana nona ? A
" Rian.... Apa yang kamu lihat ke pintu ? Di sana tidak ada siapa-siapa !" " Ha......a....a... " Jawab Rian Terbata-bata " " Dasar aneh " ucap dalam hati zeira." Tuan Rian saya kesini......." Dia belum selesai berbicara, tetapi Rian sudah menjawabnya. " Ya saya tahu, kamu masuk bekerja mulai jam 8 malam sampai jam 4 pagi, tugasmu di bagian kasir, Vivi akan mengajari kamu " " Baik tuan Rian " ucap Zeira dengan senyum " Waktu itu kamu memanggil saya Bapak, sekarang Tuan. Apa tidak ada panggilan yang lain ? Tetapi sekarang kamu sudah bekerja di sini jadi kamu sudah bisa memanggil saya Bapak. " " Baik bapak Rian "* waktu itu dia marah dipanggil Bapak sekarang malah meminta dipanggil bapak, benar-benar aneh *. Ucap dalam hati zeira, tetapi dia tetap menunjukkan senyum di bibirnya kepada Rian. " Kamu bisa pergi. Ingat jam 8 jangan sampai ter
Ini hari pertama Ia bekerja, hal yang wajar jika dia merasah tidak nyaman, karena seumur hidupnya, ia tidak pernah masuk ke dalam Bar kecuali untuk menjemput Rizal. Tiba-tiba Rian datang dari belakang yang membuat Zeira kaget "hei anak baru, bapak Direktur memanggilmu " ucap Rian dengan nada yang tidak jelas, karena tertelan kuatnya suara musik di ruangan itu. " Ada apa ? saya tidak bisa mendengar kata-kata bapak " Rian menarik tangan Zeira dan berbisik tepat di telinganya, " bapak Reyhan memanggilmu " ucap Rian dengan nada yang tinggi hingga membuat telinga Zeira ber dengung. " Baik....baik....baik..." Ucap Zeira sambil menekan telinganya dengan jarinya yang lentik. " Vi saya pergi dulu bapak Reyhan memanggilku, tetapi saya tidak tahu di mana ruangannya ?" Sontok membuat Vivi kaget saat Zeira menyebut nama itu, sebab Reyhan adal
Huuummm Zeira menghela napasnya dengan kasar " dia pikir aku wanita murahan ?" Ucap Zeira dan berjalan keluar meninggalkan ruangan itu, namun ia tetap membawa amplop dan memasukkannya ke dalam saku celana jeansnya dan kembali bekerja. " Bagaimana Ra ? Apa yang dikatakan Bapak Reyhan kepadamu ?" Ucap Vivi dengan penasaran " Tidak ada apa-apa, pak Reyhan hanya membicarakan tentang utang ayah " Dia berbohong karena dia merasa keinginan Reyhan itu adalah suatu hinaan bagi dirinya. " Iya kan....! Benar apa yang aku katakan tadi kepada kamu, dia tidak akan datang kesini jika bukan karena hal yang penting. " Zeira hanya tersenyum dengan ucapan sahabatnya itu, tetapi di dalam hatinya dia merasa bersalah karena sudah berbohong. "Oooohhh iya, apa kamu tahu besok hari apa ?" Tanya Vivi kepada Zeira, dengan senyum yang genit " Tentu saya tahu beso
Saat keluar dari pintuh swalayan, tiba-tiba ponsel zeira berbunyi, dia melihat kelayar ponselnya, nama yang muncul AYAH " Ada apa dengan ayah, dia tidak biasanya menghubungiku " tanya dalam hatinya, lalu ia menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya. " Iya ayah, ada apa ?" " Zeira tolong ayah......." Hanya kata-kata itu yang sempat ia dengar dari dalam ponselnya " Ayah....hallo.....hallo....ada apa ayah" Zeira langsung memesan ojek online dari ponselnya, setelah dia memutuskan sambungan teleponnya. Tidak lama ojek yang ia pesan telah tiba, dengan rasa cemas sampai dia tidak sadar kalau sepatu yang ia pakai terlepas sebelah dari kakinya " ayo pak... Buruan pak " Tidak lama dia pun sampai di depan rumahnya, dengan terburu-buru dia berlari dengan cepat masuk ke dalam, saat membuka pintu dia melihat Rizal sudah terletak tidak berdaya di atas lantai keramik yang berwarna putih itu. " Ayah apa yang terjadi
Zeira membaca kertas yang ada di tangannya dengan mata yang berkaca-kaca " ya Tuhan semua ini aku lalukukan hanya demi hidup ayahku". Lalu ia menanda tangani kertas itu dengan tangan yang gemetar dan berurai air mata. Lalu ia menghubungi nomor yang diberikan Rian kepadanya Tu....tu....tu.... Suara ponsel Zeira. Tidak lama panggilannya terhubung. " Hallo " suara dari dalam ponselnya " I...i.. iya " ucap Zeira dengan terbata-bata. Lalu ia menelan salivanya dengan kasar lalu kembali berbicara " hallo pak ini saya Zeira, apa saya bisa bertemu dengan bapak ?" " Ooowww kamu. Ya kita bisa bertemu, kamu datang saja kerumahku " " Tapi pak ! Aku tidah tahu di mana rumah bapak " " Hahahahhahh..... Terus kenapa kamu tahu nomor ponselku ? Saya rasa kamu sudah tahu juga di mana rumahku. Cepatlah kemari saya tidak punya banyak waktu. Aku masih ada urusan penting "
Setelah meninggalkan kediaman Reyhan, Zeira langsung kerumah sakit, untuk mengurus administrasi operasi Rizal, dia membayar semua tagihan operasi ayahnya dengan menggunakan kartu ATM nya. Sebab saat di perjalanan menuju rumah sakit, Reyhan sudah mentransfer uang yang ia minta. Tidak lama ia menunggu di depan ruangan operasi, tiba-tiba dokter keluar dari dalam, dengan sigap ia mendekati dokter itu " bagaimana keadaan ayah Dokter ?" " Alhamdulillah, operasinya berhasil " ucap dokter paruh baya itu dengan senyum lebar di bibirnya. " Terima kasih Dokter, apa saya bisa menemui ayahku ?" " Untuk saat ini belum bisa, sebab pasien belum sadarkan diri, setelah dipindahkan keruang inap, baru kamu bisa menemuinya." " Baik dokter, dia hanya pasrah demi kebaikan ayahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering, Vivi telah menghubunginya " hallo Vi " " Kamu di mana Ra ?
Royhard adalah kekasih Zeira sewaktu mereka duduk di bangku Sekolah Menegah Atas, namun setelah lulus Royhard kembali ke Prancis untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas termana di Prancis. Namun sampai saat ini Roy tidak pernah kembali ke Indonesia, mereka hanya berkomunikasi melalui telepon selama 2 tahun ini. ****** Reyhan yang sedang dalam perjalanan menuju kantor agama, ia juga merasakan hal yang sama. Dia tidak merasa bahagia, sebab dia tidak menginginkan pernikahan ini. Dia melakukan ini hanya karena untuk mendapatkan warisan orangtuanya. Dia tidak ingin jika adik tirinya yang akan mendapatkan warisan terlebih dahulu. Sebab orang tuanya sudah membuat perjanjian, * bagi siapa yang akan menikah terlebih dahulu dan memiliki anak ! Dia akan mendapatkan 60% saham perusahaan.* Tidak lama Reyhan telah tiba di kantor agama, dengan memakai sepatu kulit berwarna hitam, jas hitam, dengan celana yang berwarna senada yang membuat ke t