" Rian.... Apa yang kamu lihat ke pintu ? Di sana tidak ada siapa-siapa !"
" Ha......a....a... " Jawab Rian Terbata-bata "
" Dasar aneh " ucap dalam hati zeira." Tuan Rian saya kesini......." Dia belum selesai berbicara, tetapi Rian sudah menjawabnya. " Ya saya tahu, kamu masuk bekerja mulai jam 8 malam sampai jam 4 pagi, tugasmu di bagian kasir, Vivi akan mengajari kamu "
" Baik tuan Rian " ucap Zeira dengan senyum
" Waktu itu kamu memanggil saya Bapak, sekarang Tuan. Apa tidak ada panggilan yang lain ? Tetapi sekarang kamu sudah bekerja di sini jadi kamu sudah bisa memanggil saya Bapak. "
" Baik bapak Rian "* waktu itu dia marah dipanggil Bapak sekarang malah meminta dipanggil bapak, benar-benar aneh *. Ucap dalam hati zeira, tetapi dia tetap menunjukkan senyum di bibirnya kepada Rian.
" Kamu bisa pergi. Ingat jam 8 jangan sampai terlambat".
" Baik pak Rian, permisih " Zeira berjalan menuju pintu dan meninggalkan ruangan itu.
Sepanjang perjalanan Zeira berpikir tentang janjinya kepada supervisornya. Dia tadi sudah berjanji akan lembur 1 Minggu ini. " Bagaimana ini, aku harus bekerja mulai malam ini dan seterusnya di Bar untuk membayar utang ayah, apa yang harus aku katakan kepada ibu supervisor ?" Dia bertanya kepada dirinya sendiri.
Ojek yang ia tumpangi telah sampai di depan pagar rumah kontrakannya, ia melihat rizal sedang berdiri di depan pintu melihat kearah dirinya " mengapa ayah berdiri di sinih ?" Tanya Zeira kepada Rizal.
" Tida ada apa-apa putriku " ayah tadi mendengar suara motor, karena itu ayah berdiri di sinih. Ayo kita masuk "
" Apa ayah sudah makan dan meminum obat "
" Sudah " ucap Rizal dengan singkat, hal itu membuat Zeira melihat kearah Rizal, karena ayahnya tidak biasa berkata dengan singkat.
" Ada apa dengan ayah ? Apa ayah sakit ?, Apa kita perlu ke dokter lagi ? "Tanya Zeira dan mendekat kepada Rizal.
" Tidak sayang. Ayah baik-baik saja, saya hanya berpikir untuk mencari pekerjaan, supaya bisa membantu kamu untuk membayar utang yang ayah perbuat ".
" Jangan pikirkan itu, yang Terpenting ayah sembuh dulu, besok saya akan membantu ayah untuk mencari pekerjaan. Saya istirahat dulu karena nanti malam saya sudah mulai bekerja di Bar itu".
Rizal kaget mendengar ucapan Zeira. "apa itu benar ?"
" Iya, saya yang meminta bekerja di sana, jika tidak ? Bagaimana kita bisa membayar utang sebanyak itu ?" Ucap Zeira dengan mata yang berkaca-kaca.
" Maafkan ayah putriku, ini semua karena ayah "
" Sudalah ayah, mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi, saya kekamar dulu " Zeira masuk kedalam kamarnya dan meninggal kan Rizal di ruang tamu.
*********
Waktu menunjukkan pukul 5 Zeira Terbangun dari tidurnya, dan memulai menyiapkan makan malam untuk ia dan ayahnya, setelah itu mereka makan malam bersama.
" Ayah saya akan pulang pukul 4 pagi, aku berharap ayah tidak pergi dari rumah," ucap Zeira karena takut ayahnya akan membuat masalah lagi.
" Baik putriku"
Mereka pun menyelesaikan makan malamnya dan zeira berangkat bekerja tepat pukul 7 malam. Jarak dari tempat tinggalnya ke Bar tidak begitu jauh hanya butuh waktu 30 menit, tetapi dia sengaja berangkat lebih awal, supaya tidak terlambat.
Setelah dia sampai di Bar, Vivi sudah menunggunya di depan pintu " hai... Kamu sudah datang ?" Ucap Vivi dengan tersenyum lebar
" Bagaimana kamu tahu, kalau aku akan kesini ?" Tentu saja dia bingung karena dia belum memberi tahu Vivi kalau dia akan bekerja di Bar itu.
Vivi tersenyum " tentu saja aku tahu, sebab tadi pak Rian menghubungi aku, untuk mengajari kamu bagaimana cara kerja kasir "
" Oooooo" jawab singkat Zeira
*
*
*
*
*
Ini hari pertama Ia bekerja, hal yang wajar jika dia merasah tidak nyaman, karena seumur hidupnya, ia tidak pernah masuk ke dalam Bar kecuali untuk menjemput Rizal. Tiba-tiba Rian datang dari belakang yang membuat Zeira kaget "hei anak baru, bapak Direktur memanggilmu " ucap Rian dengan nada yang tidak jelas, karena tertelan kuatnya suara musik di ruangan itu. " Ada apa ? saya tidak bisa mendengar kata-kata bapak " Rian menarik tangan Zeira dan berbisik tepat di telinganya, " bapak Reyhan memanggilmu " ucap Rian dengan nada yang tinggi hingga membuat telinga Zeira ber dengung. " Baik....baik....baik..." Ucap Zeira sambil menekan telinganya dengan jarinya yang lentik. " Vi saya pergi dulu bapak Reyhan memanggilku, tetapi saya tidak tahu di mana ruangannya ?" Sontok membuat Vivi kaget saat Zeira menyebut nama itu, sebab Reyhan adal
Huuummm Zeira menghela napasnya dengan kasar " dia pikir aku wanita murahan ?" Ucap Zeira dan berjalan keluar meninggalkan ruangan itu, namun ia tetap membawa amplop dan memasukkannya ke dalam saku celana jeansnya dan kembali bekerja. " Bagaimana Ra ? Apa yang dikatakan Bapak Reyhan kepadamu ?" Ucap Vivi dengan penasaran " Tidak ada apa-apa, pak Reyhan hanya membicarakan tentang utang ayah " Dia berbohong karena dia merasa keinginan Reyhan itu adalah suatu hinaan bagi dirinya. " Iya kan....! Benar apa yang aku katakan tadi kepada kamu, dia tidak akan datang kesini jika bukan karena hal yang penting. " Zeira hanya tersenyum dengan ucapan sahabatnya itu, tetapi di dalam hatinya dia merasa bersalah karena sudah berbohong. "Oooohhh iya, apa kamu tahu besok hari apa ?" Tanya Vivi kepada Zeira, dengan senyum yang genit " Tentu saya tahu beso
Saat keluar dari pintuh swalayan, tiba-tiba ponsel zeira berbunyi, dia melihat kelayar ponselnya, nama yang muncul AYAH " Ada apa dengan ayah, dia tidak biasanya menghubungiku " tanya dalam hatinya, lalu ia menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya. " Iya ayah, ada apa ?" " Zeira tolong ayah......." Hanya kata-kata itu yang sempat ia dengar dari dalam ponselnya " Ayah....hallo.....hallo....ada apa ayah" Zeira langsung memesan ojek online dari ponselnya, setelah dia memutuskan sambungan teleponnya. Tidak lama ojek yang ia pesan telah tiba, dengan rasa cemas sampai dia tidak sadar kalau sepatu yang ia pakai terlepas sebelah dari kakinya " ayo pak... Buruan pak " Tidak lama dia pun sampai di depan rumahnya, dengan terburu-buru dia berlari dengan cepat masuk ke dalam, saat membuka pintu dia melihat Rizal sudah terletak tidak berdaya di atas lantai keramik yang berwarna putih itu. " Ayah apa yang terjadi
Zeira membaca kertas yang ada di tangannya dengan mata yang berkaca-kaca " ya Tuhan semua ini aku lalukukan hanya demi hidup ayahku". Lalu ia menanda tangani kertas itu dengan tangan yang gemetar dan berurai air mata. Lalu ia menghubungi nomor yang diberikan Rian kepadanya Tu....tu....tu.... Suara ponsel Zeira. Tidak lama panggilannya terhubung. " Hallo " suara dari dalam ponselnya " I...i.. iya " ucap Zeira dengan terbata-bata. Lalu ia menelan salivanya dengan kasar lalu kembali berbicara " hallo pak ini saya Zeira, apa saya bisa bertemu dengan bapak ?" " Ooowww kamu. Ya kita bisa bertemu, kamu datang saja kerumahku " " Tapi pak ! Aku tidah tahu di mana rumah bapak " " Hahahahhahh..... Terus kenapa kamu tahu nomor ponselku ? Saya rasa kamu sudah tahu juga di mana rumahku. Cepatlah kemari saya tidak punya banyak waktu. Aku masih ada urusan penting "
Setelah meninggalkan kediaman Reyhan, Zeira langsung kerumah sakit, untuk mengurus administrasi operasi Rizal, dia membayar semua tagihan operasi ayahnya dengan menggunakan kartu ATM nya. Sebab saat di perjalanan menuju rumah sakit, Reyhan sudah mentransfer uang yang ia minta. Tidak lama ia menunggu di depan ruangan operasi, tiba-tiba dokter keluar dari dalam, dengan sigap ia mendekati dokter itu " bagaimana keadaan ayah Dokter ?" " Alhamdulillah, operasinya berhasil " ucap dokter paruh baya itu dengan senyum lebar di bibirnya. " Terima kasih Dokter, apa saya bisa menemui ayahku ?" " Untuk saat ini belum bisa, sebab pasien belum sadarkan diri, setelah dipindahkan keruang inap, baru kamu bisa menemuinya." " Baik dokter, dia hanya pasrah demi kebaikan ayahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering, Vivi telah menghubunginya " hallo Vi " " Kamu di mana Ra ?
Royhard adalah kekasih Zeira sewaktu mereka duduk di bangku Sekolah Menegah Atas, namun setelah lulus Royhard kembali ke Prancis untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas termana di Prancis. Namun sampai saat ini Roy tidak pernah kembali ke Indonesia, mereka hanya berkomunikasi melalui telepon selama 2 tahun ini. ****** Reyhan yang sedang dalam perjalanan menuju kantor agama, ia juga merasakan hal yang sama. Dia tidak merasa bahagia, sebab dia tidak menginginkan pernikahan ini. Dia melakukan ini hanya karena untuk mendapatkan warisan orangtuanya. Dia tidak ingin jika adik tirinya yang akan mendapatkan warisan terlebih dahulu. Sebab orang tuanya sudah membuat perjanjian, * bagi siapa yang akan menikah terlebih dahulu dan memiliki anak ! Dia akan mendapatkan 60% saham perusahaan.* Tidak lama Reyhan telah tiba di kantor agama, dengan memakai sepatu kulit berwarna hitam, jas hitam, dengan celana yang berwarna senada yang membuat ke t
Saat dia terbangun dari tidurnya waktu telah menunjukkan pukul 6 sore. " Hah bagaimana aku bisa tidur selama ini ?". Dia berjalan menuju kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya. Di kamar mandi telah tersedia semua kebutuhan mandinya bahkan sampai lulur mandi Teleh disediakan. Saat dia keluar dari kamar mandi, Reyhan sudah duduk di atas sofa yang ada di dalam kamarnya dengan hanya memakai kaus putih polos dan celana boxer hitam. Zeira merasa malu karena handuk yang ia pakai hanya menutupi dari dada sampai setengah dari pahanya. Lalu ia ingin kembali masuk kedalam kamar mandi, namun langkah kakinya terhenti saat mendengar suara Reyhan " apa kamu belum selesai mandi ?" " Sudah Tuan, tetapi tidak sopan jika aku keluar hanya memakai handuk di hadapan tuan " Reyhan mendekatinya dan berbisik tepat di telinga Zeira " nanti juga kamu akan melepaskan handukmu, apa kamu lupa kalau kita akan melakukanya malam ini ?" Lal
Tidak lama Reyhan pergi, Zeira menjulurkan kepalanya dari dalam kamar mandi, setelah melihah Reyhan tidak ada lagi, baru ia keluar. Lalu dia bersiap untuk berangkat bekerja, saat ia ingin merapikan tempat tidurnya, matanya melihat noda darah di atas seprai. Hal ini membuat dia menjadi sedih, dia menjatuhkan bokongnya di atas lantai marmer dengan kasar. " Aku tidak suci lagi, Roy tidak akan menerimaku lagi ". Dia menyapu air matanya dengan jari rampingnya. Setelah dia merapikan dan mengganti seprainya, baru ia turun kelantai bawah. " Nyonya makan malam sudah siap " ucap pelayan siti. " Maaf Bibi, saya tidak sempat lagi untuk makan, Taxi sudah menunggu di luar " " Tapi nyonya ..." Siti belum selesai berbicara, namun Zeira sudah menghilang dari balik pintuh. Pengawal diluar menyapa Zeira. " Nyonya mau kemana, biar saya antar ?" " Tidak usah pak, saya naik Taxi saja, saya s