Zeira berlari menuju ruangan di mana ia meninggalkan ayahnya, namun dari pintu dia sudah melihat Vivi sedang mengobati luka yang ada dikening ayahnya. "Terima kasih Vi kamu sudah menemani ayahku."
"Tidak perlu mengatakan terima kasih, sebagai seorang sahabat, sudah sepantasnya harus saling menolong. Oh iya, saya akan memesan taxi untukmu, dan bawalah paman ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan." ucap Vivi sambil menekan tombol yang ada di layar ponsel dengan jarinya yang ramping.
Zeira mengganggukan kepalanya "Baik Vi, saya akan membawa ayah."
Vivi memasukkan tangan ke dalam saku celana dan mengambil sesuatu dari dalam dan memberinya ke tangan Zeira. "Apa ini Vi?"
"Sudah pakai saja dulu, aku tahu saat ini kamu belum gajian." tentu saja Vivi tahu kalau Zeira belum gajian, sebab Zeira gajian setiap tanggal 1 sedangkan sekarang masih tanggal 25.
"Tetapi......" Zeira belum sempat melanjutkan kata-katanya, Vivi sudah terlebih dahulu berbicara "tidak ada tapi-tapian, ayo saya akan membantumu membawa paman ke dalam mobil."
..............
Setelah mereka tiba di rumah sakit, Zeira segera mendaftarkan ayahnya untuk mendapatkan perawatan. Di saat menunggu antrian yang lumayan cukup lama dan melelahkan, karena kebetulan hari ini pasien cukup banyak, dia hanya diam dan tidak berbicara sepatah kata pun kepada ayahnya.
Untuk memecah keheningan di antara mereka, ayahnya akhirnya membuka suara, "maafkan aku anakku, aku selalu membuat kamu susah."
Zeira hanya mendengarkan ucapan ayahnya namun tidak menjawabnya. Zeira sudah merasa lelah dengan sikap ayahnya selama 2 tahun ini yang selalu saja membuat masalah.
"Apa kamu tidak bisa memaafkan ayah?" Sambungnya setelah dari tadi tidak mendapat jawaban dari putrinya yang cantik itu, dan tiba-tiba ada panggilan dari depan pintu ruangan dokter "Bapak Rizal, silakan masuk..." ucap salah satu perawat.
Zeira mengangkat tangan ke arah perawat, dan dia membantu ayahnya untuk berdiri.
"Bapak baik-baik saja. Tidak ada yang serius hanya luka di bagian luar saja. Dengan meminum obat dan mengoleskan salep dengan teratur 2 kali sehari, lukanya akan sembuh." ucap dokter yang memakai kacamata itu, kepada Rizal dan Zeira.
" Baik dokter terima kasih" ucap Zeira dengan wajah yang tersenyum
Setelah tiba dirumah, amarah yang sejak tadi ia tahan kini dia ungkapkan " Ayah apa yang kamu lakukan ini ? Apa kamu ingin melihatku mati berdiri ? Aku mohon kepada ayah hentikan semua ini, aku sudah tidak kuat lagi dengan sikap ayah yang selalu membuat keributan, ayah sudah tahu kalau kita tidak memiliki uang banyak, tetapi mengapa ayah masih pergi ke Bar ?"
" Maafkan ayah putriku ?" Rizal menundukkan kepala karena tidak berani melihat mata putrinya.
" Sudah berulang kali ayah meminta maaf, namun ayah terus sajah melakukanya. Apa ayah tahu berapa utang yang harus dibayar ?"
Rizal hanya terdiam dan mulai meneteskan cairan bening yang hangat dari dalam kantong matanya. Melihat hal itu membuat Zeira tidak tega lalu merangkul ayahnya.
" Ayah aku sangat menyayangimu dan aku tidak memiliki siapa-siapa, hanya kamulah harta yang aku miliki, jadi tolong berkerja samalah dengan aku. Aku tidak meminta ayah untuk bekerja, tetapi aku ingin ! Agar ayah tidak pergi ke Bar lagi"
Zeira adalah anak satu-satunya dari pasangan Rizal dan Sarah, dia tidak memiliki saudara adik ataupun Kaka. Sedangkan ibunya 2 tahun yang lalu sudah tiada, jadi hanya tinggal dia dan ayahnya.
"Apa ayah bisa memenuhi permintaanku?"
"Baik putriku, ayah berjanji tidak akan pergi ke Bar, dan ayah tidak akan meminum alkohol dan tidak akan membuat keribun lagi, tapi tolong maafkan ayah."
"Baik ayah, aku tidak marah kepada ayah, hanya saja saya kesal kepada ayah, utang yang harus aku bayar saat ini cukup banyak ayah." dia menangis dan menjatuhkan bokongnya dengan kasar di atas sofa.
"Agar ayah tahu, hutang di Bar itu senilai Rp 236.000.0000! Dari mana aku harus mencari uang sebanyak itu, gajiku saja hanya Rp 3.000.000 setiap bulan, itu hanya cukup untuk makan dan membayar tagihan kontrakan."
Rizal hanya bisa membulatkan matanya dan merasa syok saat Zeira menyebutkan jumlah utang yang diakibatkan ulahnya itu.
"Ya sudah, ayah sebaiknya mandi saja, aku akan menyiapkan makan malam untuk ayah, agar ayah bisa meminum obat."
Zeira melangkah masuk ke dalam dapur dan menyiapkan makanan untuk Rizal.
*
*
*
*
Kring.....kring.....kring.....suara nyaring membangunkan Zeira dari mimpi indanya, setiap hari Zeira selalu memasang alaram di ponselnya, supaya dirinya tidak terlambat bangun untuk berangkat bekerja. Mendengar nada itu, dia langsung membuka kedua bola mata birunya dan bergegas kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mulai menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Rizal. Setelah selesai menyiapkan sarapan, dia menuju kamar rizal, namun saat membuka pintu, dia melihat ayahnya sedang tidur, dia mengurungkan niatnya untuk membangunkan rizal, lalu ia kembali kemeja makan untuk sarapan. Setelah selesai sarapan dia bersiap untuk berangkat bekerja, dia hanya meninggalkan satu lembar kertas diatas meja. * Ayah aku berangkat bekerja, ayah jangan lupa makan dan minum obat dan jangan keluar dari rumah sebelum aku pulang bekerja * Setelah sampai di Swalayan tempat ia bekerja
Setelah sampai di depan pintu ruangan Direktur, Zeira merasakan sesak di dalam dadanya. Dia merasa takut untuk berhadapan dengan seorang bos besar. Rian membuka pintu dan mempersilakan Zeira untuk masuk. " Silahkan masuk nona". Nada itu terdengar seperti mencibir di telinga Zeira. Dengan rasa takut namun dia memberanikan diri untuk berjalan memasuki ruangan itu, dan dia tidak berani untuk melihat kearah depan, Zeira hanya menundukkan kepala dan berjalan. " Permisi bos !! Ini dia anak dari sipengacau itu. Ucap Rian dengan sopan. "Hmm" jawaban singkat dari bibir manis seorang pria yang memiliki wajah tampan, tinggi, putih, memiliki mata abu-abu cerah. " Baik kamu bisa pergi " Saat Rian pergi meninggalkan ruangan itu ? Jantung Zeira berdegup kencang, karena hanya mereka berdua yang ada di dalam ruangan itu. "Hmmmmm..... Bagaimana nona ? A
" Rian.... Apa yang kamu lihat ke pintu ? Di sana tidak ada siapa-siapa !" " Ha......a....a... " Jawab Rian Terbata-bata " " Dasar aneh " ucap dalam hati zeira." Tuan Rian saya kesini......." Dia belum selesai berbicara, tetapi Rian sudah menjawabnya. " Ya saya tahu, kamu masuk bekerja mulai jam 8 malam sampai jam 4 pagi, tugasmu di bagian kasir, Vivi akan mengajari kamu " " Baik tuan Rian " ucap Zeira dengan senyum " Waktu itu kamu memanggil saya Bapak, sekarang Tuan. Apa tidak ada panggilan yang lain ? Tetapi sekarang kamu sudah bekerja di sini jadi kamu sudah bisa memanggil saya Bapak. " " Baik bapak Rian "* waktu itu dia marah dipanggil Bapak sekarang malah meminta dipanggil bapak, benar-benar aneh *. Ucap dalam hati zeira, tetapi dia tetap menunjukkan senyum di bibirnya kepada Rian. " Kamu bisa pergi. Ingat jam 8 jangan sampai ter
Ini hari pertama Ia bekerja, hal yang wajar jika dia merasah tidak nyaman, karena seumur hidupnya, ia tidak pernah masuk ke dalam Bar kecuali untuk menjemput Rizal. Tiba-tiba Rian datang dari belakang yang membuat Zeira kaget "hei anak baru, bapak Direktur memanggilmu " ucap Rian dengan nada yang tidak jelas, karena tertelan kuatnya suara musik di ruangan itu. " Ada apa ? saya tidak bisa mendengar kata-kata bapak " Rian menarik tangan Zeira dan berbisik tepat di telinganya, " bapak Reyhan memanggilmu " ucap Rian dengan nada yang tinggi hingga membuat telinga Zeira ber dengung. " Baik....baik....baik..." Ucap Zeira sambil menekan telinganya dengan jarinya yang lentik. " Vi saya pergi dulu bapak Reyhan memanggilku, tetapi saya tidak tahu di mana ruangannya ?" Sontok membuat Vivi kaget saat Zeira menyebut nama itu, sebab Reyhan adal
Huuummm Zeira menghela napasnya dengan kasar " dia pikir aku wanita murahan ?" Ucap Zeira dan berjalan keluar meninggalkan ruangan itu, namun ia tetap membawa amplop dan memasukkannya ke dalam saku celana jeansnya dan kembali bekerja. " Bagaimana Ra ? Apa yang dikatakan Bapak Reyhan kepadamu ?" Ucap Vivi dengan penasaran " Tidak ada apa-apa, pak Reyhan hanya membicarakan tentang utang ayah " Dia berbohong karena dia merasa keinginan Reyhan itu adalah suatu hinaan bagi dirinya. " Iya kan....! Benar apa yang aku katakan tadi kepada kamu, dia tidak akan datang kesini jika bukan karena hal yang penting. " Zeira hanya tersenyum dengan ucapan sahabatnya itu, tetapi di dalam hatinya dia merasa bersalah karena sudah berbohong. "Oooohhh iya, apa kamu tahu besok hari apa ?" Tanya Vivi kepada Zeira, dengan senyum yang genit " Tentu saya tahu beso
Saat keluar dari pintuh swalayan, tiba-tiba ponsel zeira berbunyi, dia melihat kelayar ponselnya, nama yang muncul AYAH " Ada apa dengan ayah, dia tidak biasanya menghubungiku " tanya dalam hatinya, lalu ia menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya. " Iya ayah, ada apa ?" " Zeira tolong ayah......." Hanya kata-kata itu yang sempat ia dengar dari dalam ponselnya " Ayah....hallo.....hallo....ada apa ayah" Zeira langsung memesan ojek online dari ponselnya, setelah dia memutuskan sambungan teleponnya. Tidak lama ojek yang ia pesan telah tiba, dengan rasa cemas sampai dia tidak sadar kalau sepatu yang ia pakai terlepas sebelah dari kakinya " ayo pak... Buruan pak " Tidak lama dia pun sampai di depan rumahnya, dengan terburu-buru dia berlari dengan cepat masuk ke dalam, saat membuka pintu dia melihat Rizal sudah terletak tidak berdaya di atas lantai keramik yang berwarna putih itu. " Ayah apa yang terjadi
Zeira membaca kertas yang ada di tangannya dengan mata yang berkaca-kaca " ya Tuhan semua ini aku lalukukan hanya demi hidup ayahku". Lalu ia menanda tangani kertas itu dengan tangan yang gemetar dan berurai air mata. Lalu ia menghubungi nomor yang diberikan Rian kepadanya Tu....tu....tu.... Suara ponsel Zeira. Tidak lama panggilannya terhubung. " Hallo " suara dari dalam ponselnya " I...i.. iya " ucap Zeira dengan terbata-bata. Lalu ia menelan salivanya dengan kasar lalu kembali berbicara " hallo pak ini saya Zeira, apa saya bisa bertemu dengan bapak ?" " Ooowww kamu. Ya kita bisa bertemu, kamu datang saja kerumahku " " Tapi pak ! Aku tidah tahu di mana rumah bapak " " Hahahahhahh..... Terus kenapa kamu tahu nomor ponselku ? Saya rasa kamu sudah tahu juga di mana rumahku. Cepatlah kemari saya tidak punya banyak waktu. Aku masih ada urusan penting "
Setelah meninggalkan kediaman Reyhan, Zeira langsung kerumah sakit, untuk mengurus administrasi operasi Rizal, dia membayar semua tagihan operasi ayahnya dengan menggunakan kartu ATM nya. Sebab saat di perjalanan menuju rumah sakit, Reyhan sudah mentransfer uang yang ia minta. Tidak lama ia menunggu di depan ruangan operasi, tiba-tiba dokter keluar dari dalam, dengan sigap ia mendekati dokter itu " bagaimana keadaan ayah Dokter ?" " Alhamdulillah, operasinya berhasil " ucap dokter paruh baya itu dengan senyum lebar di bibirnya. " Terima kasih Dokter, apa saya bisa menemui ayahku ?" " Untuk saat ini belum bisa, sebab pasien belum sadarkan diri, setelah dipindahkan keruang inap, baru kamu bisa menemuinya." " Baik dokter, dia hanya pasrah demi kebaikan ayahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering, Vivi telah menghubunginya " hallo Vi " " Kamu di mana Ra ?