Beranda / Rumah Tangga / NODA PERNIKAHAN / BAB 4. MENGEJAR JANTUNG HATI

Share

BAB 4. MENGEJAR JANTUNG HATI

Penulis: Aina D
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-11 17:25:53

Wildan.

Kuseruput kopi panas yang baru saja diantarkan ke kamarku oleh petugas hotel. Aku memang sengaja meminta layanan sarapan di kamar sebab aku masih harus menyiapkan beberapa bahan untuk pekerjaanku selama di Balikpapan. Tubuhku masih sedikit lelah, karena terbang dengan penerbangan terakhir Jakarta-Balikpapan tadi malam. Apalagi beberapa hari sebelumnya aku memang sedang banyak sekali urusan, disamping padatnya pekerjaanku, aku pun harus bolak-balik ke rumah sakit mengurus Lilis yang baru saja melahirkan putraku melalui operasi caesar.

Memikirkan tentang Lilis, aku selalu merasa khawatir. Khawatir bagaimana reaksi istriku Alana nanti jika dia mengetahui bahwa aku memiliki hubungan dengan wanita lain, bahkan kini wanita itu telah melahirkan seorang putra untukku. Ah, semoga saja Alana bisa memahamiku, aku masih mencari cara yang halus untuk menyampaikan ini padanya. Aku begitu mencintai Alana. Dulunya, tidak mudah bagiku mendapatkan hati wanita itu.

Aku masuk ke dalam hidupnya ketika dia sedang patah hati karena hubungannya dengan kekasihnya kandas. Ketika itu kami kuliah di kampus yang sama dan Alana adalah adik tingkatku. Sebenarnya sudah lama aku memperhatikannya, kulitnya yang putih bersih dan mata bulatnya yang selalu berbinar-binar saat berbicara membuatku terpukau, belum lagi bentuk tubuhnya yang begitu menggoda. Meskipun Alana selalu berpakaian sopan, namun tubuhnya selalu menjadi objek yang empuk untuk dipandang mata.

Kurasa bukan hanya aku, beberapa mahasiswa lain juga kulihat selalu mencuri-curi pandang pada Alana. Namun saat itu, Alana masih punya kekasih yang juga kuliah di kampus yang sama. Karena aku dan Alana sama-sama mengambil jurusan Akuntansi, maka aku sering sekali berpapasan dengannya, sedangkan yang kutau saat itu, kekasih Alana mengambil jurusan IT.

Hingga pada tahun kedua Alana kuliah, kudengar dia putus dengan kekasihnya. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan segala upaya aku berusaha mendekati Alana. Aku mencari tau semua jadwalnya, dan aku akan selalu ada di sekitarnya. Usahaku membuahkan hasil, aku dan Alana mulai akrab. Awalnya kami akrab dalam urusan perkuliahan, prestasiku saat itu memang menonjol, sehingga adik-adik tingkatku termasuk Alana selalu mencariku untuk sekedar bertanya ataupun berkonsultasi tentang pelajaran. Aku memang populer di jurusanku, aku sangat menyukai akuntansi dan menguasainya dengan baik, sehingga beberapa dosen memang menyarankan pada mahasiswa lain untuk belajar padaku. 

Singkat cerita, aku kemudian menawarkan hubungan yang spesial pada Alana, gadis pujaanku. Saat itu, Alana menolakku mentah-mentah, bahkan kemudian berusaha menjauhiku karena merasa aku punya maksud lain padanya. Namun aku tak putus asa dengan penolakannya, aku masih terus berusaha untuk dekat dengannya dan selalu berada di sekitarnya. Aku meminta maaf padanya karena telah mengungkapkan perasaanku hingga membuatnya tak nyaman. Diluar dugaanku, Alana justru tersenyum dan mengucapkan terima kasih karena aku menyukainya meskipun Alana tak bisa membalas perasaanku.

Hubungan pertemanan kami pun terus berlanjut, dan aku tetap mencari celah untuk mencuri hatinya. Kuselipkan beberapa kata-kata dan tindakan-tindakan romantis di sela-sela pertemanan kami. 

Hingga akhirnya saat aku pulang dari lokasi KKN yang jauh di pedalaman selama 2 bulan, Alana tiba-tiba saja muncul di hadapanku kemudian menghambur memelukku dengan deraian air mata. Rupanya kehilanganku selama 2 bulan sejak aku KKN di pedalaman membuatnya merasa kehilangan.

“Apa tawaran Mas Wildan waktu itu masih berlaku?” tanyanya lirih, masih dengan memelukku.

“Tawaran yang mana?” tanyaku pura-pura tak mengerti. Padahal jangan ditanya bagaimana jantungku berdetak lebih cepat di dalam sana. Aku memejamkan mataku menikmati pelukan dari gadis idamanku.

“Ng ... itu ... tawaran jadi ... jadi ....” Gadis itu terbata-bata dengan wajah merona merah.

“Tawaran apa sih, Al? Kok malah jadi kayak kepiting rebus gitu mukanya?” Aku masih menggodanya.

“Ih, Mas Wildan nggak peka banget. Aku ... aku kangen!” lirihnya.

Aku tertawa melihatnya salah tingkah. Kueratkan dekapanku pada tubuh wanginya. “Aku mengerti, Al. Aku peka. Tapi maaf Al, aku udah punya pacar sekarang," ucapku dengan nada serius.

"Oohh, maafkan aku! Ka- kalau begitu aku balik dulu ya," ucapnya terbata-bata dengan mata yang berkabut.

Aku tersenyum dan menarik tangannya, membuat Alana yang baru saja hendak melangkah menjauh kembali jatuh ke pelukanku.

"Nggak, Al. Aku hanya bercanda, aku belum punya pacar. Aku suka sama seorang gadis, tapi dia menolakku. Dan sekarang gadis itu sedang berada di pelukanku."

Alana memukul lenganku sambil menyeka sudut matanya. 

"Sekarang mau jadi pacarku, hmm?” ucapku dengan nada lembut di telinganya.

Gadis itu mangangguk pasti, setetes air mata menetes di pipinya.

“Eh, kok malah nangis?”

“Aku kangen Mas Wildan. Kenapa lama banget sih KKN nya? Kenapa nggak bisa dihubungi? Al kehilangan teman cerita, kehilangan teman diskusi. Mas Wildan jahat nggak sekalipun hubungin Alana.”

“Bukan nggak mau hubungi, Al. Aku juga kangen kamu, tapi aku sadar bukan siapa-siapa. Takut dicuekin akunya. Lagian di sana memang nggak ada signal.”

Alana hanya mengangguk, wajah polosnya membuatku merasa gemas ingin menyentuh dan mencium pipinya, namun kutahan semata agar dia tak menilaiku kurang ajar.

“Jadi kita jadian nih?” tanyaku menggodanya.

Anggukan kepalanya benar-benar membuatku terlena dan tak tahan lagi untuk menyentuhnya. Kudekatkan wajahnya kemudian mendaratkan kecupan ringan di keningnya. Ciumanku yang pertama untuk gadis pujaanku, hanya di kening, namun semua perasaan cintaku kutuangkan dalam kecupan ringan itu. Alana pun terlihat sedikit terkejut menerima kecupanku di keningnya. Namun akhirnya gadis itu tersenyum dengan mata bulatnya yang berbinar indah.

Drrrttt ... drrrtttt ....

Bunyi ponselku membuyarkan lamunanku tentang Alana. Kuraih ponselku dan membuka pesan yang masuk. Ternyata dari Lilis, aku bahkan belum mengganti namanya di kontakku, nomornya masih tersimpan dengan nama “Fadli”. Aku tersenyum ketika melihat foto-foto yang dikirim Lilis. Foto putraku yang baru berusia 6 hari. Ah, baru kemarin tak melihatnya saja, aku sudah rindu pada putra pertamaku itu. Ya, putra pertama yang sayangnya bukan lahir dari Alana istriku, namun lahir dari rahim Lilis, gadis yang kunikahi secara siri setahun yang lalu.

Aku menghela nafas panjang. Kembali memikirkan tentang Lilis membuatku sedikit takut, takut jika Alana mengetahui jika Lilis adalah madunya, dan bayi yang sedang ditampungnya di rumah kami sekarang adalah anakku, darah dagingku. Foto-foto lucu bayiku yang dikirm Lilis sedikit menghilangkan kegelisahanku, kupasang foto terbaiknya di status whatsappku, tak lupa kuubah pengaturannya di ponselku agar Alana tak bisa melihat foto yang baru saja kujadikan status WA itu. 

Tak berapa lama, beberapa pesan masuk di ponselku, kebanyakan teman-temanku memberi ucapan selamat dan mengomentari foto putraku. Memang sejak kelahiran putraku beberapa hari kemarin, banyak sekali ucapan selamat dari teman-temanku termasuk dari atasanku. Karena mereka semua tau bahwa aku sudah 5 tahun menikah dan baru saja dikaruniai seorang anak. Namun ada juga beberapa teman akrabku yang tau jika bayiku adalah anak dari istri siriku.

Sebenarnya Alana pun sangat ingin memiliki anak dariku, aku tau dia selalu merasa kesepian jika kutinggal sendirian di rumah karena segudang kesibukan kerjaku, beberapa kali istriku itu mengajakku memeriksakan diri ke dokter. Aku sering menolaknya karena sebenarnya aku tau jika Alana normal dan subur. Namun untuk menyenangkannya aku pun menuruti keinginannya untuk berkonsultasi ke dokter. Dan seperti dugaanku, hasil pemeriksaan menyatakan kami berdua subur. 

Alana hanya tak tau, kalau sebenarnya selama ini aku yang belum menginginkannya melahirkan anak. Rahasia yang sampai sekarang masih kusimpan sendiri.

💫Bersambung💫

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
bukan cuma egois ,wildan jahat ..gak mau punya ank dari alana,tp punya ank dari lilis,ish jijik
goodnovel comment avatar
Mrs Nuri
laki2 egois diluar nalar lebih memilih pnya anak dr wanita lain drpd dr istri yg katanya sangat dia cintai! Apapun alasannya terBrengsek dan terst*pid sih pd akhirnya ya nyakitin istri, hancurin RT dan siap2 kehilangan istri ..
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
emang mungkin saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 5. SEMUA PASTI BAIK-BAIK SAJA

    Aku bersiap menuju ke kantor cabang di Kota Balikpapan setelah menikmati sarapan pagiku. Ada beberapa masalah keuangan di kantor cabang Balikpapan yang mengharuskanku sebagai manager keuangan pusat harus turun tangan langsung dalam rangka megaudit laoporan keuangan cabang. Biasanya jika aku sudah turun tangan langsung seperti ini, beberapa pejabat di kantor cabang akan khawatir dengan posisi mereka. Karena pasti akan ada yang berubah setelah aku melakukan audit keuangan, entah itu penurunan jabatan atau bahkan pemecatan oleh pemilik perusahaan. Karena aku hanya akan turun tangan langsung jika memang kondisi keuangan sudah sangat banyak penyimpangan oleh oknum-oknum tertentu.Kuraih laptopku di atas meja kemudian memasukkannya ke dalam tas. Sebenarnya ini hanya laptop cadanganku di kantor karena laptop yang sehari-hari kugunakan ketinggalan di rumah saat aku mampir membawakan salep untuk mengobati iritasi bayi yang dipesan Lilis. Beruntung Alana bisa membantuku dengan mengirimkan sem

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • NODA PERNIKAHAN    BAB 6. KISAH DUA SEJOLI

    Ibu.Aku berjalan mondar-mandir di dalam rumah besar putraku, Wildan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun Alana, menantuku, belum juga pulang kembali ke rumah. Entah mengapa aku merasa ada yang tak biasa dari wanita cantik yang sudah 5 tahun menemani putraku itu. Tadi pagi, saat mengajaknya untuk sholat berjamaah, aku merasa Alana berbeda, matanya bengkak seperti orang yang habis menangis semalaman.Begitupun saat aku menawarkan sarapan dengan menu favoritnya, Alana menolak dan lebih memilih sereal untuk sarapan. Bahkan Alana terlihat seperti enggan menatapku dan berlama-lama berbicara denganku. Padahal biasanya Alana selalu terlihat senang berlama-lama mengobrol denganku, dia selalu mencari tau tentang masa kecil suaminya padaku. Kemudian kami akan tertawa bersama ketika aku menceritakan cerita-cerita lucu saat Wildan masih kecil.“Bu, ini kok kulit Bagas masih merah-merah gini ya ... padahal sudah Lilis olesin salep yang dibeli Mas Wildan kemarin.” Suara Lilis membuya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • NODA PERNIKAHAN   BAB 7. PELUKAN PERTAMA

    Tiga bulan setelah kecelakaan yang merenggut nyawa Fadli, putra bungsuku. Kulihat Lilis pun sudah tidak terlalu sedih, gadis malang itu sudah mulai berinteraksi dengan beberapa tetangga yang sebaya dengannya. Lilis meminta izin padaku untuk tetap tinggal di rumah, menurutnya dia tak sanggup tinggal sendirian di rumahnya karena ibunya pun sudah meninggal. Itu akan membuatnya merasa sendiri dan kesepian.Aku pun menyetujuinya, karena selain aku juga merasa kesepian jika harus tinggal sendirian di rumah ini, aku juga sudah menyayangi Lilis, gadis itu sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Sebenarnya, beberapa kali Wildan dan Alana memintaku untuk tinggal bersama mereka, namun aku menolak. Aku lebih suka tinggal di sini, dan masih mengelola toko sembako kecil-kecilan peninggalan suamiku.Hingga suatu hari, ketika Wildan kembali mengunjungiku. Aku kembali mempertanyakan cucu padanya, namun seperti biasa, Wildan hanya menjawab dengan gelengan.“Wildan masih menikmati masa-masa indah pernika

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • NODA PERNIKAHAN   BAB 8. HARUS KAH MEMBUKA HATI

    LilisSubuh itu, saat aku hendak membangunkan ibu untuk sholat subuh bersama, aku terkejut mendapati tubuh renta ibu tergeletak di lantai kamarnya. Dengan panik aku berusaha mengangkat tubuh ibu ke atas tempat tidurnya. Subuh-subuh aku terpaksa menggedor-gedor rumah tetangga untuk meminta pertolongan.Ditengah kepanikanku, aku teringat untuk memberi kabar tentang ibu pada Mas Wildan. Kuraih ponselku kemudian mencari-cari kontak Mas Wildan. "Halo! Ini siapa?" Aku terkejut mendengar suara Mas Wildan yang terdengar setengah berteriak.“Aku ... aku Lilis, Mas. Maaf harus menelpon subuh-subuh. Lilis cuma mau mengabari Mas Wildan kalau Ibu pingsan, Mas.”“Astaghfirullah, Lilis! Kamu ngagetin aku tau nggak! Kamu pakai nomor Fadli? Aku kaget sekali ada panggilan dari nomor ponsel almarhum, nggak taunya kamu yang nelpon.”Suara Mas Wildan masih terdengar sedikit berteriak, mungkin dia memang sedang kaget karena aku memang menelpon pakai ponsel Mas Fadli. Saat kecelakaan motor waktu itu, ponse

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • NODA PERNIKAHAN   BAB 9. RUANG UNTUK PULANG

    “Lis, apa kamu tau Ibu memintaku untuk menikahimu?” tanyaku saat kami berdua sudah duduk di kursi yang ada di taman di area rumah sakit. Kulihat gadis itu menghela nafasnya. “Lilis tau, Mas. Ibu pun sudah mengatakannya pada Lilis,” jawabnya lirih.“Lalu bagaimana tanggapanmu, Lis?”“Aku tak tau, Mas. Masa depanku terasa gelap saat Mas Fadli meninggalkanku bersama impian-impian yang sudah kami bangun berdua. Aku merasa aku hidup, tapi terasa mati. Mas Fadli nyaris membawa pergi semua gairah hidupku.” Gadis itu menyeka sudut matanya. Aku terdiam, menunggunya meneruskan kalimatnya.“Yang kuinginkan saat ini hanyalah berada di sekitar Ibu, walaupun mungkin orang-orang akan memandang aneh padaku. Tapi tinggal di rumah Ibu dan melihat Ibu setiap hari membuatku merasa Mas Fadli tak pergi jauh-jauh dariku. Maka, ketika Ibu mengatakan niatnya meminangku untuk Mas Wildan, aku tak bisa mengiyakan maupun menolaknya. Sungguh, aku hanya ingin berpasrah karena aku pun tak tau mau ke mana arah hidu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • NODA PERNIKAHAN   BAB 10. NASIHAT SANG SAHABAT

    Alana.Kuparkirkan mobilku di parkiran Kafe Jingga. Ini adalah kafe yang kubangun bersama Nafisa, sahabatku. Meskipun kami berdua jarang terlibat langsung dalam pengelolaan Kafe ini karena kesibukan kami dengan rumah tangga masing-masing. Aku dan Nafisa mempercayakan pengelolaan Kafe Jingga pada Handi, sepupu Nafisa. Entah kenapa, pagi ini setelah menemukan fakta-fakta mengejutkan tentang Mas Wildan, aku jadi ingin ke kafe ini. Di dalam ada ruangan khusus yang hanya aku dan Nafisa yang punya kuncinya. Aku ingin istirahat dan menghabiskan waktuku di sana. Kuraih gawaiku kemudian mencari kontak Handi, menyuruhnya sedikit agak pagi datang ke kafe karena Handi yang pegang kunci kafe."Mbak Alana mau sarapan? Mau dibikinin menu apa nih, Mbak?" tanya Handi setelah membuka kafe."Boleh deh, Han. Kebetulan Mbak laper nih belum sarapan. Tolong bikinin kopi kental dan roti bakar pakai selai cokelat ya," pintaku."Baik, Mbak. Nanti Handi antakan ke ruangan Mba Alana kalo udah siap."Kurebahkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • NODA PERNIKAHAN   BAB 11

    “Alana ....” Suara itu menyapaku lembut.“Darwin ....”“Wah, akhirnya aku bisa juga bertemu owner Kafe Jingga.”“Ka- kamu tau ini kafe aku?”“Ya, aku tau Kamu dan Nafisa adalah pemilik kafe ini. Kamu tau nggak, aku adalah pelanggan setia di kafe ini. Coba deh kamu tanya karyawan di sini, mereka semua mengenalku. Pelanggan tetap yang punya niat terselubung untuk bertemu pemilik kafe ini, dan ternyata setelah sekian lama jadi pelanggan, malam ini aku benar-benar bertemu dengannya.”Aku berusaha mengabaikan ucapan Darwin.“Nafisa tau kamu sering kemari?” tanyaku.“Taulah. Nafisa bahkan sering memberiku diskon jika kebetulan dia lagi berkunjung ke sini. Kuharap pemilik kafe yang ada di hadapanku sekarang juga sudi memberi harga khusus padaku malam ini.”“Kenapa Nafisa nggak pernah cerita?” Aku masih mengabaikan gurauannya.Pria itu menarik napas panjang. “Begitulah sahabatmu itu. Katanya kamu sudah sangat bahagia dengan kehidupanmu dan melarangku untuk muncul di hadapanmu, seolah-olah aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20
  • NODA PERNIKAHAN   BAB 12

    Entahlah, beberapa bulan setelah menikahi Lilis. Disaat Lilis sedang hamil besar, aku kepikiran untuk menceraikannya setelah wanita itu melahirkan bayiku. Meskipun aku hanya sesekali pulang ke rumah Ibu sejak menikahi Lilis, namun aku makin merasa Lilis tak pernah menganggapku sebagai Wildan. Aku tau, setiap kali aku menggaulinya, matanya terus menatap ke arah fotonya dengan Fadli yang terpajang di atas meja. Kamar Fadli pun tak berubah sedikitpun, meski kamar itu sudah menjadi kamarku dan Lilis ketika aku pulang ke rumah Ibu.Harga diriku sebagai lelaki terkoyak, Lilis selalu membayangkan Fadli lah yang menggaulinya, bukan aku. Lilis bahkan tak segan menggumamkan nama Fadli ketika aku membawanya ke puncak kenikmatan. Meskipun Fadli adalah adikku, tapi aku tetap merasa terhina ketika Lilis membayangkan orang lain atas tubuhku. Padahal, sebenarnya aku pun seperti itu. Masih terbayang dalam ingatanku saat aku berusaha memberikan malam pertama sebagai sepasang suami istri sehari sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20

Bab terbaru

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 114

    Dengan senyum sumringah aku dan Darwin, juga Jessy dan Baby Gandhi bergantian menyalami semua tamu. Tak lupa sambil berfoto mengabadikan semua kebahagiaan yang tercipta hari ini. Darwin memang sengaja menyewa potografer profesional khusus untuk acara ini. Salah satu sudut ruang tamu bahkan sengaja didekorasi dengan indah.“Anggap aja pelaminan kita, Al. Kita kan nggak pernah menggelar resepsi pernikahan,” ucapnya saat aku menanyakan mengapa harus ada hiasan seperti itu.Ternyata sudut yang dihiasi dengan indah itu memanglah menjadi pelaminan kami, pelaminanku bersama suami dan kedua anakku. Tamu-tamu yang datang bergantian menghampiri sudut cantik itu dan mengajak kami berfoto bersama.Lalu tamu yang tak kusangka-sangka itu muncul di depan pintu. Mas Wildan datang dengan menggandeng Lilis sambil menggendong putra mereka. Aku melirik Darwin yang langsung melempar senyuman pada mereka.“Aku sengaja mengundangnya, Al. berdamailah dengan masa lalu, maka masa depan kita akan semakin indah,

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 113

    Alana.“Kita mau ke mana sih? Perasaan sejak pulang dari Surabaya Abang sering banget deh nyulik Al?” tanyaku ketika masih pagi Darwin sudah menyuruhku bersiap-siap tanpa mengatakan hendak mengajakku ke mana.“Udah nurut aja, Al. Masih banyak rencana masa depan kita yang ada di otakku.”“Tapi aku jadi sering ninggalin anak-anak.”“Justru semua ini demi kenyamanan kita semua nantinya, Al. Termasuk anak-anak kita.”Lalu akupun hanya menurut dan mengikutinya.“Ngapain kita ke rumah sakit? Abang sakit?” tanyaku heran bercampur panik ketika ia menghentikan mobilnya di parkiran rumah sakit.“Nggak ada yang sakit, Al. Aku mengajakmu ke sini untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan.”“Dokter kandungan?” Aku semakin heran dan kali ini menatapnya penuh curiga.“Jangan curiga gitu dong. Kita akan berkonsultasi mengenai alat kontrasepsi apa yang cocok untukmu dan tidak membahayakan dirimu dan juga Baby Gandhi. Aku sudah membuat janji dengan dokter terbaik di rumah sakit ini.”“Kenapa harus kon

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 112

    “Tentu saja boleh, Sayang. Tapi untuk saat ini Opa belum bisa ikut dengan kita. Kondisi Opa belum memungkinkan. Opa juga masih punya banyak urusan di sini,” ucapku memberinya pengertian.Lalu kami bergantian berpamitan dan mencium punggung tangan Pak Leon. Pria tua itu kembali membungkuk ketika aku meraih punggung tangannya.“Terima kasih sudah hadir dalam hidup Jessy, Nak. Papa percayakan dia padamu dan Papa berharap bisa segera mendapat kabar baik kepindahan kalian ke rumah Jessy. Sejak kecil Jessy sangat menyukai rumah itu. Terima kasih juga sudah mau menandatangani semua berkas pelimpahan perusahaan.”“Tak perlu berterima kasih, Pa. Bukankah itulah gunanya keluarga? Bagi Alana Papa sekarang adalah orangtua Alana. Terima kasih juga sudah mempercayakan semua pada Alana,” jawabku lirih.***Darwin langsung berangkat ke kantormya setibanya kami semua di Jakarta. Sedangkan aku dengan dibantu Rita dan baby sitter Jessy yang ikut ke Jakarta bersama kami membereskan beberapa hal. Terutama

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 111

    Alana.Aku terbangun dan menggeliat. Kenapa tubuh terasa pegal-pegal? Perlahan kusibakkan bed cover berwarna putih yang menutupi tubuhku. Hahhh!! Aku polos!! Tak mengenakan sehelai pakaian pun. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan dan berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Lalu semua segera terjawab saat pintu kamar mandi di dalam kamar mewah ini terbuka, dan sesosok tubuh berbalut handuk putih mucul dari sana.“Good morning, Sweetie,” sapa lelaki itu sambil tersenyum padaku.Ingatanku pun melayang pada apa yang terjadi semalam di kamar ini. Aku menoleh pada box bayi yang terletak di dalam kamar. Mengapa aku sampai melupakan bayiku? Aku tidur terlelap sepanjang malam, itu artinya aku tak menyusui Baby Gandhi, padahal biasanya ia bisa terbangun sampai 2 atau 3 kali menyusu padaku sebelum akhirnya kembali tertidur.Karena panik memikirkan bayiku, tanpa sadar aku kembali menyibak kain yang menyelimuti tubuhku untuk melihat Baby Gandhi. Tubuh polosku kembali terekspos, la

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 110

    “Aku bahagia melihat hubunganmu sekarang, Al. Dari Inge pula aku tau jika Darwin pria yang baik, kurasa ia memang lebih pantas berjodoh dengan wanita yang tulus sepertimu. Maafkan aku, sekali lagi maafkan semua luka yang pernah kutorehkan dalam hidupmu. Mungkin ke depannya kita akan sering bersinggungan dalam urusan perusahaan Pak Leon yang jatuh ke dalam tanggungjwabmu. Kumohon jangan takut padaku dan jangan meragukanku. Mari kita bekerja sama dengan baik dan profesional, ini juga adalah salah satu permintaan terakhir Inge.”“Lalu apa yang akan Mas Wildan lakukan selanjutnya?”“Aku akan kembali pada Lilis, Al. Bagas memerlukan kasih sayangku. Aku yang sudah memulai semuanya, aku yang sudah menyetujui menikahi Lilis waktu itu meskipun masih terikat pernikahan denganmu. Maka aku harus bertanggungjawab pada mereka. Aku ikhlas meskipun Lilis tak pernah menganggapku ada. Inge mengajarkan padaku bahwa anak adalah mahluk suci yang lahir tanpa dosa, maka tak semestinya kita sebagai orang tua

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 109

    Alana.“Boleh bicara sebentar, Al?” Suara bariton Mas Wildan mengagetkanku. Rupanya lelaki itu belum pulang dan masih melakukan rapat di ruang kerja Pak Leon dengan beberapa orang kepercayaan Pak Leon lainnya saat aku, Darwin dan Pak Leon tengah berbincang di ruang tengah.“Boleh, bicara di sini aja,” jawabku sedikit gugup sambil melirik suamiku, sedangkan Pak Leon sudah masuk ke dalam ruang kerjanya dengan dibantu oleh asistennya yang setia mendorong kursi roda pria tua itu.“Aku mau bicara empat mata denganmu, Al,” ucapnya lagi.Aku kembali melirik Darwin. Lelaki yang sudah memberiku seorang putra itu tersenyum tipis kemudian mengangguk tanda memperbolehkan.“Mas mau ngomong apa? Aku hanya punya waktu sebentar,” ucapku saat sudah duduk di hadapan Mas Wildan.Lelaki itu tersenyum menatapku.“Pertama aku ingin mengucapkan terima kasih padamu, Al. Karena modal yang waktu itu kamu berikan padaku, perusahaanku bisa kembali berkembang hingga akhirnya menemukan kembali kepercayaan para pel

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 108

    Aku tergugu di samping batu nisan bertuliskan nama Inge Paramita di area pemakaman elit yang tersusun dengan sangat rapi. Bayangan wajah serta senyum tulus Inge membuatku menitikkan air mata kehilangan. Meski hanya sebentar mengenalnya, namun wanita itu serasa sangat dekat denganku. Bahkan Inge lah yang mendampingiku melalui proses persalianku dikala Darwin tak bisa mendampingiku.Kuusap batu nisan Inge sambil memanjatkan doa-doa untuk kebahagiaannya di sana. “Terima kasih telah menjadi sahabatku. Terima kasih telah mempercayakan Jessy padaku. Aku berjanji akan menyayanginya setulus kamu menyayanginya. Tenang dan bahagia lah di sana,” bisikku lirih sambil mengusap batu nisannya. Lalu tangan kekar itu merengkuh bahuku.“Jangan menangisinya, Al. Inge sudah bahagia di sana.” Darwin melerai tangisku. Meski aku tau, dibalik kaca mata hitam yang dipakainya, lelaki itu pun meneteskan air matanya.Ternyata niatku dan Darwin untuk hanya mampir sebentar di Suarabaya tak berjalan dengan mulus.

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 107

    Darwin.Berkali-kali Harry dan bawahanku di kantor menelponku karena aku sudah seminggu lebih meninggalkan pekerjaanku. Memang sepulang dari Jepang kemudian mengurus pemakaman Inge hingga mencari keberadaan Alana di Bali kemudian menikahinya kembali aku melupakan semua urusan pekerjaanku. Padahal masih banyak sekali perkerjaan tertunda terutama laporan hasil pekerjaan kami sewaktu di Jepang. Sepertinya pihak kementrian juga sudah mendesak untuk perusahaanku segera melaporkan hasil dan meneruskan kontrak kerja.Maka rencanaku untuk memboyong Alana menginap di hotel malam ini sepertinya tak akan bisa terlaksana.“Al, kita harus segera kembali ke Jakarta. Banyak pekerjaan yang harus segera kuselesaikan. Aku sudah meninggalkan kantor selama seminggu lebih,” ucapku pada Alana setelah sarapan pagi bersama keluarga Alana.“Jadi kapan rencananya kita pulang ke Jakarta?”“Secepatnya, Al. Kalau bisa hari ini juga.”“Lalu bagaimana dengan niatku untuk mengunjungi makam Inge?”Aku mengusap wajah

  • NODA PERNIKAHAN   BAB 106

    Alana.Ada keharuan yang menyeruak dalam hatiku ketika Darwin kembali menyebut namaku dalan ikrar ijab kabul. Ini yang kedua kalinya lelaki itu menyebut namaku dalam prosesi sakral ijab kabul. Dengan sepenuh hati aku mengamini semua doa-doa baik yang terus menerus dipanjatkan sepanjang acara. Aku sangat berharap hubungan pernikahanku kali ini langgeng hingga maut memisahkan. Saat ini, lelaki itu benar-benar telah mengisi penuh seluruh ruang hatiku. Ia hadir perlahan-lahan di sana kemudian dengan pasti memenuhi hatiku dengan perhatian dan cintanya, sehingga sakit yang dulu pernah kurasakan atas kegagalan rumah tanggaku yang dulu sudah tak lagi tersisa. Darwin telah berhasil menutupi semua rasa sakitku dengan kasih sayangnya.Kudengar para tokoh agama yang diundang Mas Sofyan memberi beberapa wejangan padanya ketika ia dengan gagahnya mengakui tentang kehadiran Baby Gandhi dalam hubunganku dengannya. Tanpa segan ia mengakui bahwa bayi yang sedang digendongnya itu hadir akibat dosa-dosan

DMCA.com Protection Status