No one can stop me
Not even my self
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Gabe yang melongok penasaran ke tempat lenyapnya Bryan.
“Newborn itu,” sahut Dean seraya membuka sisi kemudi untuk Gabe. Dean lantas memasukkan barang-barang bawaan mereka ke bagasi dengan mudah, sebelum berusaha untuk berjalan normal ke sisi kemudi.
“Aku benci jika kalian saling berbisik seperti itu,” keluh Gabe ketika Dean menyalakan mesin mobil. “Seolah kalian merencanakan kematianku.”
Dean kontan tertawa mendengarnya. “Yah, seperti yang kau tahu, kami tidak perlu berbicara keras untuk didengar satu sama lain. Kau bahkan punya bakat yang lumayan dalam hal mendengarkan, bukan?” Dean mengerdip jail. “Dan, kau juga tahu kan, kami tidak suka darah yang beracun?”
Gabe mendengus kasar sebagai balasannya.
“Seharusnya kau senang karena kami sama sekali tak berminat dengan darahmu,” sengit Dean seraya melajukan mobilnya.
“Aku tidak bodoh, Dean. Kau vampir, dan aku tahu apa makananmu. Terkadang darah dalam botol yang dikirim Robert itu tidak cukup, bukan? Kau ingin memangsa manusia dan aku selalu ada di sana. Kurasa, hanya menunggu waktu sampai kau memangsaku.” Gabe mengatakannya dengan nada santai, setengah geli.
Dean mendengus kesal. Ia selalu kesal jika Gabe menggunakan hal itu sebagai bahan candaan. Gabe tahu kelemahan Dean, dan dia tidak pernah berhenti menggunakannya untuk membuat Dean kesal. “Setidaknya aku bisa memangsa beruang selama berada di sini.”
“Yeah, camilan yang setidaknya bisa menghangatkan.” Gabe meregangkan badan di kursinya. “Dan apakah ini mobilmu? Untuk mengganti Impala-mu itu?” Gabe menelusuri bagian depan mobil itu dengan tangannya.
Mobil Chevrolet Impala 1967 Dean dihancurkan oleh Warren ketika ia mengejar Warren di Inggris beberapa waktu lalu. Dan itu benar-benar membuat Dean kesal. Ia lebih suka menggunakan mobil klasik ketika berburu dan Warren menghancurkan mobil klasik kesayangannya itu.
Dean tersenyum lebar. “Akan segera menjadi mobilku, begitu aku berhasil menghancurkan newborn ini,” seringainya.
“Kupikir kau bisa mendapatkan mobil canggih lainnya,” komentar Gabe.
“Aku sudah punya cukup banyak mobil-mobil seperti itu. Tapi, untuk yang satu ini …” Dean mengusap setir mobil itu dengan senyum lebar.
“Kau hanya ingin mengoleksi mobil-mobil itu seperti mainan,” dengus Gabe.
“Kecuali untuk chevy-ku, dan juga ini,” sahut Dean.
“Yeah, aku bisa melihatnya.” Gabe memutar mata muak, sementara Dean mempercepat laju mobilnya.
***
“Robert benar-benar memanjakan para pemburunya,” gumam Gabe begitu mereka masuk ke kabin mereka di atas bukit berbatu di tepi danau Fenske.
“Hanya jika kami bekerja bagus untuknya,” Dean menimpali seraya memerika sekelilingnya. “Tapi, dia tidak segan menghabisi para Hunter yang mengkhianatinya. Dia punya mata di semua tempat. Mata yang mengawasi dan mengikat para Hunter.”
“Benar, terkadang dia bisa sangat mengerikan,” Gabe menyetujui.
“Tapi, ini memang tempat yang bagus,” Dean menyeringai. “Lihat hutannya …”
“Dan cuacanya,” sarkas Gabe, mengingatkan musim dingin yang masih tersisa. Bahkan meskipun salju-salju mulai mencair, tapi cuacanya masih sangat dingin.
Dean menyeringai. “Berburu di dekat International Falls tampaknya menyenangkan,” ucapnya.
“Aku tidak setuju,” sahut Gabe seraya duduk di sofa krem di ruang tengahnya. “Aku lebih suka darahku tetap mengalir normal seperti ini, alih-alih membeku.”
Dean tertawa. “Tidak ada darah yang perlu kukhawatirkan di sana. Dan aku akan bebas berburu.” Dean tampak bersemangat.
“Kau masih harus mencari newborn itu,” Gabe mengingatkan.
Dean mengerang. “Sebaiknya aku segera mencarinya agar aku bisa menikmati liburanku.”
“Setuju,” timpal Gabe seraya mengangkat kakinya di ujung sofa panjang itu dan berbaring di sana.
“Istirahatlah dengan baik sementara aku mengecek kabin kita,” ucap Dean penuh sarkasme. “Ini bahkan belum jam sembilan,” dengusnya seraya berjalan ke dalam untuk melihat ruangan lainnya.
Gabe tak dapat menahan tawanya. “Apa boleh buat, kan? Aku bukan vampir yang tak kenal lelah. Aku hanya manusia lemah yang mudah lelah setelah perjalanan panjang. Aku hanya manusia tak berdaya yang harus mengikuti seorang vampir yang sangat kuat dan …”
“Oh, tutup mulutmu dan tidurlah, Gabe!” sela Dean kesal ketika ia kembali ke ruang tengah untuk memindahkan barang-barang mereka ke kamar.
Gabe tertawa lagi, tapi kemudian dia benar-benar menutup mulutnya, dan matanya, lalu memulai tidur pertamanya di Minnesota.
***
Mata merah itu menyorot dari kegelapan, ia menjilat bibir dengan lidahnya, seketika merasa haus melihat serombongan pemuda di depan sana. Mereka tertawa-tawa sambil mabuk. Mangsa yang menggoda. Namun, ia masih menimbang-nimbang. Haruskah ia membunuh mereka … atau tidak?
Hingga kemudian, jawabannya muncul. Seorang gadis muda tampak berjalan melewati jalan itu dengan langkah cepat. Ketakutan dan kecemasan tampak jelas di wajahnya ketika ia semakin dekat dengan gerombolan pemabuk itu. Gadis itu semakin ketakutan ketika rombongan pemabuk itu mencegat jalannya. Ketika gadis itu berbalik dan hendak kembali ke arah datangnya, dia juga dicegat. Tak ada jalan keluar.
Tawa mereka terdengar menjijikkan ketika dua orang dari mereka memegangi kedua tangan gadis itu dan menyeretnya ke gang gelap di jalan itu.
“Tidak … tolong lepaskan aku …” pinta gadis itu sembari menangis. “Tolong lepaskan aku …”
Pinta memelasnya itu hanya dijawab dengan tawa. Pemilik mata merah itu melesat cepat dan dalam satu kedipan mata, ia tiba di gang gelap itu. Salah seorang dari mereka sudah menjatuhkan gadis itu dan berlutut di depannya. Ia melompat dan mendarat tepat di belakang orang itu, lalu melemparnya keras ke tembok gang.
“Pergilah,” ucapnya pada gadis itu.
Gadis itu buru-buru berdiri dan berlari pergi, tapi salah seorang dari pemabuk itu menahan tangannya.
“Lepaskan aku!” pekik gadis itu.
“Kau tidak akan bisa …”
Pemilik mata merah itu tak membiarkan kalimat itu selesai karena ia sudah menarik pemabuk itu dengan kuat dan menyeretnya semakin dalam ke gang itu. Seketika, rombongan teman-temannya mengikuti.
Sebagai pembuka makan malamnya, ia menggigit leher orang yang dipeganginya itu, lalu menghisap darahnya. Setelah itu, ia menarik lepas tangan dan kaki mangsanya dan menumpuk potongan tubuhnya di depannya. Pemuda lainnya yang melihat itu melotot ngeri dan menjerit ketakutan.
Ketika mereka akan kabur, dengan cepat ia melesat dan menyerang mereka. Ia menghisap darah mereka, lalu menarik lepas tangan dan kaki dari tubuh mereka tanpa kesulitan. Setelah menyelesaikan makan malamnya, ia menatap setumpuk potongan mayat di depannya. Ia mengeluarkan pemantik api dan menyulut api di pakaian mangsanya.
Kobaran api semakin besar, melahap potongan tubuh di depannya. Ia sudah akan pergi dari sana ketika menyadari ada saksi yang melihat itu semua. Ia melompat tinggi dan mendarat di belakang gadis yang sudah gemetar ketakutan itu.
Ia membungkuk ke arah gadis itu dan memberi peringatan tajam, “Jangan katakan apa pun pada orang-orang tentangku atau aku akan membunuh kau dan keluargamu dengan cara yang sama seperti aku membunuh mereka.”
Gadis itu mengangguk dengan tubuh masih gemetar. Ketika gadis itu perlahan menoleh ke belakang, ia melesat pergi dan menghilang dalam kegelapan.
***
If I can’t find you nowI stil have forever toMalam itu, Dean memulai perburuan pertamanya. Berlari cepat melewati hutan di sekitar danau Fenske, melewati Virginia, Duluth, Cloquet, lalu terus ke selatan. Dia akan memulai pencarian dari bagian selatan Minnesota. Dean memulai pencariannya dari Preston. Ia menyisiri perbatasan, terus hingga ke Worthington.Ia sempat mencari tahu di beberapa kedai minum lokal dan mendengar para penduduk juga membicarakan tentang menghilangnya orang-orang secara misterius. Beberapa orang berpikir itu perbuatan beruang yang terlepas dari hutan penangkaran, tapi sejauh ini, tak ada seorang pun yang melihat penampakan beruang itu.Ketika tiba di Winona, Dean berhenti di sebuah kedai minum dan mendengarkan percakapan tiga orang pria yang duduk di seberang ruangan tentang serangan-serangan itu. Minggu lalu ada penyerangan di daerah ini. Tapi, tak ada satu pun yang menyaksikan apa yang terjadi
Look into your eyesMesmerized and prisoned Is it magic?Why is it so unlogic?“Kau bersenang-senang semalam?” Gabe menyambut Dean di pintu depan ketika Dean baru kembali dari jalan-jalannya di hutan pagi itu.“Bersenang-senang, huh?” dengus Dean seraya melewati Gabe. “Newborn itu melakukan hal-hal yang mencurigakan.”“Tapi, kau sudah membunuhnya, kan?” Gabe menyeringai, mengikuti Dean ke dalam.Dean menggeleng. “Aku bahkan tidak bertemu dengannya,” keluhnya.“Lalu, apa yang kau dapatkan semalam?” Gabe mulai tak sabar.“Hanya informasi,” sahut Dean seraya mengempaskan tubuhnya di kursi santai di sisi kabin yang menghadap ke danau Fenske. “Informasi yang cukup berguna, tapi menyesatkan.” Dean mengangkat kakinya ke atas meja di depannya.“
It’s just youSo why can’t I just stopTo think about you?Gabe tampak cemas ketika Dean baru kembali esok paginya.“Apa yang terjadi padamu? Kenapa semalam kau tidak pulang?” rentet Gabe.Dean menggeleng. “Aku bertemu dengannya. Newborn itu, aku bertemu dengannya.”Gabe membelalak kaget. “Lalu, apa yang terjadi? Dia lolos? Tapi, dia … dia tidak melukaimu, kan?” Gabe menatap tubuh Dean dari atas ke bawah dengan cemas.Dean duduk di sofa ruang tengah dan mendesah. “Dia tidak melukaiku. Tapi … aku tidak tahu, kenapa di hadapannya … aku menjadi lemah.” Dean menggeleng bingung. “Maksudku … pengaruhnya padaku, nyaris seperti pengaruh matahari,” keluh Dean.“Tapi, kau baik-baik saja dengan matahari,” ucap Gabe.“Tapi, semalam aku pergi tanpa meminum dar
Under your attackI could do nothingEverytime I got your lookI’m frozenSejak jam delapan malam, Dean sudah menyusuri sepanjang sungai, dan tak sampai dua jam, ia sudah kembali menyusuri arah sebaliknya. Tapi, ia belum juga menemukan keberadaan newborn itu. Ke mana perginya newborn itu?Dean akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan ke kota-kota di sekitar sungai. Di Minneapolis, Dean menggagalkan perampokan lima pria. Mereka beruntung, Dean tidak sedang berminat memberi mereka pelajaran, karena perhatiannya sepenuhnya tersita pada perburuannya.Dari Minneapolis, Dean berjalan hingga ke Bloomington. Sebelum kemudian berlari ke arah hutan hingga ke tepi sungai. Dean berlari kembali ke arah Minneapolis. Ketika ia tiba di Brooklyn Park, salah satu kota di sekitar Minneapolis yang berada tepat di sisi barat sungai Mississippi, Dean menyeberang ke S
Kenapa kita bertemu?Apakah itu sebuah pertanyaan?Karena … adakah alasan untuk takdir bekerja?“Kenapa …” newborn itu kembali bertanya, “kau memburuku?”Dean mendengus pelan. “Kenapa kau membunuh makhluk sejenismu sendiri?” balas Dean.“Karena mereka akan membuat masalah jika aku tidak membunuh mereka,” sahut newborn itu.“Kau juga membuat masalah, tidakkah kau sadar?” dengus Dean. Dan itulah alasan Dean memburunya.“Bukan tanpa alasan,” newborn itu membela diri. “Tapi, kau juga tidak bereaksi seperti vampir lainnya ketika kuserang,” lanjutnya.“Dan bukan tanpa alasan,” Dean memakai kalimat pembelaan newborn itu. Dean tersenyum tipis mendengar dengusan mengejek newborn itu.“Sebelumnya kau tampak selemah vampir lainnya. T
Never knew it would be this longTo see you in front of meDean mendapati tubuhnya terhipnotis ketika mata merah itu menatapnya. Ia tak bisa bergerak, tak bisa bernapas. Newborn itu berjalan ke arahnya, semakin dekat. Lalu, Dean merasakan tangan newborn itu di rambutnya.“Apa rambutmu selalu seberantakan ini?” tanya newborn itu.Dean tak bisa menjawab. Lidahnya kelu, seolah membeku di bawah pengaruh hipnotis newborn itu. Apa yang dilakukannya pada tubuh Dean?Lalu, tangan newborn itu bergerak turun ke leher Dean.“Hentikan,” Dean mendesis.Newborn itu tersenyum miring. “Aku tahu kau menginginkan ini, Hunter. Aku tahu … kau menginginkanku.”Dean mengernyit. Ia masih tak bisa bergerak ketika tangan newborn itu menyusuri lengannya turun, lalu naik lagi dan mendarat di dadanya.“Apa
Never knew it would be this longTo take you by my side“Aku hanya akan menonton, kalau begitu,” ucap Dean seraya berjalan ke tembok dan bersandar di sana.“Jika kau menyerangku saat aku sibuk dengan mereka, aku tidak akan …”“Aku bukan jenis orang yang menyerang dari belakang,” Dean menyela. “Silakan menikmati makan malammu,” lanjutnya seraya mengedikkan kepala ke arah lima orang pria yang berdiri tak lebih dari dua meter di depan newborn itu.Newborn itu mendecih kesal, sebelum kemudian, dengan kecepatan yang menakjubkan, menancapkan taringnya di leher korban pertamanya. Empat pria lainnya tampak terkejut, tapi kemudian, newborn itu kembali menyerang pria lainnya sebelum mereka tersadar dari keterkejutan mereka. Tiga pria lainnya yang tampak ketakutan, berlari ke arah Dean. Tapi, salah seorang dari mereka berhasil ditahan newborn
I know I have to kill youI just can’tYou got me hypnotizedTeriakan histeris Gabe menyambut kedatangan Dean dengan seorang newborn cantik dalam gendongannya.“Sialan, Dean! Kau membawa monster itu kemari?!” amuk Gabe.“Tutup mulutmu, Gabe. Suaramu membuat telingaku sakit,” balas Dean kesal.“Kau masih mengkhawatirkan telingamu padahal kau sedang menggendong monster yang sudah membunuh begitu banyak nyawa dengan kejam?!” raung Gabe.Dean mendengus seraya berjalan melewati Gabe, –yang tanpa diperintah sudah memberi jalan selebar mungkin, menuju kamarnya. Gabe mengikuti di belakang Dean dengan hati-hati. Gabe bersembunyi di balik dinding dan hanya berani memunculkan kepalanya untuk melihat newborn itu.“Dia akan membunuh kita,” gumam Gabe ngeri.“Tidak akan,” sahut Dean enteng.Namun, k
Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas
Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld
Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D
As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i
Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab
If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam
No matter how mad I at youI can’t leave you Jane biasa mengendalikan pikiran banyak orang sekaligus. Namun, ketika serangan dibuat berlapis seperti ini … merepotkan juga. Belum lagi hujan tembakan dari jarak jauh seperti ini. Hingga tiba-tiba, sesuatu melesat cepat, mengempaskan barisan lingkaran vampir yang menerjang ke arah Jane.Jane terkejut mendapati keberadaan Dean di sana. Tak hanya Dean, tapi Annabeth juga tampak melumpuhkan belasan vampir sekaligus, membuat mereka jatuh berlutut, lemas, seolah kehabisan kekuatan. Tak hanya itu, gadis itu lantas melompat tinggi dan membakar satu lingkaran vampir yang mengepungnya.Namun, serangan terus berlanjut. Meski, tak ada harapan bagi lawan mereka untuk menang. Jane melompat meninggalkan medan pertempuran untuk menangkap para penembak dalam jangkauan kekuatannya. Saat itulah, Jane sekilas melihat Owen di dahan salah satu pohon, dan ada sosok yang mendek
The risk of powerThe risk of being the strongest Dean menunduk menatap Owen yang sejak mereka pergi tadi terus menyurukkan kepala di dada Dean. Dean akhirnya berhenti ketika mereka sudah memasuki kota sebelah. Annabeth menghampirinya.“Ada apa, Dean?” tanya Annabeth.Dean tak menjawab, tapi ia menunduk menatap Owen di gendongannya.“Owen,” panggil Annabeth.Owen mendongak menatap Annabeth dengan wajah muram.“Kau kenapa? Apa kau takut karena Dad bergerak terlalu cepat?” tanya Annabeth lembut.Owen menggeleng.“Lalu, kenapa?” tanya Annabeth lagi.“Aunt Jane,” sebut Owen.Dean menegang mendengar Owen menyebutkan nama itu.“Ada apa dengan Aunt Jane?” Annabeth mengambil alih Owen ke gendongannya.“Aunt Jane pergi ke mana, Mom?” tanya Owen.“Dia harus melakukan sesuatu,
Sometimes we broke each otherCause we’re too much care each otherSetelah Jane pergi seperti tadi, Owen tampak murung. Maka, seharian itu Annabeth mengajak Owen mengobrol dan bermain untuk menghiburnya. Meski tetap saja, malam itu Owen masih tampak murung dan memutuskan untuk pergi ke tenda sendirian.Setelah Owen masuk ke tenda, Annabeth menghela napas dengan tatapan sedih ke arah tenda tempat Owen berada. Dean yang sedari tadi hanya mengamati, melompat ke hadapan Annabeth.“Apa yang membuatmu murung, Annabeth?” tanya Dean.Annabeth menatap Dean. “Dean, aku merasa … ini tidak benar.”“Apa yang kau bicarakan?” Dean kembali bertanya.“Jane… kita …” Annabeth menggeleng. “Seharusnya tidak seperti ini, kan?”Dean menatap tepat ke mata Annabeth. “Lalu, seharusnya seperti apa?” Dean b