Look into your eyes
Mesmerized and prisoned
Is it magic?
Why is it so unlogic?
“Kau bersenang-senang semalam?” Gabe menyambut Dean di pintu depan ketika Dean baru kembali dari jalan-jalannya di hutan pagi itu.
“Bersenang-senang, huh?” dengus Dean seraya melewati Gabe. “Newborn itu melakukan hal-hal yang mencurigakan.”
“Tapi, kau sudah membunuhnya, kan?” Gabe menyeringai, mengikuti Dean ke dalam.
Dean menggeleng. “Aku bahkan tidak bertemu dengannya,” keluhnya.
“Lalu, apa yang kau dapatkan semalam?” Gabe mulai tak sabar.
“Hanya informasi,” sahut Dean seraya mengempaskan tubuhnya di kursi santai di sisi kabin yang menghadap ke danau Fenske. “Informasi yang cukup berguna, tapi menyesatkan.” Dean mengangkat kakinya ke atas meja di depannya.
“Dan apa artinya itu?” tanya Gabe yang bersandar di dinding.
“Artinya, itu bukan berita yang cukup bagus,” sahut Dean cuek. “Salah seorang saksi mata yang melihatnya, mengatakan bahwa newborn itu menolongnya, meski dengan cara yang kejam. Yah, dia mencabik-cabik tubuh beberapa manusia malang di depan mata gadis itu. Itu pasti mengerikan bagi para manusia. Tapi yang membuatku heran, meskipun newborn itu haus darah dan sangat hobi melakukan pembunuhan brutal, dia sama sekali tidak menyentuh saksi mata itu. Dia hanya mengancam gadis malang itu agar tidak membocorkan tentang kejadian itu. Dan … hanya itu.”
“Jadi menurutmu … newborn ini sedikit tidak biasa? Sedikit … berperikevampiran?” Gabe mengerutkan kening.
Dean mendengus kasar. “Aku tidak mengatakan itu. Gadis malang itu yang tampaknya merasa berutang budi pada newborn itu, hingga memintaku untuk menyampaikan terima kasih pada newborn mengerikan itu.”
Tawa Gabe menyembur mendengarnya. “Vampir yang unik,” katanya geli.
“Bukan berarti aku tidak akan menghancurkannya,” ucap Dean. “Dia sudah membuat keributan besar di sini. Dia bisa membuat keberadaan vampir terbongkar.”
“Yah, toh tidak lama lagi dia akan mati di tanganmu. Santailah sedikit,” Gabe menghampiri Dean dan menepuk bahunya. “Ada baiknya kau mencoba kanonya.”
Dean mendesis kesal pada Gabe yang sudah tertawa lagi seraya meninggalkan Dean. Dean mendesah lelah seraya menatap danau Fenske di hadapannya. Entah kenapa, mendadak ia merasa gelisah menghadapi newborn ini.
***
Dean menutup telepon dari Robert dengan gusar. Robert mengamuk karena newborn ini sudah melakukan tiga penyerangan dalam seminggu, selama Dean berada di Minnesota. Frustrasi Dean karena kasus ini membuatnya mengamuk tak tentu pada Gabe. Dean bahkan pergi tanpa meminum darah yang dikirimkan Robert padanya.
Mengabaikan teriakan panik Gabe, malam itu Dean berlari ke hutan dan melompat ke atas, ke dahan-dahannya. Bagaimana bisa newborn ini kabur tanpa jejak seperti itu? Terakhir kali, Dean sudah nyaris mengejar newborn itu, tapi dia terlambat sedikit. Hanya sedikit. Ia bahkan masih bisa melihat sisa abu di sudut gang malam itu.
Dean kesulitan mengejar newborn ini karena dia tidak seperti newborn lainnya. Newborn yang satu ini, sama sekali tidak ceroboh. Dan dia tidak menyerang dengan pola tertentu. Dia memilih daerah serangan secara random. Saint Cloud, Winona, Milaca, Rochester, Grand Rapids …. Tampaknya dia berniat menetap di Minnesota untuk waktu yang lama.
Dean bahkan tidak sempat bersantai menikmati perjalanan malam dengan Ford Falcon-nya karena ulah newborn ini. Jika nanti Dean bertemu dengannya, dia akan membuat newborn ini menyesal karena membuatnya kesal. Memasuki Duluth, Dean memilih berjalan di jalanan. Hingga ia tiba di Grand Rapids, tempat terjadinya serangan terakhir. Akhirnya Dean memutuskan untuk berlari menyusuri sungai Mississippi hingga Red Wing.
Dean mulai bosan ketika ia tiba di Red Wing. Dean baru saja hendak mencari kedai minum dan mencari informasi ketika ia mendengar suara teriakan tak jauh dari tepian sungai. Secepat mungkin Dean kembali ke sungai dan dia terkejut ketika melihat dua orang pria berlari ke arahnya. Dean sudah hendak menolong mereka, tapi ketika ia berlari, ia sempat melihat sepasang mata merah menatap matanya, lalu mendadak ia kehilangan kekuatannya.
Tubuh Dean terasa lemas seketika. Ia pun jatuh berlutut di jalan berkerikil ke arah sungai. Lalu, Dean melihat bayangan gelap menarik dua orang pria itu kembali ke tepi sungai. Dean mengepalkan tangannya geram ketika newborn itu memangsa dua orang pria itu. Setelah memangsa dua orang pria itu, newborn itu beralih pada tubuh yang terbaring tak jauh dari tepi sungai. Mengejutkan Dean, newborn itu membawa tubuh itu pergi, dan dalam hitungan detik, newborn itu sudah berada di depan Dean.
Dia menurunkan tubuh yang ternyata adalah tubuh seorang pria muda yang mungkin belum genap dua puluh tahun. Ketika newborn itu kembali berdiri tegak, dia menatap Dean dengan mata merah gelapnya. Mata yang tadi sempat menatap Dean sebelum ia kehilangan tenaganya. Matanya berwarna merah, gelap. Dan wajahnya … astaga, newborn itu seorang perempuan. Dan dia … sangat cantik.
Dean berusaha menggerakkan tangannya, ingin menahan newborn itu, tapi ketika tangannya berhasil meraih pergelangan tangan newborn itu, ia tak bisa menggenggamnya. Dean benar-benar kehilangan tenaganya.
Mata merah gelap newborn itu menatap Dean, seolah menyihirnya. Bibirnya menyunggingkan senyum miring.
“Kau … sama sepertiku, bukan?” tanya newborn itu seraya menepis tangan Dean dengan mudah.
Dean tak menjawab dan hanya menatap newborn itu. Entah kenapa, ia tak bisa mengalihkan tatapan dari newborn itu.
“Aku sudah diingatkan tentang kau, vampir yang memburu vampir lainnya,” ucap newborn itu lagi.
Suaranya bahkan terdengar begitu indah di telinga Dean. Dean memejamkan mata, berusaha mengusir mantra sihir apa pun yang mungkin dilakukan newborn itu. Tidak, Dean menghadapi newborn, bukan penyihir. Tapi lantas … apa ini? Kenapa Dean bereaksi seperti ini?
Newborn ini mempengaruhi tubuh Dean seperti pengaruh matahari baginya saat ia belum sekuat saat ini. Yang membedakan newborn ini dengan matahari adalah; jika Dean enggan menatap matahari, tapi newborn ini … Dean tak bisa mengalihkan tatapan darinya. Dean seolah tersihir …
“Kudengar, kau tidak memburu manusia, dan aku tidak tertarik dengan bagaimana kau bertahan hidup selama ini. Tapi saat ini, kurasa aku harus meminta bantuanmu untuk membawa pria ini ke kota. Dia masih bisa diselamatkan, terutama karena kau tidak akan memangsanya. Mungkin dia hanya akan mengalami gegar otak karena luka pukul di kepalanya, tapi selebihnya, dia akan tetap hidup jika kau membawanya ke kota,” newborn itu berbicara.
“Dan karena ini sudah lewat tengah malam, kusarankan kau mengetuk pintu rumah penduduk, atau lebih baik lagi, kau membawanya langsung ke rumah sakit. Karena aku harus segera pergi, sebelum tenagamu pulih dan kau menangkapku,” lanjutnya seraya tersenyum.
Bahkan meskipun Dean tak perlu bernapas, mendadak ia merasa tak bisa bernapas. Pasokan udara ke dalam tubuhnya berhenti–meski ia tak butuh itu untuk hidup, ketika newborn itu berlutut di depannya, wajahnya begitu dekat dengan wajah Dean, mata merahnya membuat Dean tenggelam di sana.
“Bagaimana kau bisa bertingkah begitu mirip dengan manusia?” Newborn itu terdengar heran. “Apa kau membutuhkan oksigen seperti mereka?”
Dean menggeleng, hampir tak kentara. Newborn itu mengedikkan bahu santai seraya kembali berdiri, lalu tiba-tiba dia terbang kembali ke tepi sungai, tepat ketika dua pria tadi berubah menjadi newborn. Menghadapi dua newborn yang haus darah, newborn itu bisa celaka. Dean berusaha berdiri, tapi tenaganya belum pulih. Entah apa yang dilakukan newborn itu padanya, tapi kini ia kehilangan tenaganya.
Dean menyesal karena tidak meminum darah dari Robert tadi, karena saat ini, pasti tubuhnya sudah lemah. Biasanya, Dean bisa bertahan di bawah matahari. Mungkin jika tadi Dean meminum darah itu, ia akan bisa menghadapi apa pun yang dilakukan newborn itu padanya.
Dean mengepalkan tangan, berusaha mengumpulkan sisa tenaganya. Bagaimanapun, dia harus menolong newborn itu. Tapi sepertinya, tanpa bantuan Dean pun, newborn itu bisa mengalahkan dua newborn lainnya dengan mudah. Dia tampak … mengerikan. Cara newborn itu membantai dua newborn yang ia ciptakan itu, mengingatkan Dean pada seseorang.
Dean akhirnya bernapas lagi, bahkan meskipun ia tak perlu. Entah kenapa, ia lega karena newborn itu tidak terluka. Newborn itu kini sedang mengoyak tubuh dua newborn ciptaaannya tadi dan menumpuknya menjadi satu, sebelum kemudian membakarnya.
Ketika angin malam menerbangkan abu dari tubuh dua newborn itu, newborn bermata merah itu menoleh ke belakang, menatap ke mata Dean, dan lagi-lagi menghipnotis Dean hingga ia tak bisa berpaling dari newborn itu. Rambut cokelat kemerahannya yang tergerai lurus hingga punggungnya tersibak karena angin.
“Sampai jumpa lagi, Hunter,” newborn itu berkata, sebelum kemudian, dia melompati sungai dan menghilang ke hutan.
Sementara itu, Dean masih membeku di tempatnya, terlalu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Ia bertahan di sana selama beberapa menit kemudian, sampai tenaganya pulih. Ia menunduk menatap tubuh pria muda itu. Ia sama sekali tak mengerti, kenapa newborn itu membiarkan pria muda ini tetap hidup, tapi membunuh dua yang lainnya? Apa alasannya?
Berusaha memikirkan semua kejadian malam itu, Dean mengangkat tubuh pria muda itu dan berlari menembus hutan untuk membawanya ke kota. Newborn itu semakin membuat Dean penasaran. Sebenarnya, apa tujuannya? Apakah dia melakukan ini dengan maksud tertentu?
***
It’s just youSo why can’t I just stopTo think about you?Gabe tampak cemas ketika Dean baru kembali esok paginya.“Apa yang terjadi padamu? Kenapa semalam kau tidak pulang?” rentet Gabe.Dean menggeleng. “Aku bertemu dengannya. Newborn itu, aku bertemu dengannya.”Gabe membelalak kaget. “Lalu, apa yang terjadi? Dia lolos? Tapi, dia … dia tidak melukaimu, kan?” Gabe menatap tubuh Dean dari atas ke bawah dengan cemas.Dean duduk di sofa ruang tengah dan mendesah. “Dia tidak melukaiku. Tapi … aku tidak tahu, kenapa di hadapannya … aku menjadi lemah.” Dean menggeleng bingung. “Maksudku … pengaruhnya padaku, nyaris seperti pengaruh matahari,” keluh Dean.“Tapi, kau baik-baik saja dengan matahari,” ucap Gabe.“Tapi, semalam aku pergi tanpa meminum dar
Under your attackI could do nothingEverytime I got your lookI’m frozenSejak jam delapan malam, Dean sudah menyusuri sepanjang sungai, dan tak sampai dua jam, ia sudah kembali menyusuri arah sebaliknya. Tapi, ia belum juga menemukan keberadaan newborn itu. Ke mana perginya newborn itu?Dean akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan ke kota-kota di sekitar sungai. Di Minneapolis, Dean menggagalkan perampokan lima pria. Mereka beruntung, Dean tidak sedang berminat memberi mereka pelajaran, karena perhatiannya sepenuhnya tersita pada perburuannya.Dari Minneapolis, Dean berjalan hingga ke Bloomington. Sebelum kemudian berlari ke arah hutan hingga ke tepi sungai. Dean berlari kembali ke arah Minneapolis. Ketika ia tiba di Brooklyn Park, salah satu kota di sekitar Minneapolis yang berada tepat di sisi barat sungai Mississippi, Dean menyeberang ke S
Kenapa kita bertemu?Apakah itu sebuah pertanyaan?Karena … adakah alasan untuk takdir bekerja?“Kenapa …” newborn itu kembali bertanya, “kau memburuku?”Dean mendengus pelan. “Kenapa kau membunuh makhluk sejenismu sendiri?” balas Dean.“Karena mereka akan membuat masalah jika aku tidak membunuh mereka,” sahut newborn itu.“Kau juga membuat masalah, tidakkah kau sadar?” dengus Dean. Dan itulah alasan Dean memburunya.“Bukan tanpa alasan,” newborn itu membela diri. “Tapi, kau juga tidak bereaksi seperti vampir lainnya ketika kuserang,” lanjutnya.“Dan bukan tanpa alasan,” Dean memakai kalimat pembelaan newborn itu. Dean tersenyum tipis mendengar dengusan mengejek newborn itu.“Sebelumnya kau tampak selemah vampir lainnya. T
Never knew it would be this longTo see you in front of meDean mendapati tubuhnya terhipnotis ketika mata merah itu menatapnya. Ia tak bisa bergerak, tak bisa bernapas. Newborn itu berjalan ke arahnya, semakin dekat. Lalu, Dean merasakan tangan newborn itu di rambutnya.“Apa rambutmu selalu seberantakan ini?” tanya newborn itu.Dean tak bisa menjawab. Lidahnya kelu, seolah membeku di bawah pengaruh hipnotis newborn itu. Apa yang dilakukannya pada tubuh Dean?Lalu, tangan newborn itu bergerak turun ke leher Dean.“Hentikan,” Dean mendesis.Newborn itu tersenyum miring. “Aku tahu kau menginginkan ini, Hunter. Aku tahu … kau menginginkanku.”Dean mengernyit. Ia masih tak bisa bergerak ketika tangan newborn itu menyusuri lengannya turun, lalu naik lagi dan mendarat di dadanya.“Apa
Never knew it would be this longTo take you by my side“Aku hanya akan menonton, kalau begitu,” ucap Dean seraya berjalan ke tembok dan bersandar di sana.“Jika kau menyerangku saat aku sibuk dengan mereka, aku tidak akan …”“Aku bukan jenis orang yang menyerang dari belakang,” Dean menyela. “Silakan menikmati makan malammu,” lanjutnya seraya mengedikkan kepala ke arah lima orang pria yang berdiri tak lebih dari dua meter di depan newborn itu.Newborn itu mendecih kesal, sebelum kemudian, dengan kecepatan yang menakjubkan, menancapkan taringnya di leher korban pertamanya. Empat pria lainnya tampak terkejut, tapi kemudian, newborn itu kembali menyerang pria lainnya sebelum mereka tersadar dari keterkejutan mereka. Tiga pria lainnya yang tampak ketakutan, berlari ke arah Dean. Tapi, salah seorang dari mereka berhasil ditahan newborn
I know I have to kill youI just can’tYou got me hypnotizedTeriakan histeris Gabe menyambut kedatangan Dean dengan seorang newborn cantik dalam gendongannya.“Sialan, Dean! Kau membawa monster itu kemari?!” amuk Gabe.“Tutup mulutmu, Gabe. Suaramu membuat telingaku sakit,” balas Dean kesal.“Kau masih mengkhawatirkan telingamu padahal kau sedang menggendong monster yang sudah membunuh begitu banyak nyawa dengan kejam?!” raung Gabe.Dean mendengus seraya berjalan melewati Gabe, –yang tanpa diperintah sudah memberi jalan selebar mungkin, menuju kamarnya. Gabe mengikuti di belakang Dean dengan hati-hati. Gabe bersembunyi di balik dinding dan hanya berani memunculkan kepalanya untuk melihat newborn itu.“Dia akan membunuh kita,” gumam Gabe ngeri.“Tidak akan,” sahut Dean enteng.Namun, k
The sweetest appleCould be a poisoned one“Siapa namamu?” Dean mengajukan pertanyaan pertamanya seraya berdiri di sisi jendela. Tatapannya tertuju pada newborn itu.Newborn itu memalingkan wajah dengan kasar, tak berniat memberikan informasi apa pun pada Dean. Gabe yang duduk di luar kamar Dean mengedikkan bahu.“Baiklah jika kau tak mau mengatakannya dengan cara baik-baik,” desah Dean. “Sambutlah matahari pertamamu di kabinku yang hangat ini, Newborn.” Tangan Dean bergerak untuk menyibak tirai jendela kamarnya.Newborn itu mengernyit kesakitan ketika sinar matahari menerobos masuk ke kamar itu. Newborn itu beringsut ke ujung tempat tidur hingga menabrak dinding di belakangnya. Sinar matahari ini tidak hanya melumpuhkan newborn itu, tapi juga menyakitinya. Mungkin itu juga karena pengaruh rantai yang sudah melemahkannya sejak d
Apa yang akan kau lakukanKetika musuh mendapatkan kelemahanmu?“Dean …” Panggilan Gabe itu membuat Dean membenci dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia membiarkan Gabe berada dalam bahaya karena dirinya seperti ini?“Newborn itu tidak bersalah, omong-omong,” ucap Gabe. “Dia tidak membunuhku, kan? Lagipula, aku tahu dia hanya bercanda,” lanjutnya.Dean memejamkan mata. Ia tahu Gabe mengatakan itu karena tidak ingin membuat Dean merasa bersalah. Mereka sudah bersama selama hampir dua puluh tahun. Sejak Gabe masih sekolah, saat ia masih berumur enam belas tahun, hingga saat ini. Mereka pernah membicarakan masalah ini, Dean bahkan sudah tak menghitung berapa kali ia mengusir Gabe karena tidak ingin Gabe terluka karena dirinya. Namun, berapa kali pun Dean mengusirnya, Gabe tetap bertahan dan berkeras bahwa Dean tidak berhak mengatur hidupnya. Mereka baru berhenti mendebatkan t
Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas
Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld
Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D
As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i
Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab
If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam
No matter how mad I at youI can’t leave you Jane biasa mengendalikan pikiran banyak orang sekaligus. Namun, ketika serangan dibuat berlapis seperti ini … merepotkan juga. Belum lagi hujan tembakan dari jarak jauh seperti ini. Hingga tiba-tiba, sesuatu melesat cepat, mengempaskan barisan lingkaran vampir yang menerjang ke arah Jane.Jane terkejut mendapati keberadaan Dean di sana. Tak hanya Dean, tapi Annabeth juga tampak melumpuhkan belasan vampir sekaligus, membuat mereka jatuh berlutut, lemas, seolah kehabisan kekuatan. Tak hanya itu, gadis itu lantas melompat tinggi dan membakar satu lingkaran vampir yang mengepungnya.Namun, serangan terus berlanjut. Meski, tak ada harapan bagi lawan mereka untuk menang. Jane melompat meninggalkan medan pertempuran untuk menangkap para penembak dalam jangkauan kekuatannya. Saat itulah, Jane sekilas melihat Owen di dahan salah satu pohon, dan ada sosok yang mendek
The risk of powerThe risk of being the strongest Dean menunduk menatap Owen yang sejak mereka pergi tadi terus menyurukkan kepala di dada Dean. Dean akhirnya berhenti ketika mereka sudah memasuki kota sebelah. Annabeth menghampirinya.“Ada apa, Dean?” tanya Annabeth.Dean tak menjawab, tapi ia menunduk menatap Owen di gendongannya.“Owen,” panggil Annabeth.Owen mendongak menatap Annabeth dengan wajah muram.“Kau kenapa? Apa kau takut karena Dad bergerak terlalu cepat?” tanya Annabeth lembut.Owen menggeleng.“Lalu, kenapa?” tanya Annabeth lagi.“Aunt Jane,” sebut Owen.Dean menegang mendengar Owen menyebutkan nama itu.“Ada apa dengan Aunt Jane?” Annabeth mengambil alih Owen ke gendongannya.“Aunt Jane pergi ke mana, Mom?” tanya Owen.“Dia harus melakukan sesuatu,
Sometimes we broke each otherCause we’re too much care each otherSetelah Jane pergi seperti tadi, Owen tampak murung. Maka, seharian itu Annabeth mengajak Owen mengobrol dan bermain untuk menghiburnya. Meski tetap saja, malam itu Owen masih tampak murung dan memutuskan untuk pergi ke tenda sendirian.Setelah Owen masuk ke tenda, Annabeth menghela napas dengan tatapan sedih ke arah tenda tempat Owen berada. Dean yang sedari tadi hanya mengamati, melompat ke hadapan Annabeth.“Apa yang membuatmu murung, Annabeth?” tanya Dean.Annabeth menatap Dean. “Dean, aku merasa … ini tidak benar.”“Apa yang kau bicarakan?” Dean kembali bertanya.“Jane… kita …” Annabeth menggeleng. “Seharusnya tidak seperti ini, kan?”Dean menatap tepat ke mata Annabeth. “Lalu, seharusnya seperti apa?” Dean b