If I can’t find you now
I stil have forever to
Malam itu, Dean memulai perburuan pertamanya. Berlari cepat melewati hutan di sekitar danau Fenske, melewati Virginia, Duluth, Cloquet, lalu terus ke selatan. Dia akan memulai pencarian dari bagian selatan Minnesota. Dean memulai pencariannya dari Preston. Ia menyisiri perbatasan, terus hingga ke Worthington.
Ia sempat mencari tahu di beberapa kedai minum lokal dan mendengar para penduduk juga membicarakan tentang menghilangnya orang-orang secara misterius. Beberapa orang berpikir itu perbuatan beruang yang terlepas dari hutan penangkaran, tapi sejauh ini, tak ada seorang pun yang melihat penampakan beruang itu.
Ketika tiba di Winona, Dean berhenti di sebuah kedai minum dan mendengarkan percakapan tiga orang pria yang duduk di seberang ruangan tentang serangan-serangan itu. Minggu lalu ada penyerangan di daerah ini. Tapi, tak ada satu pun yang menyaksikan apa yang terjadi. Seorang gadis muda yang ada di tempat kejadian juga berkata bahwa dia tidak melihat apa-apa, meskipun para penduduk mencurigainya.
Dean mulai curiga. Seorang gadis berada di tempat kejadian, mungkin melihat penyerangan itu, tapi tak mengatakan apa pun tentang itu. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Dean memfokuskan pendengarannya pada percakapan di meja seberang ruangan itu. Bagaimanapun, pendengaran sensitifnya ini menangkap terlalu banyak suara yang tidak penting juga jika ia tidak fokus.
“Putri keluarga Rockfeller itu pasti tahu sesuatu,” seorang pria bertubuh gemuk yang kurang lebih berusia empat puluh tahunan berbicara pada temannya yang memakai topi baseball.
Temannya itu mengangguk. “Tapi, dia tidak mengatakan apa pun, bahkan tidak pada keluarganya. Aku kenal dengan pamannya. Dan dia tidak mendapat informasi apa pun dari gadis itu.”
“Keluarga Rockfeller yang tinggal di ujung jalan? Kudengar mereka sangat ramah,” celetuk seorang lainnya.
“Benar. Putri mereka itu memang baru kembali beberapa bulan lalu dari Paris. Pamannya bilang, dia sangat ramah dan periang. Tapi sejak kejadian itu, kudengar dia menjadi pendiam dan suka mengurung diri di kamarnya,” pria bertopi itu berkata.
“Apakah mungkin jiwanya terganggu karena melihat penyerangan itu? Kudengar setidaknya tiga orang hilang dalam penyerangan itu. Salah satunya putra keluarga Dough yang suka membuat masalah itu,” pria gemuk tadi berbicara.
Pria bertopi yang duduk di sebelahnya menggeleng. “Entahlah, tapi dia melakukan kegiatannya seperti biasa seperti orang normal lainnya. Dia hanya … menjadi aneh dan pendiam.”
Dean merasa pembicaraan para pria itu tidak akan bisa lebih jelas lagi dibandingkan cerita dari gadis Rockfeller itu sendiri. Jadi, hanya ada satu cara bagi Dean untuk memastikan itu. Setelah membayar minuman yang bahkan tak disentuhnya, Dean bergegas meninggalkan kedai minum itu dan mencari rumah keluarga Rockfeller.
Dean melompat ke atap rumah di sepanjang jalan itu dan berlari dengan kecepatan yang tak bisa ditangkap mata manusia. Begitu tiba di atap rumah keluarga Rockfeller, Dean melompat turun ke pintu belakang.
Dean menguping ke dalam. Tidak ada suara apa pun, menandakan para penghuninya sudah tidur. Dean mengeluarkan pisau serbagunanya untuk membuka pintu belakang rumah itu. Dean yang terbiasa dengan kegelapan tak terlalu kesulitan ketika berada di dalam rumah yang sudah gelap itu.
Dean berjalan keluar dari dapur, menajamkan telinga, mendengar dengkuran dan napas teratur para penghuninya yang sudah lelap. Dean berkonsentrasi pada suara-suara itu. Lalu, ia mendengar suara igauan pelan.
“Tidak … aku berjanji … tidak akan melakukannya …” igauan itu datang dari kamar di lantai dua.
Dean mengenalinya sebagai suara perempuan. Dean berjalan ke arah tangga, dan dengan satu lompatan, ia sampai di lantai dua. Ia mencari sumber suara. Matanya menatap bagian bawah pintu-pintu kamar di lantai dua itu. Lalu ia melihat seberkas cahaya yang lolos dari bawah pintu. Kamar itu …
Dean berjalan cepat ke sana, lalu mendengarkan dengan lebih seksama. Terdengar desahan berat napas dari dalam. Dean menunggu selama beberapa saat sebelum kemudian menerobos masuk, mengejutkan penghuni kamar itu. Tapi, sebelum penghuni kamar itu, –seorang gadis berusia dua puluh tahunan dengan rambut pirang, menjerit, Dean sudah muncul di depannya dan membekap mulutnya.
“Jangan berteriak. Aku juga sama dengan orang yang menyerang anak keluarga Dough itu,” bisik Dean. “Katakan padaku, apa yang orang itu lakukan dan aku tidak akan menyakitimu.”
Gadis itu tampak pucat, tapi kemudian dia mengangguk. Dean menatap mata gadis itu, dan setelah yakin gadis itu tidak akan berteriak jika Dean melepaskannya, dia pun melepaskan gadis itu dan mengambil jarak.
Suara gadis itu hanya berupa bisikan ketika ia mulai berbicara, “Dia … tiba-tiba muncul … ketika aku nyaris celaka …”
Untung pendengaran Dean sangat tajam, sehingga ia tidak kesulitan mendengar kata-kata gadis itu. “Kau nyaris celaka?”
Gadis itu mengangguk. “Malam itu … aku baru pulang dari tempat kerjaku. Lalu … Thomas Dough dan teman-temannya … mereka mabuk ketika mencegatku ….” Gadis itu menelan ludah dengan ngeri. “Mereka berniat jahat padaku … membawaku ke gang yang gelap … lalu, tiba-tiba orang itu muncul. Saat itu sangat gelap … aku tidak bisa melihatnya. Tapi, dia menyuruhku pergi. Salah seorang teman Dough berusaha menangkapku … tapi orang itu tiba-tiba sudah menarik teman Dough menjauh dariku. Aku tersandung kakiku sendiri dan terjatuh di ujung gang ketika Dough dan teman-temannya menjerit. Ketika aku melihat ke gang itu … orang itu … melakukan hal yang sangat mengerikan …”
Gadis itu bergidik. Lalu terdiam, menerawang, seolah kembali ke saat itu. Dean menunggu dengan sabar. Dia bisa menebak beberapa kejadian mengerikan yang dimaksud gadis itu, tapi ia belum memastikan, kejadian mana yang ia maksud.
“Dia … aku tidak tahu bagaimana, dia bahkan tidak memegang senjata apa pun, tapi dia … dengan mudahnya, menarik lepas tangan Dough dari tubuhnya. Itu … sangat mengerikan. Mereka semua … mati dengan sangat mengerikan. Kemudian … potongan tubuh mereka terbakar.” Gadis itu kembali bergidik ngeri. “Sebelum pergi, orang itu mendatangiku dari belakang dan berkata … agar aku tidak mengatakan apa pun pada orang-orang … atau dia akan membunuhku dan keluargaku … dengan cara yang sama seperti ia membunuh Dough dan teman-temannya. Dan ketika orang itu pergi … angin kencang berembus menerbangkan abu yang tersisa … dan aku sendirian di sana …”
Gadis itu tampak ngeri ketika menatap Dean.
“Ketika orang-orang datang dan bertanya siapa yang berteriak … aku menyebutkan nama Dough. Lalu, mereka mulai menanyakan banyak hal yang membuatku bingung dan … aku tak sadarkan diri. Aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu … selain teror yang menghantui kota ini. Orang-orang bertanya padaku … tapi aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Aku takut dia akan membunuhku … dan keluargaku …” Suara gadis itu bergetar karena takut.
“Kau tidak perlu khawatir,” Dean menenangkan gadis itu. “Aku datang kemari untuk menangkap orang itu. Kurasa ada baiknya jika kau juga tak mengatakan tentang aku pada orang-orang. Aku ingin memberi kejutan pada orang itu.”
Gadis itu mengangguk takut-takut.
“Terima kasih atas informasinya, Miss Rockfeller,” ucap Dean ramah.
Gadis itu kembali mengangguk. Dean sudah berbalik dan hendak keluar, tapi gadis itu menahannya,
“Tunggu …” ucap gadis itu. “Kau … apakah kau mengenal orang itu?”
Dean berbalik dan menggeleng pada gadis itu. “Tapi, kami sama-sama makhluk yang mengerikan,” jawabnya.
Gadis itu tampak ragu, tapi kemudian dia berkata, “Bagaimanapun … dia telah menyelamatkanku waktu itu. Kupikir … jika kau tidak keberatan … bisakah kau mengucapkan terima kasihku padanya?”
Dean melongo sesaat.
“Bukan untuk tindakan kejamnya itu,” kata gadis itu cepat. “Hanya saja … meskipun melihat kejadian itu secara langsung sangatlah mengguncangku, tapi … aku tetap berterima kasih padanya. Dia telah menyelamatkanku, dan … orang-orang itu … mereka memang selalu membuat masalah di kota ini, jadi …”
“Dia itu monster yang mengerikan, Miss Rockfeller,” Dean mengingatkan.
“Aku tahu, hanya saja … dia tidak menyakitiku saat itu. Dia … menyelamatkanku …” ucap gadis itu.
Dean menelengkan kepalanya. “Baiklah, akan kusampaikan terima kasihmu padanya begitu kami bertemu nanti,” janjinya.
Gadis itu tersenyum lemah. “Terima kasih,” ucapnya tulus.
Dean membalas dengan senyum tipis. “Sebagai balasannya, bisakah kau belajar melupakan kejadian mengerikan itu dan kembali menjadi dirimu yang dulu?”
Gadis itu tampak terkejut. Dean tak menunggu jawaban gadis itu ketika ia berbalik dan keluar dari kamar itu, lalu berlari turun dan menyelinap lewat pintu belakang. Dean melompat ke atap dan berlari melewati atap demi atap, sesekali turun di jalanan yang gelap.
Dean mendengus geli memikirkan dirinya akan mengucapkan terima kasih pada newborn yang mungkin akan membunuhnya juga. Dean agak terganggu dengan kata-kata si gadis Rockfeller tentang newborn itu.
“Dia … menyelamatkanku …”
Monster macam apa yang bisa membunuh dengan begitu kejam, tapi membiarkan saksi mata tetap hidup? Tapi, tadi gadis itu mengatakan bahwa orang-orang yang dibunuh newborn itu suka membuat masalah di kota ini. Apakah mungkin … newborn itu juga punya tujuan menyerang para manusia ini?
***
Look into your eyesMesmerized and prisoned Is it magic?Why is it so unlogic?“Kau bersenang-senang semalam?” Gabe menyambut Dean di pintu depan ketika Dean baru kembali dari jalan-jalannya di hutan pagi itu.“Bersenang-senang, huh?” dengus Dean seraya melewati Gabe. “Newborn itu melakukan hal-hal yang mencurigakan.”“Tapi, kau sudah membunuhnya, kan?” Gabe menyeringai, mengikuti Dean ke dalam.Dean menggeleng. “Aku bahkan tidak bertemu dengannya,” keluhnya.“Lalu, apa yang kau dapatkan semalam?” Gabe mulai tak sabar.“Hanya informasi,” sahut Dean seraya mengempaskan tubuhnya di kursi santai di sisi kabin yang menghadap ke danau Fenske. “Informasi yang cukup berguna, tapi menyesatkan.” Dean mengangkat kakinya ke atas meja di depannya.“
It’s just youSo why can’t I just stopTo think about you?Gabe tampak cemas ketika Dean baru kembali esok paginya.“Apa yang terjadi padamu? Kenapa semalam kau tidak pulang?” rentet Gabe.Dean menggeleng. “Aku bertemu dengannya. Newborn itu, aku bertemu dengannya.”Gabe membelalak kaget. “Lalu, apa yang terjadi? Dia lolos? Tapi, dia … dia tidak melukaimu, kan?” Gabe menatap tubuh Dean dari atas ke bawah dengan cemas.Dean duduk di sofa ruang tengah dan mendesah. “Dia tidak melukaiku. Tapi … aku tidak tahu, kenapa di hadapannya … aku menjadi lemah.” Dean menggeleng bingung. “Maksudku … pengaruhnya padaku, nyaris seperti pengaruh matahari,” keluh Dean.“Tapi, kau baik-baik saja dengan matahari,” ucap Gabe.“Tapi, semalam aku pergi tanpa meminum dar
Under your attackI could do nothingEverytime I got your lookI’m frozenSejak jam delapan malam, Dean sudah menyusuri sepanjang sungai, dan tak sampai dua jam, ia sudah kembali menyusuri arah sebaliknya. Tapi, ia belum juga menemukan keberadaan newborn itu. Ke mana perginya newborn itu?Dean akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan ke kota-kota di sekitar sungai. Di Minneapolis, Dean menggagalkan perampokan lima pria. Mereka beruntung, Dean tidak sedang berminat memberi mereka pelajaran, karena perhatiannya sepenuhnya tersita pada perburuannya.Dari Minneapolis, Dean berjalan hingga ke Bloomington. Sebelum kemudian berlari ke arah hutan hingga ke tepi sungai. Dean berlari kembali ke arah Minneapolis. Ketika ia tiba di Brooklyn Park, salah satu kota di sekitar Minneapolis yang berada tepat di sisi barat sungai Mississippi, Dean menyeberang ke S
Kenapa kita bertemu?Apakah itu sebuah pertanyaan?Karena … adakah alasan untuk takdir bekerja?“Kenapa …” newborn itu kembali bertanya, “kau memburuku?”Dean mendengus pelan. “Kenapa kau membunuh makhluk sejenismu sendiri?” balas Dean.“Karena mereka akan membuat masalah jika aku tidak membunuh mereka,” sahut newborn itu.“Kau juga membuat masalah, tidakkah kau sadar?” dengus Dean. Dan itulah alasan Dean memburunya.“Bukan tanpa alasan,” newborn itu membela diri. “Tapi, kau juga tidak bereaksi seperti vampir lainnya ketika kuserang,” lanjutnya.“Dan bukan tanpa alasan,” Dean memakai kalimat pembelaan newborn itu. Dean tersenyum tipis mendengar dengusan mengejek newborn itu.“Sebelumnya kau tampak selemah vampir lainnya. T
Never knew it would be this longTo see you in front of meDean mendapati tubuhnya terhipnotis ketika mata merah itu menatapnya. Ia tak bisa bergerak, tak bisa bernapas. Newborn itu berjalan ke arahnya, semakin dekat. Lalu, Dean merasakan tangan newborn itu di rambutnya.“Apa rambutmu selalu seberantakan ini?” tanya newborn itu.Dean tak bisa menjawab. Lidahnya kelu, seolah membeku di bawah pengaruh hipnotis newborn itu. Apa yang dilakukannya pada tubuh Dean?Lalu, tangan newborn itu bergerak turun ke leher Dean.“Hentikan,” Dean mendesis.Newborn itu tersenyum miring. “Aku tahu kau menginginkan ini, Hunter. Aku tahu … kau menginginkanku.”Dean mengernyit. Ia masih tak bisa bergerak ketika tangan newborn itu menyusuri lengannya turun, lalu naik lagi dan mendarat di dadanya.“Apa
Never knew it would be this longTo take you by my side“Aku hanya akan menonton, kalau begitu,” ucap Dean seraya berjalan ke tembok dan bersandar di sana.“Jika kau menyerangku saat aku sibuk dengan mereka, aku tidak akan …”“Aku bukan jenis orang yang menyerang dari belakang,” Dean menyela. “Silakan menikmati makan malammu,” lanjutnya seraya mengedikkan kepala ke arah lima orang pria yang berdiri tak lebih dari dua meter di depan newborn itu.Newborn itu mendecih kesal, sebelum kemudian, dengan kecepatan yang menakjubkan, menancapkan taringnya di leher korban pertamanya. Empat pria lainnya tampak terkejut, tapi kemudian, newborn itu kembali menyerang pria lainnya sebelum mereka tersadar dari keterkejutan mereka. Tiga pria lainnya yang tampak ketakutan, berlari ke arah Dean. Tapi, salah seorang dari mereka berhasil ditahan newborn
I know I have to kill youI just can’tYou got me hypnotizedTeriakan histeris Gabe menyambut kedatangan Dean dengan seorang newborn cantik dalam gendongannya.“Sialan, Dean! Kau membawa monster itu kemari?!” amuk Gabe.“Tutup mulutmu, Gabe. Suaramu membuat telingaku sakit,” balas Dean kesal.“Kau masih mengkhawatirkan telingamu padahal kau sedang menggendong monster yang sudah membunuh begitu banyak nyawa dengan kejam?!” raung Gabe.Dean mendengus seraya berjalan melewati Gabe, –yang tanpa diperintah sudah memberi jalan selebar mungkin, menuju kamarnya. Gabe mengikuti di belakang Dean dengan hati-hati. Gabe bersembunyi di balik dinding dan hanya berani memunculkan kepalanya untuk melihat newborn itu.“Dia akan membunuh kita,” gumam Gabe ngeri.“Tidak akan,” sahut Dean enteng.Namun, k
The sweetest appleCould be a poisoned one“Siapa namamu?” Dean mengajukan pertanyaan pertamanya seraya berdiri di sisi jendela. Tatapannya tertuju pada newborn itu.Newborn itu memalingkan wajah dengan kasar, tak berniat memberikan informasi apa pun pada Dean. Gabe yang duduk di luar kamar Dean mengedikkan bahu.“Baiklah jika kau tak mau mengatakannya dengan cara baik-baik,” desah Dean. “Sambutlah matahari pertamamu di kabinku yang hangat ini, Newborn.” Tangan Dean bergerak untuk menyibak tirai jendela kamarnya.Newborn itu mengernyit kesakitan ketika sinar matahari menerobos masuk ke kamar itu. Newborn itu beringsut ke ujung tempat tidur hingga menabrak dinding di belakangnya. Sinar matahari ini tidak hanya melumpuhkan newborn itu, tapi juga menyakitinya. Mungkin itu juga karena pengaruh rantai yang sudah melemahkannya sejak d
Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas
Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld
Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D
As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i
Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab
If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam
No matter how mad I at youI can’t leave you Jane biasa mengendalikan pikiran banyak orang sekaligus. Namun, ketika serangan dibuat berlapis seperti ini … merepotkan juga. Belum lagi hujan tembakan dari jarak jauh seperti ini. Hingga tiba-tiba, sesuatu melesat cepat, mengempaskan barisan lingkaran vampir yang menerjang ke arah Jane.Jane terkejut mendapati keberadaan Dean di sana. Tak hanya Dean, tapi Annabeth juga tampak melumpuhkan belasan vampir sekaligus, membuat mereka jatuh berlutut, lemas, seolah kehabisan kekuatan. Tak hanya itu, gadis itu lantas melompat tinggi dan membakar satu lingkaran vampir yang mengepungnya.Namun, serangan terus berlanjut. Meski, tak ada harapan bagi lawan mereka untuk menang. Jane melompat meninggalkan medan pertempuran untuk menangkap para penembak dalam jangkauan kekuatannya. Saat itulah, Jane sekilas melihat Owen di dahan salah satu pohon, dan ada sosok yang mendek
The risk of powerThe risk of being the strongest Dean menunduk menatap Owen yang sejak mereka pergi tadi terus menyurukkan kepala di dada Dean. Dean akhirnya berhenti ketika mereka sudah memasuki kota sebelah. Annabeth menghampirinya.“Ada apa, Dean?” tanya Annabeth.Dean tak menjawab, tapi ia menunduk menatap Owen di gendongannya.“Owen,” panggil Annabeth.Owen mendongak menatap Annabeth dengan wajah muram.“Kau kenapa? Apa kau takut karena Dad bergerak terlalu cepat?” tanya Annabeth lembut.Owen menggeleng.“Lalu, kenapa?” tanya Annabeth lagi.“Aunt Jane,” sebut Owen.Dean menegang mendengar Owen menyebutkan nama itu.“Ada apa dengan Aunt Jane?” Annabeth mengambil alih Owen ke gendongannya.“Aunt Jane pergi ke mana, Mom?” tanya Owen.“Dia harus melakukan sesuatu,
Sometimes we broke each otherCause we’re too much care each otherSetelah Jane pergi seperti tadi, Owen tampak murung. Maka, seharian itu Annabeth mengajak Owen mengobrol dan bermain untuk menghiburnya. Meski tetap saja, malam itu Owen masih tampak murung dan memutuskan untuk pergi ke tenda sendirian.Setelah Owen masuk ke tenda, Annabeth menghela napas dengan tatapan sedih ke arah tenda tempat Owen berada. Dean yang sedari tadi hanya mengamati, melompat ke hadapan Annabeth.“Apa yang membuatmu murung, Annabeth?” tanya Dean.Annabeth menatap Dean. “Dean, aku merasa … ini tidak benar.”“Apa yang kau bicarakan?” Dean kembali bertanya.“Jane… kita …” Annabeth menggeleng. “Seharusnya tidak seperti ini, kan?”Dean menatap tepat ke mata Annabeth. “Lalu, seharusnya seperti apa?” Dean b