Beranda / Pernikahan / NASI BERKAT / 43. kekurangan dan kelebihan

Share

43. kekurangan dan kelebihan

Penulis: Fizchanayla
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-09 06:04:17

NASI BERKAT 43

Mungkin orang menganggap Tejo bodoh, tapi sebenarnya tidak. Dia ingin seperti anak-anak yang lain, tapi seringnya dibuli membuat Tejo seperti berontak.

Dan anehnya, Tejo sangat peka. Dia tau mana orang yang tulus dan yang tidak. Itu sebabnya dia tidak pernah berbuat usil dengan keluarga Pak Kasno. Kenakalannya dianggap hal lumrah. Dan sepasang suami istri itu akan mengingatkan dengan sabar setiap kesalahan Tejo.

Dalam pelajaran mungkin Tejo payah. Namun dia sangat pintar menggambar. Hanya dengan mendengar suaranya saja, Tejo bisa menggambar burung sesuai imajinasinya, dengan sangat detail. Ketrampilan inilah yang harusnya diasah. Lagi-lagi keterbatasan dana membuat bakatnya terpendam. Terlebih kemampuan yang dia miliki dianggap sepele dan tidak penting bagi sebagian orang. Tidak ada yang mengarahkan. Mbah Ratni hanya sekedar merawat. Perempuan sepuh itu mana mengerti akan hal seperti itu.

"Kamu ngapain di situ, Tajo?" tanya Pak Kasno menatap Tejo yang bengong di tengah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri
Ceritana bagus sarat dengan pelajaran tentang kesabaran... lanjut Thor jangan mandek d tengah jalan y............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NASI BERKAT   44. Sebuah harapan di tengah himpitan

    NASI BERKAT 44Sinar matahari yang menerobos celah genteng membuat Mak Siti mengerjapkan mata. Perlahan ia membuka kelopak matanya. Ia merasakan badannya lebih ringan. Pundaknya pun tidak sepegal tadi.Dengan perlahan Mak Siti duduk, lalu beringsut menurunkan kedua kakinya. Duduk di tepian ranjang dengan kaki menggantung. Dua tangannya membenahi rambut yang sedikit berantakan.Pandangannya beralih pada jam tua di dinding. Sedikit terkejut karena rupanya ia tertidur cukup lama. Suaminya bilang akan membangunkannya sebelum azan dhuhur, tapi sekarang sudah jam satu.Saat hendak memakai sendal, samar suara gelak tawa terdengar. Mak Siti mengerutkan kening."Kayak suaranya Erna," gumam lirih Mak Siti.Mak Siti melangkahkan kakinya ke depan. Penasaran dengan suara riuh yang dia dengar. Dari ambang pintu dia melihat suaminya, Erna, juga Tejo sedang asik menata irisan gendar di rigen.Dua sudut bibirnya melengkung, menerbitkan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • NASI BERKAT   45. Perjuangan dan pengorbanan -TAMAT

    NASI BERKAT 45"Apa ada yang berkata buruk sama kamu?" tanya Pak Kasno menatap lekat wajah istrinya.Mak Siti tersenyum menatap wajah suaminya. Menyembunyikan lara hati yang masih basah. "Nggak ada, Pak. Ayo, makan! Mak udah lapar. Setelah salat harus kesana lagi."Mak Siti memilih menutup topik pembicaraan agar tak merembet kemana-mana. Ia menyendok nasi untuk dirinya sendiri karena Erna dan suaminya sudah lebih dulu makan sebelum ia pulang, tapi belum selesai.Usai salat dhuhur, Mak Siti segera ke rumah Bu Jaya kembali. Takut jika kelamaan jadi bahan gunjingan lagi. Serba salah jadi orang miskin, tapi Mak Siti tidak mau menyalahkan takdir, juga tidak mau meratapi nasibnya karena itu hanya akan membuat dirinya terpuruk."Kamu nggak ikut, Nduk?" tanya Pak Kasno saat Erna menatap kepergian Emaknya dari teras rumah."Enggak, ahh. Udah gede, malu. Mending di rumah bantuin Bapak," jawab Erna sambil mengayunkan kakinya masuk ke rumah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • NASI BERKAT   1. Memberi di saat sulit

    Suara derit pintu yang dibuka mengalihkan pandang perempuan yang sedang duduk di kursi reot yang penuh tambalan sana sini. Senyumnya mengembang saat tau siapa yang pulang."Assalamualaikum,""Wallaikumsalam. Udah pulang, Nduk?" jawab dan tanya Mak Siti, Erna meraih tangan kanan emaknya lalu menciumnya takzim."Pak Udin ada acara nanti jam tujuh, jadi ngajinya cuma dikit." Erna menjawab sambil menghenyakkan diri di kursi. Mengambil toples plastik berisi krupuk gendar, cemilan kesukaanya.Sambil mengunyah matanya mengamati sekeliling ruang tamu yang sekaligus jadi ruang makan. Hanya ada meja kayu yang sudah mulai lapuk, dengan 4 kursi kayu yang juga ditambal sana sini dengan bambu yang diikat kawat agar tetap kuat menopang tubuh yang duduk di atasnya. Di sudut sebelah kanan ada beberapa karung gabah hasil dari derep sawah. Ya, Mak Siti tak akan pernah melewatkan setiap panen padi. Saat itulah yang selalu ditunggu, karena dengan derep itu artinya dapur masih bisa mengebul.Erna anak sema

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • NASI BERKAT   2. Pasti ada jalan

    NASI BERKAT 2Mak Siti membuka ceting bambu, menyendok nasi lalu menyodorkan ke suaminya. Saat ingin menyendokkan nasi untuk Erna, tangannya ditahan putrinya."Aku bisa sendiri, Mak. Mak duduk saja, ya! Mak cukup layani Bapak saja, Erna udah gede malu diambilin mulu." Erna berucap sambil nyengir dan mengambil sendok nasi dari tangan Mak Siti.Mak Siti tersenyum, baginya Erna tetaplah putri kecilnya. Tapi tak dipungkiri dirinya bangga putrinya sudah bisa mandiri di usia belia.Jangan tanya macigcom atau perabot listrik yang lainnya, masak pun masih menggunakan tungku kayu. Tetangganya berbaik hati menyalurkan listrik ke rumah, oleh sebab itu keluarga Pak Kasno merasa sungkan kalau harus memakai listrik berlebihan. Terlebih mereka hanya bayar semampunya. Dua buah bohlam 15 watt untuk menerangi ruang tamu dan dapur, serta kamar mandi. Tiga bohlam 5 watt untuk dua kamar dan teras, bagi Pak Kasno sudah cukup. Yang penting malam gak gelap, putrinya bisa belajar dengan nyaman, dirinya dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • NASI BERKAT   3. Sebuah rencana

    Nasi Berkat 3Amben berukuran 2x1 meter di bawah pohon rambutan, jadi tempat favorit Pak Kasno untuk membuat besek bambu. Karena penyakitnya tak memperbolehkan terlalu capek, hanya dengan cara ini lah beliau mendapatkan uang untuk menafkahi keluarganya.Keahliannya didapat turun temurun dari orangtuanya yang telah lama meninggal. Terkadang kalau ada pelepah kelapa yang tua, Pak Kasno membuat sapu lidi. Sedangkan blarak kelapa atau daun kelapa yang kering, digunakan untuk tambahan kayu bakar.Mak Siti menghampiri suaminya, dengan tangan kanan memegang teko berisi teh, dan tangan kiri memegang piring berisi cemilan. Terlihat asap masih mengepul di atas piring, pertanda makanan itu baru saja matang. Dari baunya saja sudah bisa ditebak, pasti enak, walau dibuat dari bahan sederhana."Pak, tehnya!" ucapak Siti sambil meletakkan teko dan piring di samping kanan suaminya."Trimakasih Mak, wahhh kayaknya enak nih rolade anget-anget," jawab Pak Kasno."Maaf ya Pak, hanya teh tawar, gula habis,

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • NASI BERKAT   4. Kerupuk gendar

    Nasi Berkat 4Selepas salat asar, Mak Siti mulai menggoreng krupuk gendar. Sebelum salat tadi, Mak Siti lebih dulu menyiapkan kayu bakar dan blarak, yang diambil dari gubug kecil samping rumah, yang dibuat khusus untuk menyimpan kayu bakar. Tak lupa, sebakul krupuk gendar mentah, dan setengah liter minyak goreng."Alhamdulillah, masih ada setengah liter. Mudah-mudahan cukup," ucapnya dalam hati.Mak Siti tersenyum senang, sambil menepukkan kedua tangan. Setelah dirasa semua komplit, barulah Mak Siti ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Menunaikan empat rakaat salat dengan khusuk, berdoa, meminta kepada-Nya. Setelah minyak dirasa panas, satu persatu krupuk gendar mentah dimasukkan ke penggorengan. Tak perlu menunggu lama, tak sampai dua menit, krupuk pun matang.Digoreng di tungku, dengan bahan bakar kayu dan blarak, membuat krupuk gendar beraroma khas. Digorengnya juga sedikit lebih lama. Kalau cukup matang saja warnanya kuning keemasan, tapi kalau digoreng agak lama warna agak keco

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • NASI BERKAT   5. Penyakit Pak Kasno

    Nasi Berkat 5Pukul dua dini hari, Pak Kasno sudah selesai ronda. Setelah pamit dengan Pak Sidik, Pak Kasno langsung bergegas pulang.Merogoh saku jaket lusuhnya, mengeluarkan kunci rumah yang ia simpan di sana.Klek klekTanda kunci terbuka. Pak Kasno membuka pintu sepelan mungkin, agar tak mengganggu anak istrinya yang masih tertidur pulas.Tempat yang dituju pertama adalah kamar mandi. Setelah melepas jaket, dan menaruh begitu saja di atas amben dapur, lalu melangkah ke kamar mandi. Mecuci kaki dan tangan, kemudian membasuh wajah agar lebih segar.Saat hendak meraih gagang pintu kamar, Pak Kasno menoleh kearah amben. Tangan yang sudah terulur untuk membuka pintu ditariknya kembali. Berbalik, mengambil jaket, dan menyampirkan di pundaknya.Membuka pintu kamar dengan sangat pelan, agar tak menimbulkan bunyi. Setelahnya menggantungkan jaket dibelakang pintu, barulah beranjak menghampiri istrinya di peraduan.Walau sudah berusaha sepelan mungkin menjatuhkan bobot tubuhnya di samping is

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • NASI BERKAT   6. Nikmat di pagi hari

    Nasi Berkat 6Mak Siti duduk di bibir ranjang, merapikan rabut putrinya yang menutupi sebagian wajah. Menggoyang lengannya pelan, untuk membangunkannya."Udah pagi, Nduk, bangun nanti subuhnya keburu habis!"Erna menggeliat, perlahan membuka netranya. "Iya, Mak!" sahut Erna.Setelah memastikan putrinya terbangun, mengelus pipinya penuh sayang dengan senyum tulus seorang ibu. "Anak pintar, lekas bangun mak bikinin sarapan!" Mak Siti segera beranjak untuk membuat sarapan.Erna menyingkap selimut, duduk lalu melipat selimut dan menaruhnya di atas bantal, menepuk-nepuk bekasnya tidur. Setelahnya menengadahkan kedua tangan, mengucap hamdallah kepada Rabb nya, yang telah memberinya nikmat tidur dengan nyenyak dan masih diberi kesempatan umur panjang dan kesehatan.Turun dari ranjang, berjalan kearah jendela kamarnya. Membuka hordeng, perlahan membuka jendela lebar-lebar. Menghirup udara pagi pedesaan yang masih sangat segar dengan bau khasnya, dengan mata terpejam. Hal itu jadi kebiasaany

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26

Bab terbaru

  • NASI BERKAT   45. Perjuangan dan pengorbanan -TAMAT

    NASI BERKAT 45"Apa ada yang berkata buruk sama kamu?" tanya Pak Kasno menatap lekat wajah istrinya.Mak Siti tersenyum menatap wajah suaminya. Menyembunyikan lara hati yang masih basah. "Nggak ada, Pak. Ayo, makan! Mak udah lapar. Setelah salat harus kesana lagi."Mak Siti memilih menutup topik pembicaraan agar tak merembet kemana-mana. Ia menyendok nasi untuk dirinya sendiri karena Erna dan suaminya sudah lebih dulu makan sebelum ia pulang, tapi belum selesai.Usai salat dhuhur, Mak Siti segera ke rumah Bu Jaya kembali. Takut jika kelamaan jadi bahan gunjingan lagi. Serba salah jadi orang miskin, tapi Mak Siti tidak mau menyalahkan takdir, juga tidak mau meratapi nasibnya karena itu hanya akan membuat dirinya terpuruk."Kamu nggak ikut, Nduk?" tanya Pak Kasno saat Erna menatap kepergian Emaknya dari teras rumah."Enggak, ahh. Udah gede, malu. Mending di rumah bantuin Bapak," jawab Erna sambil mengayunkan kakinya masuk ke rumah.

  • NASI BERKAT   44. Sebuah harapan di tengah himpitan

    NASI BERKAT 44Sinar matahari yang menerobos celah genteng membuat Mak Siti mengerjapkan mata. Perlahan ia membuka kelopak matanya. Ia merasakan badannya lebih ringan. Pundaknya pun tidak sepegal tadi.Dengan perlahan Mak Siti duduk, lalu beringsut menurunkan kedua kakinya. Duduk di tepian ranjang dengan kaki menggantung. Dua tangannya membenahi rambut yang sedikit berantakan.Pandangannya beralih pada jam tua di dinding. Sedikit terkejut karena rupanya ia tertidur cukup lama. Suaminya bilang akan membangunkannya sebelum azan dhuhur, tapi sekarang sudah jam satu.Saat hendak memakai sendal, samar suara gelak tawa terdengar. Mak Siti mengerutkan kening."Kayak suaranya Erna," gumam lirih Mak Siti.Mak Siti melangkahkan kakinya ke depan. Penasaran dengan suara riuh yang dia dengar. Dari ambang pintu dia melihat suaminya, Erna, juga Tejo sedang asik menata irisan gendar di rigen.Dua sudut bibirnya melengkung, menerbitkan s

  • NASI BERKAT   43. kekurangan dan kelebihan

    NASI BERKAT 43Mungkin orang menganggap Tejo bodoh, tapi sebenarnya tidak. Dia ingin seperti anak-anak yang lain, tapi seringnya dibuli membuat Tejo seperti berontak.Dan anehnya, Tejo sangat peka. Dia tau mana orang yang tulus dan yang tidak. Itu sebabnya dia tidak pernah berbuat usil dengan keluarga Pak Kasno. Kenakalannya dianggap hal lumrah. Dan sepasang suami istri itu akan mengingatkan dengan sabar setiap kesalahan Tejo.Dalam pelajaran mungkin Tejo payah. Namun dia sangat pintar menggambar. Hanya dengan mendengar suaranya saja, Tejo bisa menggambar burung sesuai imajinasinya, dengan sangat detail. Ketrampilan inilah yang harusnya diasah. Lagi-lagi keterbatasan dana membuat bakatnya terpendam. Terlebih kemampuan yang dia miliki dianggap sepele dan tidak penting bagi sebagian orang. Tidak ada yang mengarahkan. Mbah Ratni hanya sekedar merawat. Perempuan sepuh itu mana mengerti akan hal seperti itu."Kamu ngapain di situ, Tajo?" tanya Pak Kasno menatap Tejo yang bengong di tengah

  • NASI BERKAT   42. Takut kehilangan

    NASI BERKAT 42"Mak sakit?" Pak Kasno mengulurkan tangannya, menyentuh dahi istrinya. Tidak panas, tapi wajahnya sedikit pucat dan sayu. Terlihat jelas raut wajah cemas Pak Kasno.Mak Siti tersenyum, lalu menggeleng pelan untuk meyakinkan suaminya, bahwa ia baik-baik saja. "Mak gak apa-apa, Pak. Cuma sedikit capek. Badan kok tiba-tiba lemes banget abis numpuk gendar. Badan pegel, sakit semua. Rebahan sebentar nanti juga sembuh."Tiba-tiba mata Pak Kasno berkabut. Dengan cepat ia mengusap kasar matanya. Entah kenapa tiba-tiba takut kehilangan istrinya."Pak ... kenapa?" tanya Mak Siti lirih memegang lengan sang suami.Pak Kasno terkesiap, lalu menggeleng pelan. Berusaha mengubur pikiran buruknya."Bapak takut, Mak ninggalin bapak.""Astagfirullah. Gak boleh ngomong gitu, Pak" tegur Mak Siti pelan."Bukannya Bapak selalu mengingatkan, kalau kita akan kedatangan tamu yang tidak bisa dicegah kedatangannya. Rezeki, m

  • NASI BERKAT   41. Ada apa dengan Mak Siti?

    NASI BERKAT 41"Mak Siti mau ke mana?" tanya Tejo yang baru keluar dari kamarnya.Mak Siti yang hampir sampai pintu pun menghentikan langkah lalu menoleh ke belakang lagi. Menatap Tejo yang kini sudah berpakaian lengkap dengan bau parfum yang sangat menyengat."Mak mau pulang, Tejo. Masih banyak kerjaan. Kasian Pak Kasno sendirian di rumah," jawab Mak Siti sembari menatap Tejo.Mbah Ratni berjalan pelan dari belakang. Setelah sampai di samping cucunya, ia langsung menepuk pundak Tejo."Kalau pakai parfum itu kira-kira. Jangan sebotol habis sekali pakai!" ujar Mbah Ratni menahan kesal, lalu menghela napas kasar.Mak Siti menahan tawa melihat Tejo cemberut karena dimarahi Mbah Ratni."Kan biar wangi, Mbah," protes Tejo sambil mengendus bajunya."Bukan wangi, tapi mual yang cium bau kamu," sungut Mbah Ratni.Mak Siti akhirnya mendekati mereka. "Parfumnya mana? Mak mau lihat, boleh?"Tejo langsung

  • NASI BERKAT   40. Mbah Ratni dan Tejo

    NASI BERKAT 40"Mak, sarapan dulu!" tegur Pak Kasno saat melihat istrinya masih membereskan abu sisa kayu bakar."Jangan terlalu diforsir tenaganya. Dari sebelum subuh belum istirahat, lho." Pak Kasno melanjutkan ucapannya seraya menatap lekat istrinya.Mak Siti menoleh tersenyum. "Iya, Pak. Biar mak cuci tangan dulu." Mak Siti lalu menepuk-nepuk tangannya untuk menghilangkan debu yang menempel lalu gegas ke kamar mandi mencuci tangan.Suami dan putrinya sudah menyuap sarapan saat Mak Siti menghampiri amben. Ia menarik dingklik dan duduk di sana, sedang suami dan putrinya duduk di atas amben.Pak Kasno menaruh piringnya, lalu mengambil piring kosong dan menyendokkan nasi untuk sang istri. Menambahkan tempe goreng dan urap di atasnya."Ish, kenapa jadi Bapak yang layani mak, sih," cetus Mak Siti tak enak hati.Pak Kasno tersenyum menyodorkan piring ke istrinya. "Sesekali nggak apa. Perempuan yang sudah pontang panting dar

  • NASI BERKAT   39. Kesibukan di pagi hari

    NASI BERKAT 39"Assalamualaikum!" Mak siti mengucap salam seraya membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam rumah."Waalaikumsalam," sahut Erna dari dapur terdengar sayup-sayup.Ternyata Erna sedang memindahkan nasi aron ke dandang untuk dikukus. Gadis belia itu dengan cekatan melakukannya. Mak Siti memang mengajari putrinya untuk bisa apa saja sedari kecil. Agar kapan pun ia tidak ada Erna bisa mengandalkan dirinya sendiri tanpa merepotkan orang lain."Biar mak yang naruh di tungku, Nduk. Berat itu," ujar Mak Siti mengayunkan kakinya mendekati Erna lalu menaruh keranjang di lantai begitu saja."Lekas salat subuh, nanti gantian sama mak!" titah Mak Siti yang langsung diangguki Erna.Gegas Erna meninggalkan dingklik yang sedang ia duduki di depan tungku dan menuju kamar mandi untuk mengambil wudu. Mandinya nanti setelah selesai salat saja pikirnya, karena udara yang terasa sangat dingin menusuk tulang.Dengan cekatan Mak Siti mengangkat dandang dan menaruhnya di tungku paling depan. P

  • NASI BERKAT   38. Rejeki bertubi-tubi di pagi hari

    NASI BERKAT 38Sebelum subuh Mak Siti sudah bangun. Ia menoleh ke samping menatap sang suami yang masih pulas dalam alam mimpi. Berucap syukur sudah diberi tidur nyenyak dan umur panjang. Dengan perlahan menurunkan kakinya dan duduk di tepi pembaringan. Merapikan rambut dan menyanggulnya.Tempat pertama yang dituju tentu saja kamar mandi. Usai menuntaskan hajat dan mencuci muka, Mak Siti melangkahkan kakinya ke dekat sumur untuk melihat sayuran yang ia letakkan di bakul. Ia menyunggingkan senyum saat melihat sayuran itu masih nampak segar.Mak Siti mengambil bakul berisi sayur tempuh wiyung dan sintrong yang sudah ia pisahkan untuk dimasak sendiri. Menyiramnya dengan air agar bersih dan segar lalu mengambil baskom kecil untuk menampung air tirisan dari bakul agar tidak becek di mana-mana.Saat menaruh di amben dapur, matanya menatap kayu bakar yang ia letakkan di samping tungku. Ternyata sudah mau habis."Tinggal sedikit kayunya," ucapnya

  • NASI BERKAT   37. Semangkok soto

    NASI BERKAT 37"Nggak gerah Pak Kasno pakai baju tebal begitu?" tanya Pak Rusdi menatap Pak Kasno risih.Pak Kasno tersenyum lalu menggeleng pelan. "Enggak, Pak. Biasa aja."Bapak-bapak yang lain lantas menatap Pak Kasno lalu sibuk mengobrol kembali. Sebagian besar dari mereka sudah paham kalau tubuh Pak Kasno tak sekuat mereka. Kadang justru lebih banyak sakitnya dari pada sehatnya.Hal pertama yang tetangga Pak Kasno tanyakan ketika bertemu bukanlah pekerjaan, tapi kesehatannya. Tubuh sehat menjadi hal luar biasa bagi Pak Kasno. Namun tak semua tetangga seperti itu, karena sifat orang pasti berbeda-beda."Nggak pantes banget tahlilan kok pakai baju kayak gitu," cibir Pak Rusdi."Mbok yang umum kayak yang lainnya," tambahnya lagi."Yang pakai baju Pak Kasno kok situ yang gerah sih, Pak." Bapak-bapak yang duduk di samping Pak Kasno menimpali ucapan Pak Rusdi yang menurutnya tak etis.Pak Kasno menghela napas pel

DMCA.com Protection Status