Share

Pergi

Author: Alya_03603
last update Last Updated: 2021-05-05 16:54:48

Jam menunjukkan pukul 07.30 barang-barang Hana kini sudah dikemas rapi di koper besar berwarna hitam. Matanya menyapu semua ruangan tidak ada yang tersisa disana terkecuali pajangan foto Hana bersama teman-temannya satu pesantren Darul Ulum waktu itu.

"Ayo, Njenengan sudah kemas semua barangnya 'kan?" tanya Hazmi alisnya dinaikan satu keatas.

"Iya Gus!"

"Bersikap biasalah didepan Ibumu, jangan memperlihatkan wajah sendumu!" tegasnya memperingati. 

Kini Hazmi mengambil alih koper ditangan Hana. "Tersenyumlah untuk hari ini saja jangan gelisah." Hazmi kembali acuh saat ucapannya kini sudah menjadi pesan. 

Hana membututi Hazmi pergi untuk berpamitan pada kedua orang tua yang sudah renta itu.

"Ibu Hana pamit!" Hana mencium punggung sang Ibu dengan tadzim.

"Jaga diri baik-baik Hana, Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu!" Sumi mencium kening putrinya. Hana mengeratkan pelukannya sepertinya tidak ingin berpisah dengan sang Ibu.

"Pergilah bersama suamimu, kami ikhlas jika, sudah sampai beritahu kami!" Hadi berpesan kantung matanya menahan genangan air yang siap terjun.

Hana kini balik memeluk Ayah tercinta pahlawan pertamanya.

"Hazmi kami, nitip pada sampean jaga Hana baik-baik!" 

"Baik!" Hazmi mengangguk tangannya menggenggam erat tangan Hana.

Barang-barang yang kini dibawa sudah dimasukan kedalam mobil berwarna hitam pekat itu. Mesin mobil sudah dinyalakan dengan segera mobil hitam itu menjauh dari kampung halaman Hana. Hanya hening tanpa ada kata sedikitpun, suara hembusan napas masing-masing yang selalu terdengar mengusik.

Hana memijat pelipis matanya sedikit demi sedikit. Setiap jalan yang berliku-liku berhasil  menggoyangkan tubuh serta perut Hana mengakibatkan mual karena sebelumnya wanita itu belum makan apapun dari rumah terkecuali Hazmi. Gus itu sejak pagi sudah sarapan bubur ayam yang lewat dihalaman rumah sebagai pengganjal perutnya sebelum berpergian.

"Njenengan pusing?" tanya Hazmi yang masih tetap fokus nyetir.

"Tidak Gus!" Hana berusaha mengontrol dirinya.

"Bagus, kalo gitu, soalnya biar nanti saya gak repot ngurusin orang sakit!" ucapnya dengan nada yang mengejek.

Hana memalingkan wajahnya kearah jendela mobil. Ucapan apa yang telah suaminya lontarkan ada benarnya. Tapi hati tetap hati selalu mudah terluka.

'Dasar cengeng!' ucap Hana dalam hati menyalahkan dirinya.

"Njenengan senang dengan perjodohan ini?" 

Hana tersenyum simpul. "Alhamdulillah Gus!"

Hazmi memukul setir mobilnya dengan kuat. 

"Njenengan juga senang lihat saya menderita?" Hazmi menatap Hana dengan benci, napasnya memburu naik turun.

"Maksudnya ... Gus?" 

"Njenengan ini bukan tipe saya, saya hanya menganggap pernikahan ini adalah sebagai status tanpa ada rasa, status dalam kertas yang pernah aku janjikan!"

Pengantin baru pasti bahagia? Orang akan beranggapan seperti itu, tapi ternyata itu berlaku hanya pada sebagian orang yang beruntung di dunia ini!

Rasanya seperti dijatuhkan kedasar bumi paling dalam.

"Entah maaf apalagi yang harus saya lontarkan pada ...!" Hazmi sengaja menggantungkan ucapannya ketika melihat Hana mengusap lembut matanya yang berembun.

"Lupakan saja!" Kembali Gus tampan itu fokus melajukan mobilnya.

*****

"Abah ... Ummi!" Hana langsung sungkeman pada keduanya.

"Ummi dari tadi nunggu kalian!"

Mereka menyambut hangat kedatangan Hana, tapi sayang justru kedatangannya menyimpan luka terlebih dahulu.

"Sini Ummi bantuin bawa barang-barangnya!" Dengan antusias Ummi Salamah mengambil barang-barang yang tersimpan di mobil.

"Tidak usah Ummi, biar Hana aja!" 

Ummi Salamah tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Ummi gak merasa direpotkan, justru senang!" 

Hazmi hanya menatap kedua wanita itu sambil melepas penatnya. Duduk dibawah pohon yang sedikit rindang, sengaja disana terdapat kursi panjang untuk sekedar duduk dan beristirahat saja.

"Hazmi!" Gus itu langsung menoleh ke sumber suara.

"Ngeh Bah."

"Lihat istrimu sangat rupawan!" Tunjuknya matanya sedikit menyipit untuk menegaskan penglihatannya.

Hazmi tidak berkutik sedikitpun, hanya mengerutkan keningnya saja.

"Kenapa Hazmi, ada yang salah?" tanya Abah Umar.

Hazmi menggeleng kepala dengan lesu.

"Akh iya Abah tau, pasti haus ya. Nduk?" Laki-laki yang mengenakan sarung hijau tua bermotif batik awan itu berlenggang masuk kedalam rumah.

'Akh Abah sepetinya tidak mengerti bahwa aku benci wanita itu, dia telah merebut kebahagiaanku dengan orang pilihan ku sendiri!' bathinnya berperang hebat dengan nafsu.

*****

Satu persatu Hana menyusun baju dari dalam koper hitam itu. Berbagai baju gamis serta kerudung syar'i sudah tersusun rapi dan indah dilemari kayu dengan ukiran-ukiran bunga-bunga dipinggir nya.

"Itu kenapa pakaian Njenengan dimasukkan kedalam lemari saya!" Tunjuk Hazmi tidak suka.

"Tapi Kitakan sudah suami istri toh!" jawab Hana membela diri.

"Tapi saya, tidak mau pakaian saya tercampur dengan pakaian Njenengan ini, cari tempat lain buat menyimpan pakaian itu!" gertaknya melirik Hana.

Hana hanya mengelus dadanya sesak dengan lembut, pakaiannya yang sudah tersusun rapi terpaksa harus dikeluarkan kembali dan menatanya di dalam koper sebagai pengganti lemari bajunya.

Baru saja wanita itu menghembuskan napas penatnya. Hazmi menatap istrinya dengan muka datarnya penuh benci. Hana duduk dibibir ranjang. sambil menundukkan pandangan dari suaminya itu.

Hazmi mengatur napasnya dengan perlahan, mulutnya seperti tidak bisa berhenti mencaci istri sah dihadapannya.

"Aku hanya kasian terhadapmu, pernikahan ini tidak didasari oleh rasa, tapi oleh paksa dari orang tua!" ucap Hazmi pandangannya menatap kosong kearah jendela.

"Ketika aku meminta bahagia, Allah mempertemukan kita dan mempersatukan pada ikatan ini!" Hana menatapnya dengan tatapan sendu.

'Aku yakin Gus, kamu adalah kebahagiaan itu, kamu adalah penyempurnaan kekuranganku itu, kamu adalah pemimpin dunia akhiratku!' bathin Hana meyakinkan.

"Begitulah Njenengan selalu banyak alasan agar tetap terikat dengan saya!" Tekannya sedikit emosi.

Deg!

"Tidak ... Gus, tidak begitu, ini adalah takdir kita!" jawab Hana sambil berdiri dan mencium punggung tangan suaminya. Buru-buru Hazmi mengibaskan tangannya dengan kasar.

"Tidak usah sungkeman!" Tangan kokohnya berhasil mencegah Hana mencium punggung tangannya.

"Ini adalah rasa hormat, aku sebagai istri!" 

Suara benda pipih mengalihkan pandangan mereka, Hazmi dengan sigapnya mengambil benda diatas nakas kecil. Gus itu membuka perlahan layar handphone yang sengaja memakai sandi itu.

Senyumannya kini terlihat melengkung sabit sangat indah dengan kedua lengsung pipitnya.

"Gus dapat kabar gembira?" tanya Hana menetralkan suaranya melihat tingkah suaminya kegirangan saat mendapat pesan dari benda pipih berukuran 5 inci itu.

"Tidak Hana!"

"Baik ... Gus!"

*****

"Abah, Ummi, nanti malam saya gak bisa tidur disini!" ungkap Hazmi setelah selesai makan malam bersama keluarga besarnya itu.

"Tapi kenapa. Nduk?" Ummi Salamah terlihat gelisah.

"Ini Ummi mau mengajar ngaji malam di Pondok untuk beberapa bulan kedepan ini, atau bisa juga sampai seterusnya!" 

"Tapi kamu ini pengantin baru toh, kenapa tidak mengambil cuti saja!" Abah Umar ikut menimpali pembicaraan itu.

"Kan tiap pagi saya pulang Abah." Gus itu merujuk ingin diberi izin untuk pergi.

"Sudah bilang pada istrimu?" 

Hazmi buru-buru melihat kearah Hana dengan isyarat.

"Sudah Abah, Ummi, tadi kami sudah bicara tentang ini sebelumnya, dan Hana tidak keberatan jika Gus, pergi untuk mengajar di pesantren, bukankah itu adalah perilaku yang mulia," terang Hana tanpa ba-bi-bu lagi.

Keduanya mengangguk pelan mengerti dengan ucapan menantunya. Padahal Hana sudah berbuat kebohongan pada keduanya, bahkan Hana sendiri tidak tahu kalo Hazmi akan mengajar. Apakah Hana sangat tidak penting bagi Hazmi.

*****

"Gus mau pergi sekarang?" 

"...."

"Biar Hana yang siapkan segala keperluannya, ya?"

"Iya!" 

Hazmi sangat irit bicara saat Hana melayani kebutuhannya itu. Perilakunya tidak mencerminkan seorang Gus!

Hana terus tersenyum apapun jawaban dari suaminya adalah kebahagiaan baginya. Hana sudah mulai menyimpan rasa pada Hazmi. 

Setelah kebutuhan Hazmi terlengkapi didalam bag besar, dengan gesit Gus itu menyambarnya dan pergi tanpa berucap terimakasih, atau sekedar mengelus pucuk kepala sang istri.

Related chapters

  • My husband my cousin   Status

    "Wah sekarang sampean sudah beristri ya, Gus, istrimu pasti anak Kiyai atau Ustadzah!" Goda salah satu temannya bernama Ferdi.Begitulah Ferdi selalu banyak bertanya saat Hazmi berada di Pondok pesantren. Dia yang paling mengetahui seluk-beluk cerita status Hazmi.Hazmi menahan napasnya sejenak. "Ya, maunya sih gitu, tapi tidak sesuai dengan kenyataan!" ucap Hazmi sambil menelan salivina."Eh ... tunggu, emang ada yang salah ya Gus?" Ferdi mengerutkan dahi tidak mengerti."Iya, betul!" Hazmi tertawa hambar."Nuwun sewu ... Gus, saya kira ucapan saya tidak menyinggung perasaan sampean ini!" Ferdi menundukkan kepala merasa sangat salah dengan ucapannya."Yoweslah, jangan dibahas lagi!" cicitnya dengan wajah melemas."Bukankah sampean ini punya hubungan sama Ning Amanda, berarti istrinya pasti Ning Amanda yang super duber ayu dan molek itu 'kan?" Kembali Ferdi bertanya padahal barusan sudah diperingatkan jangan membahas hal itu, tapi ras

    Last Updated : 2021-05-18
  • My husband my cousin   Ning Amanda?

    Jam menunjukkan pukul 15.30 Hana menatap jam berukuran besar itu. Wanita itu kini berlenggang masuk dapur hingga mendapatkan sang mertua sedang melakukan aktivitas memasak menu untuk malam nanti."Ummi, kapan Gus akan pulang?" tanyanya sambil mendongakkan kepalanya dan berjalan pelan kearahnya."Bentar lagi Hana, tunggu saja!" jawabnya ramah sambil mengusap pipi Hana yang mulus.Hana hanya berujar, "Ouh .... baiklah Ummi."Melihat sang mertua mengiris-ngiris bawang serta bumbu dapur lainnya Hana dengan antusias membantunya."Ummi mau bikin menu apa untuk malam ini?""Bikin sayur asam sama sambel tomat." ucapnya yang setia mengiris-ngiris bumbu serta yang lainnya."Mmmmm ...." Hana bergumam dengan bibir yang tertutup rapat."Ini tuh kesukaan Hazmi, dia suka dengan menu ini!" terangnya dengan mencecap rasa pada sayur asam yang masih sedikit mengepul dengan asapnya.Hana membolakan matanya dengan sempurna. "Benarkah U

    Last Updated : 2021-05-30
  • My husband my cousin   Jawaban kembali

    Jawaban apa? Hazmi menundukkan kepalanya saat mau menjawab pertanyaan itu. "Abah, bukannya tadi di mobil Abah bilang kalo satu tahun lagi saya melamar Ning Amanda?" "Satu tahun, terlalu lama Hazmi!" Abah guru langsung membenahi duduknya dan melihat kearah Hazmi dengan lekat. "Tapi Abah?" "Abah takut terjadi fitnah diantara kalian." Lalu menyesap kopi hitam dengan lembut. "Iya, Abah siap!" Hazmi meremas ujung sarungnya dengan kasar. "Hazmi kalo masih keberatan Abah kasih waktu dua sampai tiga bulan!" terangan berharap Hazmi memahami keringanan itu. Hanya anggukan kepala Hazmi membalasnya. Wajahnya sedikit memelas sekali. ***** "Gus baru pulang?" tanya Hana menyambut suaminya di ambang pintu jam menunjukkan pukul delapan malam, Hazmi memutuskan untuk pulang daripada menginap di pondok pikirnya akan terpecah belah. "Hmmm." "Gus udah makan?" "Hmmmm." Hazmi berlenggang kearah

    Last Updated : 2021-06-05
  • My husband my cousin   Duka untuk Hana

    Tinggal satu Minggu lagi, pernikahan seorang gadis bernama Hana akan berlangsung dengan seorang pengusaha muda bernama Arman.Hana gadis cantik dan salehah, tidak jarang banyak orang menyukai Hana, apalagi dikalangan kaum Adam. Undangan sudah menyebar pada kerabat dan teman-temannya."Cieeee ... calon pengantin baru," goda Aisyah teman sejak kecilnya itu.Hana hanya mesem malu. "Aisyah juga calon pengantin kok," ujarnya sambil tersenyum."Hahaha ... iya nungguin calonnya yang datang."Hingga keduanya tertawa hangat.Hana berdiri dari sofa ruang tamu itu, bergegas mengambil kertas berukuran persegi panjang diatas nakas kecil."Aisyah, undangan ini tolong sebarin ya, buat santriwati dipondok, aku lupa memberikannya," titahnya dengan menyodorkan beberapa kertas yang bertulisan acara pernikahan."Baik bos." Dengan tangan yang terangkat tepat posisi hormat.Sesekali Aisyah meneguk jus alpukat yang disuguhkan oleh Hana sejak tadi."Han

    Last Updated : 2021-03-19
  • My husband my cousin   Luka yang diterima

    "Bahagia atau luka, Aku akan menerima semua takdir yang sudah di tetapkan pada diri ini."~ Hana.*****Mobil mewah kini terpakir dihalaman rumah Hana, suara klakson dibunyikan beberapa kali. Menandakan bahwa tamu yang ditunggu-tunggu sejak kemarin datang untuk memberi kabar sebagai kebijakan atas meninggal dunianya sang putra tercinta.Pintu mobil kini terbuka nampak seorang wanita yang sudah setengah abad, yang kerap kali disebut dengan panggilan Bu Safa. mengenakan kebaya berwarna hitam dengan manik-manik yang indah dan rambut disanggul rapi, menambah kesan sebagai orang berada dengan harta, wanita itu berlari dengan sedikit tergopoh-gopoh menghambur pelukannya pada Hana sambil terisak menangis di pundak gadis itu."Hana ... kita harus kuat ya!" ucapnya pelan pada daun telinga Hana.Hana hanya tersenyum walau ada rasa nyeri di hati, bagaimana bisa Hana dengan mudah ikhlas atas kepergian Arman, padahal sudah bisa dihitung jari pernik

    Last Updated : 2021-04-16
  • My husband my cousin   Harapan

    Suara gemericik air terdengar mengalir dari kamar mandi, tepat pukul 03.00 Hana terbangun untuk melaksanakan salat tahajjud, meminta petunjuk dari sang ilahi, Hana membentangkan sajadahnya kearah kiblat.Dengan mengucap bismillah, gadis itu memohon pada Allah agar segera didatangkan kebahagiaan serta harapan yang sudah terkubur kian hari."Allahuakbar." Suara takbir Hana terdengar pelan.Doa segera dipanjatkan antara takbir dan aamiin menjadi saksinya."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh." Hana memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.Gadis itu kini mengusap mukanya dengan kedua tangan."Ya ... Rabb izinkanlah hamba menemukan orang yang tepat untuk mengisi kekosongan ini, dan ikhlaskan hati hamba untuk melepaskan orang yang memang tidak di takdir kan bersama!" Tangannya terus menengadah ada secerca harapan yang dilangitkan, ada rasa sakit yang harus sembuh dan pulih kembali agar luka menjadi tawa bahagia untuk esok hari."Alha

    Last Updated : 2021-04-19
  • My husband my cousin   Lamaran

    Hari kini berganti malam, Hana masih mondar-mandir di kamarnya sambil memikirkan hal yang tadi ibunya lontarkan. Sebuah kesepakatan yang sudah sejak dulu dikatakan."Apa aku harus menerima perjodohan yang pernah ibu sepakati sejak dini?" gumam Hana menggigit ujung kuku jarinya.Jendela yang tertutup tirai putih, Hana buka dengan lebar terlihat bintang berkelap-kelip genit menatapnya.Hana menggeserkan kursi lebih dekat ke jendela. Angin malam menerpa wajahnya yang cantik tanpa sedikitpun poles dengan bedak make up begitu natural, Hana kini menopang dagunya dengan kedua tangan. Suara napasnya sangat berat. Matanya sengaja di pejamkan berharap ada keajaiban malam, tapi itu sangat mustahil baginya."Jika aku memohon padamu, apa akan segera terkabulkan? Apa perjodohan ini juga adalah sebagian doaku malam itu? Dan kenapa dengan mudahnya aku dapat melupakan mas Arman apa ini yang dinamakan keikhlasan hati?" Hana memiringkan kepalanya melihat bayangan yang sam

    Last Updated : 2021-04-22
  • My husband my cousin   Bimbang

    Rasa bimbang pada hati semakin besar. Hana menyembunyikan bimbang pada senyuman. Sumi buru-buru mencium kening putrinya yang masih saja dimanja, sebagai anak tunggal dan salehah Hana mendapatkan perlakuan layaknya anak kecil."Katakan bahwa hari ini, kamu bahagia!" Sumi mencoba merayu.Hana menggangukkan kepala. "Hana, bahagia seperti yang Ibu lihat hari ini!" Gadis itu memperlihatkan gigi yang tersusun rapi."Hana, boleh Ibu berpesan sebelum, nanti kamu akan milik Hazmi seutuhnya!"Mata Hana langsung membola, melihat manik senja milik sang Ibu tercinta. Suasana kini berubah seperti pada ujung tanduk kisah."Katakan saja Ibu, Hana pasti akan menuruti pesan atau nasehat yang baik dan benar menurut Ibu dan agama," timpalnya was-was."Sebenarnya Ibu berat sekali melepaskan kamu pada orang lain, jika kamu sudah bersuami ingat pesan Ibu ini." Sumi berucap dengan nada sumbang tuanya miliknya."Apa?" Hana semakin bertanya-tanya p

    Last Updated : 2021-04-28

Latest chapter

  • My husband my cousin   Jawaban kembali

    Jawaban apa? Hazmi menundukkan kepalanya saat mau menjawab pertanyaan itu. "Abah, bukannya tadi di mobil Abah bilang kalo satu tahun lagi saya melamar Ning Amanda?" "Satu tahun, terlalu lama Hazmi!" Abah guru langsung membenahi duduknya dan melihat kearah Hazmi dengan lekat. "Tapi Abah?" "Abah takut terjadi fitnah diantara kalian." Lalu menyesap kopi hitam dengan lembut. "Iya, Abah siap!" Hazmi meremas ujung sarungnya dengan kasar. "Hazmi kalo masih keberatan Abah kasih waktu dua sampai tiga bulan!" terangan berharap Hazmi memahami keringanan itu. Hanya anggukan kepala Hazmi membalasnya. Wajahnya sedikit memelas sekali. ***** "Gus baru pulang?" tanya Hana menyambut suaminya di ambang pintu jam menunjukkan pukul delapan malam, Hazmi memutuskan untuk pulang daripada menginap di pondok pikirnya akan terpecah belah. "Hmmm." "Gus udah makan?" "Hmmmm." Hazmi berlenggang kearah

  • My husband my cousin   Ning Amanda?

    Jam menunjukkan pukul 15.30 Hana menatap jam berukuran besar itu. Wanita itu kini berlenggang masuk dapur hingga mendapatkan sang mertua sedang melakukan aktivitas memasak menu untuk malam nanti."Ummi, kapan Gus akan pulang?" tanyanya sambil mendongakkan kepalanya dan berjalan pelan kearahnya."Bentar lagi Hana, tunggu saja!" jawabnya ramah sambil mengusap pipi Hana yang mulus.Hana hanya berujar, "Ouh .... baiklah Ummi."Melihat sang mertua mengiris-ngiris bawang serta bumbu dapur lainnya Hana dengan antusias membantunya."Ummi mau bikin menu apa untuk malam ini?""Bikin sayur asam sama sambel tomat." ucapnya yang setia mengiris-ngiris bumbu serta yang lainnya."Mmmmm ...." Hana bergumam dengan bibir yang tertutup rapat."Ini tuh kesukaan Hazmi, dia suka dengan menu ini!" terangnya dengan mencecap rasa pada sayur asam yang masih sedikit mengepul dengan asapnya.Hana membolakan matanya dengan sempurna. "Benarkah U

  • My husband my cousin   Status

    "Wah sekarang sampean sudah beristri ya, Gus, istrimu pasti anak Kiyai atau Ustadzah!" Goda salah satu temannya bernama Ferdi.Begitulah Ferdi selalu banyak bertanya saat Hazmi berada di Pondok pesantren. Dia yang paling mengetahui seluk-beluk cerita status Hazmi.Hazmi menahan napasnya sejenak. "Ya, maunya sih gitu, tapi tidak sesuai dengan kenyataan!" ucap Hazmi sambil menelan salivina."Eh ... tunggu, emang ada yang salah ya Gus?" Ferdi mengerutkan dahi tidak mengerti."Iya, betul!" Hazmi tertawa hambar."Nuwun sewu ... Gus, saya kira ucapan saya tidak menyinggung perasaan sampean ini!" Ferdi menundukkan kepala merasa sangat salah dengan ucapannya."Yoweslah, jangan dibahas lagi!" cicitnya dengan wajah melemas."Bukankah sampean ini punya hubungan sama Ning Amanda, berarti istrinya pasti Ning Amanda yang super duber ayu dan molek itu 'kan?" Kembali Ferdi bertanya padahal barusan sudah diperingatkan jangan membahas hal itu, tapi ras

  • My husband my cousin   Pergi

    Jam menunjukkan pukul 07.30 barang-barang Hana kini sudah dikemas rapi di koper besar berwarna hitam. Matanya menyapu semua ruangan tidak ada yang tersisa disana terkecuali pajangan foto Hana bersama teman-temannya satu pesantren Darul Ulum waktu itu."Ayo, Njenengan sudah kemas semua barangnya 'kan?" tanya Hazmi alisnya dinaikan satu keatas."Iya Gus!""Bersikap biasalah didepan Ibumu, jangan memperlihatkan wajah sendumu!" tegasnya memperingati.Kini Hazmi mengambil alih koper ditangan Hana. "Tersenyumlah untuk hari ini saja jangan gelisah." Hazmi kembali acuh saat ucapannya kini sudah menjadi pesan.Hana membututi Hazmi pergi untuk berpamitan pada kedua orang tua yang sudah renta itu."Ibu Hana pamit!" Hana mencium punggung sang Ibu dengan tadzim."Jaga diri baik-baik Hana, Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu!" Sumi mencium kening putrinya. Hana mengeratkan pelukannya sepertinya tidak ingin berpisah dengan sang Ibu.

  • My husband my cousin   Pernikahan

    "Kok kelihatan gelisahan sih?" Aisyah mencoba mengangkat dagu Hana memastikan bahwa temannya itu baik-baik saja."Tidak Aisyah!" Hana tersenyum kearah Aisyah."Syukurlah, aku tidak ingin melihat pengantin cantik ini menangis, terkecuali menangis bahagia karena telah bersanding dengan Gus, coba siapa yang tidak mau menjadi istri Gus tampan?" Aisyah menerangkan sambil terkekeh.Aisyah membelai kepala Hana yang sudah dibaluti kerudung putih polos dengan kebaya pengantin yang sederhana. Kecantikan Hana terlihat sempurna saat itu."Makasih Aisyah karena udah menguatkan aku!" Sekilas Hana melirik Aisyah."Coba lihat dan tatap wajahmu dibalik cermin sangat cantik dengan polesan makeup sederhana ini!" Aisyah membalikan tubuh Hana menghadap cermin seukuran tubuh orang dewasa."Pintar memuji kamu Aisyah!" Hana terlihat bersemu malu dengan pujian sahabatnya itu.Suara riuh dari tamu undangan sudah terdengar sejak pagi tadi. Katanya takut ketingg

  • My husband my cousin   Bimbang

    Rasa bimbang pada hati semakin besar. Hana menyembunyikan bimbang pada senyuman. Sumi buru-buru mencium kening putrinya yang masih saja dimanja, sebagai anak tunggal dan salehah Hana mendapatkan perlakuan layaknya anak kecil."Katakan bahwa hari ini, kamu bahagia!" Sumi mencoba merayu.Hana menggangukkan kepala. "Hana, bahagia seperti yang Ibu lihat hari ini!" Gadis itu memperlihatkan gigi yang tersusun rapi."Hana, boleh Ibu berpesan sebelum, nanti kamu akan milik Hazmi seutuhnya!"Mata Hana langsung membola, melihat manik senja milik sang Ibu tercinta. Suasana kini berubah seperti pada ujung tanduk kisah."Katakan saja Ibu, Hana pasti akan menuruti pesan atau nasehat yang baik dan benar menurut Ibu dan agama," timpalnya was-was."Sebenarnya Ibu berat sekali melepaskan kamu pada orang lain, jika kamu sudah bersuami ingat pesan Ibu ini." Sumi berucap dengan nada sumbang tuanya miliknya."Apa?" Hana semakin bertanya-tanya p

  • My husband my cousin   Lamaran

    Hari kini berganti malam, Hana masih mondar-mandir di kamarnya sambil memikirkan hal yang tadi ibunya lontarkan. Sebuah kesepakatan yang sudah sejak dulu dikatakan."Apa aku harus menerima perjodohan yang pernah ibu sepakati sejak dini?" gumam Hana menggigit ujung kuku jarinya.Jendela yang tertutup tirai putih, Hana buka dengan lebar terlihat bintang berkelap-kelip genit menatapnya.Hana menggeserkan kursi lebih dekat ke jendela. Angin malam menerpa wajahnya yang cantik tanpa sedikitpun poles dengan bedak make up begitu natural, Hana kini menopang dagunya dengan kedua tangan. Suara napasnya sangat berat. Matanya sengaja di pejamkan berharap ada keajaiban malam, tapi itu sangat mustahil baginya."Jika aku memohon padamu, apa akan segera terkabulkan? Apa perjodohan ini juga adalah sebagian doaku malam itu? Dan kenapa dengan mudahnya aku dapat melupakan mas Arman apa ini yang dinamakan keikhlasan hati?" Hana memiringkan kepalanya melihat bayangan yang sam

  • My husband my cousin   Harapan

    Suara gemericik air terdengar mengalir dari kamar mandi, tepat pukul 03.00 Hana terbangun untuk melaksanakan salat tahajjud, meminta petunjuk dari sang ilahi, Hana membentangkan sajadahnya kearah kiblat.Dengan mengucap bismillah, gadis itu memohon pada Allah agar segera didatangkan kebahagiaan serta harapan yang sudah terkubur kian hari."Allahuakbar." Suara takbir Hana terdengar pelan.Doa segera dipanjatkan antara takbir dan aamiin menjadi saksinya."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh." Hana memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.Gadis itu kini mengusap mukanya dengan kedua tangan."Ya ... Rabb izinkanlah hamba menemukan orang yang tepat untuk mengisi kekosongan ini, dan ikhlaskan hati hamba untuk melepaskan orang yang memang tidak di takdir kan bersama!" Tangannya terus menengadah ada secerca harapan yang dilangitkan, ada rasa sakit yang harus sembuh dan pulih kembali agar luka menjadi tawa bahagia untuk esok hari."Alha

  • My husband my cousin   Luka yang diterima

    "Bahagia atau luka, Aku akan menerima semua takdir yang sudah di tetapkan pada diri ini."~ Hana.*****Mobil mewah kini terpakir dihalaman rumah Hana, suara klakson dibunyikan beberapa kali. Menandakan bahwa tamu yang ditunggu-tunggu sejak kemarin datang untuk memberi kabar sebagai kebijakan atas meninggal dunianya sang putra tercinta.Pintu mobil kini terbuka nampak seorang wanita yang sudah setengah abad, yang kerap kali disebut dengan panggilan Bu Safa. mengenakan kebaya berwarna hitam dengan manik-manik yang indah dan rambut disanggul rapi, menambah kesan sebagai orang berada dengan harta, wanita itu berlari dengan sedikit tergopoh-gopoh menghambur pelukannya pada Hana sambil terisak menangis di pundak gadis itu."Hana ... kita harus kuat ya!" ucapnya pelan pada daun telinga Hana.Hana hanya tersenyum walau ada rasa nyeri di hati, bagaimana bisa Hana dengan mudah ikhlas atas kepergian Arman, padahal sudah bisa dihitung jari pernik

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status