"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya.
"Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik.
"Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran.
"Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka merasakan aroma yang memabukan dari satu sama lain akhirnya cinta mereka berakhir teragis dengan takdir saling membunuh satu sama lain.
"Membunuh? Tapi aku dan dia bahkan tidak saling menyukai, bagaimana bisa kami mencintai satu sama lain,?" Lucy sangat tidak mempercayai perkataan Dokter Robert, dia menganggap semua itu hanyalah dongeng masa lalu.
"Apakah ini pertanda buruk?" pikir Robert dalam hati. Dokter Robert pun memberikan resep obat baru pada Lucy agar darah vampirenya tidak mendominasi terlalu banyak di dalam tubuhnya "Baiklah Lucy, ini beberapa obat dan cadangan tablet darah versi terbaru, semua mineral dan protein yang sama dengan darah manusia segar sudah kucampurkan kedalamnya, ingat yah sehari minumlah 6 tablet, layaknya manusia 2 di pagi hari, 2 di siang hari, dan 2 lagi di malam hari!" jelasnya.
"Baik, Dok! Kalau begitu Lucy pamit pulang," Lucy pun berjalan meninggalkan ruangan dokter Robert itu namun ditahan lagi olehnya.
"Tunggu Lucy! Ini pakailah!" Dokter Robert memberikan jaketnya agar aroma Lucy dapat ditutupi oleh aroma dokter Robert. "Pulanglah, Lucy! Hati-hati di jalan," dokter Robert melambaikan tangannya.
Setelah itu Lucy pun mengangguk dan pergi. Sekarang sudah hampir mau tengah hari, Lucy harus bekerja paruh waktu sebagai penjaga kasir di sebuah toko buku antik. Lucy pun bergegas pulang menyimpan barang-barangnya dan segera pergi bekerja. Sesampainya di sana, seperti biasa Lucy hanya duduk di depan kasir sambil menunggu ada yang ingin membeli buku atau pun meminjamnya.
"Huuh? Itu kan Lucy, Lucy!" sapa pria tampan sambil tersenyum dari kejauhan.
"Leo," gumam Lucy saat melihat tetangga sebelah apartemennya ada di depannya.
Leo pun menghampiri Lucy "Lucy, kamu sedang bekerja yah? Kok hari ini kamu terlihat lebih pucat dari biasanya?" tanya Leo saat melihat warna bibir Lucy yang tak semerah biasanya.
"Aku tidak apa-apa, Leo," Lucy tersenyum. "Oh ya, kamu ingin meminjam buku? Atau membeli buku?" lanjut Lucy.
"Oh iya, hari ini aku ada tugas kampus jadi aku ingin membeli beberapa buku, dan juga meminjam beberapa buku, hehe," Leo menyipitkan matanya sambil tertawa. "Kalau begitu aku ke bagian sana dulu yah, di sana ada buku yang kucari," Leo menunjuk ke arah rak di bagian pojok toko itu.
Lucy pun mengangguk. Setelah beberapa lama mencari buku, akhirnya Leo kembali dengan beberapa buku yang menumpuk di tangannya.
"Ini sudah semua, Leo?" tanya Lucy sambil melihat buku-buku tersebut. Tiba-tiba pandangan Lucy hanya terfokuskan pada sebuah buku yang sampulnya bergambar sepasang vampir yang saling menggigit leher satu sama lain."Legenda Vampire Bangsawan" Lucy menggumamkan judul buku itu.
"Oh, buku itu yah, aku sangat menyukai semua hal yang berbau vampire, Lucy. Kamu tahu tidak, mereka itu sangat misterius, kata orang nih ya, mereka itu masih ada loh diantara kita saat ini, dan keluar saat malam hari mencari mangsa, ggrrwarrl" Leo memperaktikan suara hewan buas sambil kedua tangannya seperti mau mencakar di hadapan Lucy.
"...."
"Oke baik, enggak lucu," Leo malu melihat Lucy yang tanpa ekspresi menanggapi ceritanya itu, dia pun menggaruk-garukkan kepala bagian belakangnya.
"Pfft,"Lucy tertawa melihat Leo yang malu itu. "Jadi, apa yang diceritakan buku ini, Leo?" lanjut Lucy bertanya sambil mengusap sampul buku yang sedang dipegangnya itu.
"Oh, buku ini kan ada 7 bagian, bagian pertama itu menceritakan seorang vampir bangsawan berdarah murni yang jatuh cinta pada vampir setengah manusia, dari yang aku baca, selama 6 bagian buku ini, mereka akan saling membunuh nantinya, pokoknya semua itu sudah menjadi jalan takdir bagi mereka berdua," jelas Leo.
"Takdir, yah?" Lucy menatap buku itu kosong, tiba-tiba darahnya mulai terasa panas, dia mulai mencium aroma dari vampire bangsawan yang digigitnya itu. "Aroma ini?" Lucy pun melihat ke arah pintu masuk toko buku tersebut, melangkahlah seorang pria tampan yang wajahnya sudah tak asing lagi dimata Lucy, pria itu mendekati Lucy.
"Kau...," Lucy memandang tajam pria yang sedang menyeringai dihadapannya itu.
Mata Mikael tertuju pada tanda pengenal yang ada di baju Lucy "Lu-cy," Mikael mengubah pandangannya lurus ke arah lucy. "Jadi, namamu Lucy, yah," Mikael menyeringai penuh maksud sambil menatap Lucy.
"Ada keperluan apa kamu datang kesini?" tanya Lucy sambil mengerutkan dahinya.
"Wow, reaksi yang kuat, tenang, aku kesini hanya ingin membeli buku," kata Mikael sambil mengangkat kedua tangannya, tiba-tiba kedua matanya tertuju pada buku yang sama. "Ah, buku ini," Mikael tersenyum sambil mengangkat buku itu.
"Wah Tuan, jadi Tuan juga tertarik dengan buku ini yah, ini buku yang sangat menarik loh," jelas Leo.
"Vampir, yah? Kau tahu, sekarang ini banyak sekali vanpir yang menghisap darah manusia hingga kering kemudian lari, kira-kira bagaimana rasanya yah" Mikael menatap Lucy sambil menyondongkan tubuhnya ke arah Lucy.
"Apa maumu?" Lucy tetingat akan kejadian tadi saat Lucy menyedot kering darah Mikael tapi anehnya dia tidak apa-apa, memang saja vampir berdarah murni itu takan mati sampai pedang perak pembunuh vampir menusuk jantungnya.
Leo yang melihat reaksi Lucy saat membahas topik vampir dengan Mikael dibuat penasaran, ya, tentu saja Leo penasaran karena selama ini dia telah menaruh perasaan pada wanita sebatang kara yang menjadi tetangganya itu, selama ini Leo belum pernah melihat Lucy berbicara atau pun menunjukan raut wajah seperti itu pada orang lain, dia mulai menerka-nerka apakah hubungan antara Lucy dan pria yang menemuinya ini?.
"Lu-Lucy, aku harus pulang sekarang, nanti aku akan menjemputmu agar kita ke panti jompo bersama," ujar Leo memecahkan keheningan diantara Mikael dan Lucy.
"Iya, baiklah!" jawab Lucy.
Leo pun berjalan meninggalkan toko tersebut.
"Siapa pria itu? Dia manusia kan?" tanya Mikael.
"Dia tetanggaku," jawab Lucy datar.
"Hanya tetangga?" tanya Mikael lagi.
"Iya," Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya itu.
Bersambung...
Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya."Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka."Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,""..." Lucy masih menatap Mikael datar."Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy."Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu."Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.Tak terasa antrian sudah panjang dibelak
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya."Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!""Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris."Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan."Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,""Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian."Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan."Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya."Ayah, hiks, hiks,""Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix mer
Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan."Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu."Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu."Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya......Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya."Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilih
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya."Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka."Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,""..." Lucy masih menatap Mikael datar."Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy."Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu."Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.Tak terasa antrian sudah panjang dibelak
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya."Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik."Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran."Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka meras
Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan."Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu."Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu."Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya......Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya."Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilih
"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya."Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!""Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris."Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan."Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,""Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian."Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan."Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya."Ayah, hiks, hiks,""Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix mer