Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan.
"Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.
Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu.
"Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.
Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu.
"Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya.
.....
Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya.
"Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilihatnya seorang pria yang memakai baju tidur sedang berdiri di atas balkon kamar itu.
"Pria itu? Dia kan bangsawan vampire di bar tadi malam, ssshh sebenarnya apa yang terjadi kepadaku?" Lucy kembali memegang kepalanya.
"Iya, Aku tahu, iya, katakan saja pada Felix, mungkin dia akan datang juga mengunjungi kastilnya di utara" kata Mikael pada orang dibalik telepon itu.
"Felix? Apa pria ini ada hubungannya dengan Felix si vampire yang jadi pembunuh Ayah dan Ibuku?" pikir Lucy dalam hati. "Aku harus mendekatinya agar aku mendapatkan lebih banyak informasi darinya."
Tak lama kemudian Mikael telah selesai berbicara dengan orang dibalik telepon tersebut, perlahan pria gagah itu pun berjalan mendekati Lucy yang masih berada di atas kasur sambil membawakan segelas darah segar.
"Kamu sudah bangun?" tanya Mikael sambil duduk di sudut kasur.
"Aku baik-baik saja," jawab Lucy tanpa ekspresi.
"Siapa namamu?" Mikael mendekatkan wajahnya pada Lucy.
"Aku tidak memberitahukan namaku pada orang asing," Lucy menatap Mikael dingin.
"Pfft, Menarik sekali, tadi malam saat kamu membalas ciumanku kamu menganggapku orang asing juga yah?" Mikael menarik dagu Lucy condong kepadanya.
"Aku hanya sakit waktu itu, lagipula aku tidak tertarik pada kalian para bangsawan yang sombong," Lucy menatap tajam Mikael dengan kedua matanya.
"Pfft, baiklah kalau begitu, ini untukmu, karena aku telah meminum darahmu pasti sekarang kamu kekurangan darah ditubuhmu," Mikael menyodorkan gelas berisikan darah yang tadi dibawanya pada Lucy.
Lucy hanya menatap gelas itu kemudian berkata "Aku tidak meminum darah manusia," Lucy menolak gelas yang diberikan Mikael itu.
"Tidak meminum darah manusia?" Mikael memerhatikan wajah Lucy dari dekat kemudian mengendusnya. "Apakah karena itu darahmu terasa sangat harum dan manis?" tanya Mikael lagi.
"Aku tidak tahu, kau jangan mengedusku seperti itu," Lucy memalingkan pandangannya dari Mikael.
"Wanita ini sangat menarik, aku akan sedikit menggodanya," pikiran licik Mikael mulai berjalan.
Mikael menggunakan kekuatannya sebagai bangsawan murni pada Lucy, karena diyakini bahwa Lucy bukanlah keturunan murni, maka dia melakukannya. Lucy perlahan tak dapat bergerak.
"Ada apa ini? Hei! Lepaskan aku!" Lucy meronta-ronta.
Mikael pun meminum darah dari gelas tersebut kemudian memberikannya dari mulut ke mulut pada Lucy.
"Mmmm, glug.. glug..," Lucy menelan darah itu.
Lucy memang telah menghindari darah manusia selama bertahun-tahun karena dia seperti kehilangan dirinya jika dia meminumnya, saat itu perlahan tubuh Lucy menjadi panas, matanya yang berwarna emas itu bersinar bak lentera, bahkan Mikael sendiri pun mengagumi mata indahnya itu, taringnya perlahan keluar dan tentu saja dia mulai mengeluarkan aroma yang sangat manis bagi Mikael.
"Benar-benar, kau benar-benar membuatku gila wahai vampir wanita," kata Mikael sambil menyeringai.
Mikael pun tak dapat menahan dirinya lagi akan godaan Lucy yang begitu mempesona, dia sontak mencumbui seluruh bagian tubuh Lucy dan melumat habis bibirnya, begitu pun Lucy dia turut membalas segala cumbuan dari Mikael itu. Sekarang Lucy benar-benar telah kehilangan kesadarannya, dia akhirnya menancapkan taring tajamnya itu pada leher Mikael dan meminum darahnya.
"Aahhh," Mikael merasakan sakit yang menjalar di lehernya, akan tetapi juga rasa nikmat dari setiap tarikan nafas Lucy yang menyedot darahnya itu.
Lucy meminum dan terus meminum, dia sangat ketagihan pada darah Mikael, baginya darah vampir bangsawan satu ini sangatlah enak. Lucy terlalu lama meminum darah Mikael hingga pandangan Mikael pun menjadi agak buram.
"Hei, hentikan!" Mikael berusaha melepaskan Lucy yang menindihnya sambil meminum darahnya itu. "Kenapa wanita ini menjadi sangat kuat?" Mikael tidak bisa menggerakkan Lucy sedikit pun.
Lucy terus meminum, dia benar-benar kehilangan kesadarannya hingga kalung yang terpasang pada lehernya mengeluarkan sinar hijau.
"Huuh? Apa yang aku lakukan?" Lucy yang mendapati dirinya sedang menggigit leher Mikael itu pun segera melepaskan gigitannya dari leher Mikael."Kenapa aku meminum darah pria ini? Sial, aku kehilangan kesadaran lagi," sontak Lucy menggenggam kalung yang ada dilehernya itu. "Ibu, Ayah, apa yang aku lakukan?" kemudian dia memalingkan pandangannya pada Mikael yang terbaring di atas kasur dengan darah yang masih menetes dari bekas gigitan taring Lucy tadi, Lucy kemudian membalut leher Mikael dengan kain agar darahnya berhenti menetes dan kemudian pergi dari tempat itu, dengan mengambil pakaian Mikael di lemari dan mengenakannya."Aku akan mengembalikannya nanti saat kita bertemu lagi, tapi kuharap kita tidak akan bertemu lagi wahai bangsawan," Lucy memanjat balkon kamar itu sampai ke lantai atas, ternyata dia ada di sebuah kastil jauh di dalam hutan. Terlihat nama di depan kastil itu "heroine," Lucy membaca namanya.Saat Lucy masih berdiri di lantai atas kastil, salah satu pelayan dari Mikael pun melihat Lucy dan berteriak "hey, siapa di sana?". Lucy dalam sekejap berlari menghilang meninggalkan kastil itu.
"Wah aku kenapa bisa jadi secepat ini? Apa karena aku meminum darah yang sesungguhnya dan bukannya tablet darah?" Lucy bertanya dalam hati. "Sebaiknya aku segera menemui dokter Robert," lanjut Lucy.
.....
Lucy pun akhirnya pergi menemui dokter pribadinya itu.
"Lucy, sedang apa kamu di sini?"
dokter Robert melihat Lucy dengan pakaian yang ditempeli bercak darah dan matanya yang masih berwarna emas terang."Dok," Lucy segera memeluk Dokter yang telah menjaganya sejak dia kecil itu.
"Ada apa, Lucy?" dokter Robert memastikan situasi sekitar. "Masuklah! Kita bicara di dalam saja!" lanjutnya sambil membawa Lucy masuk ke dalam.
Lucy pun didudukan dikasur pasien yang ada di ruangan dokter Robert.
"Ayo Lucy, cerita apa yang sebenarnya terjadi! Kenapa kamu terlihat sama persis seperti saat aku menemukanmu di jurang waktu itu?"
"Dok, aku telah melakukan kesalahan, hiks hiks," Lucy menutup wajahnya rapa-rapat sambil menangis.
"Apa maksudmu Lucy?" dokter Robert bingung akan sikap Lucy ini.
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy.
Bersambung...
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya."Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik."Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran."Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka meras
Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya."Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka."Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,""..." Lucy masih menatap Mikael datar."Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy."Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu."Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.Tak terasa antrian sudah panjang dibelak
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya."Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!""Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris."Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan."Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,""Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian."Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan."Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya."Ayah, hiks, hiks,""Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix mer
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya."Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka."Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,""..." Lucy masih menatap Mikael datar."Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy."Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu."Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.Tak terasa antrian sudah panjang dibelak
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya."Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik."Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran."Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka meras
Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan."Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu."Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu."Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya......Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya."Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilih
"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya."Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!""Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris."Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan."Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,""Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian."Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan."Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya."Ayah, hiks, hiks,""Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix mer