"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya.
"Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!"
"Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris.
"Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan.
"Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,"
"Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"
Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian.
"Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.
Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan.
"Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya.
"Ayah, hiks, hiks,"
"Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix meraih Lucy.
"Lari Lucy, LARIII!" Ibu Lucy menggigit tangan Felix dan membuat kesempatan agar Lucy dapat melarikan diri.
"Kau hanya manusia, manusia lemah yang akan kuhancurkan dengan sekali remasan" Felix mencekik leher Ibu Lucy sampai dia menggeliat tak karuan.
"Khhhh kuughhh, la-lari Luc-y k-ka-lu-lu-ng"
"IBUUUUU!"
Setelah selesai membunuh Ibunya Lucy, Felix pun melihat kearah Lucy dan Lucy pun mulai berlari menuruni kastil mereka di tengah hutan.
Hujan, petir dan kilat pun menyambar, hanya satu yang ada di benak Lucy saat itu, ia harus tetap hidup agar bisa membalas kematian Ayah dan Ibunya kelak."Aaaaaah," Lucy terjatuh karena jalanan yang licin.
"Berhenti juga kau bocah, keke, tenang tidak akan sakit, kau hanya akan menyusul Ayah dan Ibumu saja,"
Lucy terus merangkak menjauh dari Felix yang telah menyiapkan taring panjangnya itu. Perlahan, perlahan terus menjauh.
"Hhhh," Lucy terkejut karena tangan yang sedari tadi meraba tanah tak lagi menemukan pijakan. "Jurang?"
"Anak manis ayo kembali, dibawah sana adalah dunia lain, kau akan mati loh kalau melompat,"
"LUCYYYYY,"
.....
"AAAAA," Lucy terbangun dari mimpinya."Sial, mimpi ini lagi, kapan aku akan terbebas dari mimpi buruk ini, para vampire bangsawan itu, suatu hari mereka akan mati ditanganku,"
Lucy pun segera mengambil segelas air dan meminum obat penenang. Ya, selama enam belas tahun Lucy menghabiskan waktu dengan lari dari kenyataan dengan meminum obat-obatan agar dia tak terlalu memikirkan kejadian yang merenggut nyawa Ayah dan Ibunya dengan kejam itu.
Tik-tok... Tik-tok...
Suara jam dinding menunjukan pukul dua belas malam, waktunya Lucy bekerja paruh waktu di bar khusus vampir. Karena tubuh Lucy lebih didominasi oleh aroma Vampir jadi tidak ada satu pun diantara para vampir bangsawan yang mengenali Lucy sebagai darah campuran yang berharga. Karena sebenarnya vampir dan manusia tidak dapat memiliki keturunan, jadi kalau ada yang menemukan vampir dengan darah setengah manusia, maka akan menjadi incaran semua vampir karena konon katanya darah setengah vampir dapat membuat vampir berdarah murni atau pun vampir bangsawan menjadi tak terkalahkan dan tidak akan terluka walau dengan senjata perak sekalipun.
"Hari ini aku harus mendapatkan informasi dari mereka, Felix, tunggulah pembalasanku," ucap Lucy sambil melihat pantulan bayangan dirinya dikaca.
Sebelum pergi seperti biasa Lucy harus membawa beberapa pil darah karena dia tidak pernah meminum darah secara langsung, darah itu diberikan dokter pribadinya yang sudah dianggap seperti Ayahnya sendiri karena dia yang menolong Lucy saat Lucy terluka akibat terjatuh dari jurang saat itu.
Setelah memastikan segalanya telah siap, sekarang waktunya Lucy berangkat.
.....
"Lucy, cepat ganti baju, malam ini ada tamu penting di ruang VVIP kita, pastikan kamu membawa wine merah kualitas pertama dari pendingin untuk mereka yah, karena mereka adalah bangsawan langkah dari selatan," ucap pemilik bar itu pada Lucy.
"Baik Pak," jawab Lucy.
"Bangsawan dari selatan yah, mungkin hari ini akan ada petunjuk" gumam Lucy.
Lucy pun menyiapkan segala yang diperlukan.
"Wine, gelas, pembuka botol, baik sudah semua," Lucy memeriksa segala kelengkapan.
Setelah semuanya siap Lucy segera masuk ke ruang VVIP tersebut, di dalam, Lucy melihat 7 pria tampan yang sedang duduk dan meminum darah yang tersaji di gelas mereka.
Tok..tok.. "Permisi, saya membawakan wine yang telah dipesan," Lucy menaruh wine itu di meja mereka.
"Hei Mikael, kau baru saja kembali dari selatan, bagaimana suasana selatan ha? Apa banyak wanita di sana? Haha," kata seorang sambil menepuk bahu Mikael.
"Hei, hei, Valtos, kau jangan terlalu dekat dengan Mikael, dia belum mendapatkan mangsa sejak kembali dari selatan, wanita apanya? Bagi Mikael tidak ada wanita yang bisa memuaskan hasratnya itu, hahaha"
"Diamlah kalian semua! Hasrat apanya? Aku tidak memilih wanita untuk memuaskan hasrat belaka, aku hanya meminum darah mereka," ujar Mikael.
"Dilihat-lihat bar ini juga punya perempuan yang cantik-cantik yah, contohnya penyaji ini," kata salah seorang dari mereka sambil menatap Lucy dan menyeringai.
Mikael pun sontak mengarahkan pandangannya pada Lucy yang masih berdiri disudut ruangan tersebut, dilihatnya wanita berkulit putih pucat dengan rambut cokelat tua yang panjang tergerai sedang menatap dirinya juga.
"Aroma apa ini? Aroma manis," pikir Mikael sambil mengendus-endus sekelilingnya.
"Hei Mikael, kau kenapa mengendus-endus seperti itu?" tanya salah seorang temannya yang membuat pikiran Mikael buyar.
"Ah, tidak, tidak apa-apa," jawab Mikael.
"Bau apa yah tadi itu?" pikir Mikael dalam hati.
Tiba-tiba pandangan Lucy dan Mikael pun bertemu, sontak Lucy lansung mengalihkan pandangannya dan mohon undur diri dari ruangan itu.
"Saya permisi keluar sebentar," ucap Lucy.
Lucy akhirnya pergi keluar, dia merasakan sekujur tubuhnya panas. "Ada apa ini? Aku merasa sangat pusing," kata Lucy sambil memegang kepalanya.
Lucy pun akhirnya ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, dilihatlah sosok dirinya dikaca kamar mandi tersebut yang telah mengeluarkan taring dan mata emas yang bersinar.
"Kenapa harus sekarang, ini bukanlah waktunya," Lucy segera mengeluarkan tablet darah miliknya dan meminumnya, akan tetapi dia sangat kehausan, rasa haus ini belum pernah dia rasakan selama ini.
"Apa yang salah dengan diriku?" Lucy segera keluar dari kamar mandi dan hendak pulang ke rumah, tiba-tiba dia pun terjatuh dipelukan seorang pria.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Mikael yang sedari tadi juga pengi ke kamar mandi. "Aroma manis ini...," Mikael mengingat aroma manis yang tadi dia rasakan di ruangan bar itu. "Hei...," tiba-tiba Mikael melihat mata Lucy "indah sekali," ucap Mikael sambil mengusap wajah Lucy.
"Lepaskan aku!" Lucy memberontak.
"Aroma yang sangat menggoda wahai wanita, biarkan aku menghisap darahmu," Mikael mengendus leher Lucy dan menjilatinya.
Perlahan Lucy merasakan taring tajam Mikael menembus leher jenjangnya.
"Aaaaa," Lucy meringis kesakitan.
Bersambung...
Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan."Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu."Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu."Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya......Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya."Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilih
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya."Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik."Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran."Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka meras
Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya."Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka."Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,""..." Lucy masih menatap Mikael datar."Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy."Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu."Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.Tak terasa antrian sudah panjang dibelak
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya."Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka."Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,""..." Lucy masih menatap Mikael datar."Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy."Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu."Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.Tak terasa antrian sudah panjang dibelak
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya."Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik."Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran."Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka meras
Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan."Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu."Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu."Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya......Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya."Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilih
"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya."Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!""Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris."Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan."Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,""Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian."Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan."Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya."Ayah, hiks, hiks,""Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix mer