Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya.
"Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.
Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka.
"Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,"
"..." Lucy masih menatap Mikael datar.
"Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy.
"Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu.
"Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.
Tak terasa antrian sudah panjang dibelakang Mikael, tiba-tiba manager toko itu pun keluar dan melihat Mikael yang berdiri di depan kasir, seketika manager tersebut langsung mendatangi Mikael dan menyambutnya.
"Waah, Pak Mikael, akhirnya ada waktu datang juga mengunjungi toko ini," manager tersebut bersalaman dengan Mikael dengan ramahnya.
"Ah pak manager, iya, saya baru menyelesaikan cerita volume ke 7 buku itu," jelas Mikael.
"Buku itu sangat laku terjual, kisah takdir yang dramatis yang membangkitkan hasrat terdalam namun harus berakhir tragis, sungguh bakat yang luar biasa, Pak Mikael," puji manager tersebut.
Buku itu sebenarnya ditulis oleh Mikael dari tragedi masa lalu yang terjadi pada zaman nenek moyang Mikael.
"Ternyata buku itu ditulis olehnya, pantas saja manager datang sendiri dan menyambutnya," pikir Lucy dalam hati.
Tiba-tiba pandangan Mikael berubah memandang Lucy sambil berkata pada manager toko itu "Pak manager, bisakah aku meminjam karyawan Bapak ini sebentar?"
Lucy sontak mengerutkan dahinya dan menggigit bibir bawahnya kemudian bergumam, "apa lagi yang dia inginkan?" Lucy mendapatkan firasat buruk.
Mikael pun tanpa basa-basi langsung menarik Lucy ke ruang istirahat karyawan.
"Lepas! Pelan-pelan, heyy, sakit!" Lucy berusaha melepaskan genggaman tangan Mikael yang erat menggenggamnya itu, tiba-tiba Lucy didempetkan di tembok. "Apa maumu?" Lucy menatap Mikael tajam, tanpa berkata apa-apa Mikael langsung menerkam bibir Lucy dan mendorong tubuh Lucy dengan tubuhnya.
"Mmfff, mmm," Mikael memasukan lidahnya ke dalam mulut Lucy dan memadukannya dengan milik Lucy.
"Aku tidak bisa bernafas, pusing," pikir Lucy dalam hati. Lucy belum pernah berciuman seperti itu, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, akan tetapi perlahan dia pun mulai mengikuti setiap pola ciuman yang diberikan oleh Mikael padanya, perlahan dia pun mulai menggunakan lidahnya dan bernafas dengan benar.
"Mmmff, hahh, hah, hah," Mikael akhirnya melepaskan ciumannya dari Lucy, nafasnya kian berat dirasakan Lucy, pandangannya memudar, pria ini sangat tampan bagaikan pangeran dengan mata berwarna merah delima yang bersinar.
"Hah, hah, Lucy, aku sungguh hah... tak bisa melepaskanmu," Mikael mengusap rambut Lucy yang basah akibat keringat yang menutupi wajahnya itu, Lucy terlihat sangat cantik dimata Mikael, wanita itu benar-benar telah membuat Mikael gila.
"Hentikan!" Lucy mendorong Mikael menjauh dan mengusap bibirnya. "Dasar pria mesum, apa yang sebenarnya kamu lakukan?" lanjut Lucy dengan raut wajah yang marah dan terkejut, akan tetapi wajahnya memerah pada saat yang sama.
"Lucy, ciumanku tadi, kau menyukainya kan?" Mikael mengusap telinga Lucy yang membuatnya tersentak karena geli. "Lihat! Telingamu sangat sensitif, apa benar kamu tidak menyukai hal kita perbuat tadi?" Mikael menyeringai menatap wajah Lucy.
"DIAM!" Lucy memelototi Mikael. "Aku tidak pernah menyukai bangsawan sombong sepertimu, tidak, aku tidak akan pernah menyukai bangsawan sepertimu!" Teriak Lucy sambil menutup matanya erat-erat dan mengepalkan kedua telapak tangannya.
Mikael sangat terganggu dengan kata bangsawan yang dilontarkan oleh Lucy, kenapa Lucy sangat membenci bangsawan? Ataukah dia hanya membenci Mikael seorang karena melakukan segala hal itu pada Lucy?, semua pertanyaan itu berputar di kepala Mikael dan membuatnya makin mengerutkan dahinya menahan amarah.
"Lucy, bilanglah! kamu juga suka padaku kan!" Mikael meremas lengan Lucy dengan erat, dia bisa merasakan perasaan Lucy saat berciuman dengannya tadi, karena setiap vampir yang telah saling meminum darah masing-masing dapat mengetahui perasaan pasangannya dengan menciumnya.
"Pergi! Aku tidak ingin melihatmu lagi dan segala tindakan gilamu itu! PERGII!" Lucy menunjuk ke arah pintu dan menyuruh Mikael pergi meninggalkannya.
"Hah,, sunguh mengagumkan kau Lucy, kau tidak mengakui apa-apa dan hanya menyuruhku pergi? Plok, plok, plok," Mikael tersenyum sambil bertepuk tangan menyikapi permintaan Lucy tersebut.
"Kau tidak ada bedanya dengan dia, kalian para bangsawan pada akhirnya hanya akan membawa malapetaka," Lucy memandang rendah pada Mikael.
"Dia? Dia siapa? Tidak semua bangsawan itu sama, Lucy. Kau harus tahu itu!" Mikael mencoba menjelaskan pada Lucy agar Lucy tak menganggapnya sama seperti bangsawan lainnya.
"Cukup, Mikael! Kalau kamu tidak mau pergi, biar aku yang pergi," Lucy akhirnya pergi meninggalkan Mikael yang masih berdiri di tempatnya semua tanpa bergerak sedikit pun.
"Ada apa dengan wanita itu? Dia pikir dia siapa? Harusnya dia bersyukur aku menaruh perhatian lebih padanya, aisssh" Mikael marah-marah menghadap ke tembok "sial," Mikael menjambak rambutnya kemudian dia bergegas pegi keluar.
Lucy yang masih berdiri di depan meja kasir itu menundukan pandangannya seakan tak ingin melihat wajah Mikael yang berjalan melewatinya, Mikael pun membuang pandangannya dan pergi meninggalkan toko buku tersebut dengan perasaan marah yang dirasakannya.
.....
Selang beberapa jam kemudian, tibalah saat Leo dan Lucy mengunjungi panti jompo untuk melakukan kerja amal bersama setiap minggunya.
Kling... Suara bukaan pintu yang berbunyi.
"Lucy," sapa Leo dengan mengangkat tangan kanannya dan tersenyum.
"Leo, tunggu sebentar, aku mau ganti baju dulu!" ucap Lucy sambil merapikan bajunya dan membawa tas berisi baju ganti ke ruang ganti wanita.
Leo pun mengangguk, beberapa saat kemudian Lucy telah selesai mengganti bajunya dan mereka pun siap berangkat ke panti jompo itu.
"Lucy, pakai ini dulu!" Leo memakaikan helm pada Lucy, Lucy dengan rambut panjangnya itu tampak sangat cantik saat Leo pandangi, akhirnya mereka berdua pun berangkat.
.....
Sesampainya di sana, Lucy dan Leo dikejutkan oleh sosok Mikael dan teman-temannya yang ternyata melakukan hal yang sama dengan mereka, Mikael melihat ke arah Lucy namun Lucy menganggap Mikael seperti tembus pandang dan mengabaikannya.
"Untuk apa para bangsawan ada di sini? Jangan-jangan mereka mau macam-macam dengan nenek jompo di panti ini?" pikir Lucy, karena sekarang banyak berita bahwa ditemukannya mayat manusia yang dilehernya ada bekas gigitan seperti hewan buat dengan dua lubang yang dalam, Lucy menerka-nerka pasti ini semua hanyalah ulang para bangsawan sombong itu, Lucy pun terus mengamati hingga ada salah seorang dari teman Mikael yang gerak geriknya mencurigakan di mata Lucy.
Bersambung...
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya."Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!""Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris."Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan."Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,""Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian."Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan."Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya."Ayah, hiks, hiks,""Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix mer
Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan."Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu."Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu."Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya......Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya."Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilih
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya."Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik."Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran."Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka meras
Saat itu, Mikael membiarkan sejenak wanita yang sedang menangis tersedu-sedu setelah kematian nenek yang sangat dia sayangi itu. Mikael bisa merasakan rasa sayang yang terpancarkan dari tatapan mata indah Lucy, pada nenek tua itu. Tak selang beberapa waktu kemudian, Lucy pun tersadar dan melepaskan dirinya dari dekapan hangat Mikael. "Lepaskan aku! Ma-maaf." Wanita itu berseru, sambil mendorong perlahan tubuh Mikael jauh dari tubuhnya. "Ada apa Lucy? Apakah kau sudah tenang?" tanyanya, dengan nada yang sangat lembut. Seakan Lucy adalah wanita yang sangat dia hargai. Lucy pun menatap bingung ke arah pria yang saat itu sedang menatap dirinya juga. Ya, walau apapun yang terjadi, bangsawan tetap bangsawan. Lucy tidak akan pernah membiarkan dirinya terhipnotis oleh kebaikan para bangsawan, yang nantinya akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
Lucy melihat gerak gerik yang mencurigakan dari salah seorang teman Mikael yang turut membantu di panti jompo itu.Pelan-pelan Lucy membuntutinya dari belakang,"Huh? Sedang apa pria itu?" terlihat pria yang diikuti Lucy itu sedang membawa seorang nenek ke ruang belakang panti jompo, hanya mereka berdua. "Apa yang ingin dia lakukan?" Lucy terus menelusuri dengan seksama kejadian di depan matanya itu, tiba-tiba pria itu menghilang dari sana dan nenek yang tadi datang bersamanya juga sudah tidak ada. "Apa? Dimana mereka berdua?" Lucy mengerutkan dahinya, dia sangat emosi dan dengan kepala panas dia pun segera mencari Mikael."Dimana Mikael?" Lucy melihat menelusuri ruangan tempat Mikael dan teman-temannya duduk tadi. "MIKAEL!" teriak Lucy yang membuat pria itu pun terbangun dari kursi disisi kanan Lucy."Yaawwnn, hey ada apa Lucy?" Mikael yang baru bangun dari tidurnya itu tidak tahu apa yang terjadi dan baru saja mengumpulkan kesadarannya.Lucy ya
Lucy sangat terganggu akan kehadiran Mikael didekatnya, tapi yang lebih membuat dia khawatir adalah kenyataan bahwa dia bisa merasakan saat pria itu ada disekitarnya."Lucy, sepertinya aku belum memperkenalkan namaku yah, aku Mikael, bangsawan dari utara," ujarnya sambil menyodorkan tangan pada Lucy.Lucy menatap tangannya tanpa berkata-kata kemudian suasana semakin canggung diantara mereka."Lucy, kau menyakiti harga diriku, tidak pernah ada wanita yang menolaku selama ini,""..." Lucy masih menatap Mikael datar."Lucy, kau memang wanita yang menarik, suatu saat akan kubuat kau menjadi miliku," Mikael membisikannya di telinga Lucy."Jangan dekat-dekat!" Lucy mendorong wajah Mikael yang sangat dekat dengan telinganya itu, wajahnya memerah karena malu."Ooww, ternyata kamu ada sisi seperti ini juga Lucy, semakin menarik saja," Mikael menyeringai sambil menatap wajah Lucy yang memerah itu.Tak terasa antrian sudah panjang dibelak
"Dok, hari ini aku meminum darah vampire dan lagi dia adalah bangsawan berdarah murni," ujar Lucy dengan ekspresi ketakutannya."Lucy, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Kamu tahu kan, kamu ini darah campuran, kamu tidak bisa meminum darah vampire murni begitu saja sebelum menginjak usia dewasa, tubuhmu belum bisa menerimanya, itu akan berbahaya bagi sifat manusiamu," jelas dokter Robert yang membuat Lucy semakin panik."Terus aku harus bagaimana, Dok? Vampire berdarah murni itu, dia mengeluarkan aroma yang membuatku pusing, tiba-tiba saja aku sudah melupakan segalanya," Lucy memeluk dirinya sendiri erat-erat dengan tubuh yang masih gemetaran."Aroma? Apa Lucy bisa merasakan aroma vampire lain? Dia kan darah campuran, lagipula vampire hanya mengeluarkan aroma pada- huuh???" tiba-tiba dokter Robert mengingat sesuatu hal yang mustahil terjadi, dahulu kala ada sepasang pasangan vampire yang tinggal di kastil utara, mereka saling mencintai namun setelah mereka meras
Mikael menancapkan kedua taringnya pada leher Lucy, seketika Lucy berteriak kesakitan."Aaaa, sssssh, sakiit," Lucy meringis.Saat itu adalah pertama kalinya bagi Mikael merasakan darah yang senikmat itu, manis, harum, nikmat, membuatnya jadi ketagihan. Mikael terus menyedot darah yang mengalir dari pembuluh darah wanita itu."Glug.. Glug..," suara Mikael meneguk darah Lucy bagaikan kecanduan.Lucy tidak berlutik dibuatnya, dalam posisi yang setengah sadar itu, tiba-tiba Mikael mencicipi bibir indah Lucy, dengan ganasnya dia melumat bibir Lucy yang lembut itu."Huh?? Aku sedang beciuman dengan siapa ini? Nikmat sekali, aku semakin pusing," Lidah Mikael Dan Lucy terus beradu dengan ganasnya hingga Lucy pun kehilangan kesadarannya......Lucy pun membuka matanya, dia sedang berada di atas kasur yang sama sekali tidak dikenalnya."Huh??" Lucy melihat sekeliling. "Ssshhh, kepalaku," Lucy memegang kepalanya.Dari kejauhan dilih
"Hiks.. hiks.. Ayah," tangisan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik lemari sambil memeluk Ibunya."Lucy, apapun yang terjadi jangan keluar! Dengar kata Ayah!""Aakkhhh," Ayahnya menjerit histeris."Leo, katakan dimana anakmu hah! Aku tak sabar ingin mencicipi darahnya itu, aaah sudah lama aku tak sesenang ini" pria itu gemetar kegirangan."Cuuih, jangan mimpi kau Felix, tak akan kubiarkan kau menyentuh sehelai rambut pun milik anakku,""Benarkah? Pffttt! Kalau begitu MATILAH!"Felix menghujamkan pedang perak tepat di jantung Leo, Leo pun terbelah menjadi beberapa bagian."Kyaaaaa, Ayahhhh" Lucy berteriak histeris dari balik lemari.Kreeakk.. Suara lemari terbuka perlahan."Ahaa,, kekeke di sini rupanya kau anak manis" Lucy gemetar ketakutan melihat Felix yang dilumuri darah di sekujur tubuhnya."Ayah, hiks, hiks,""Ayahmu sudah mati, Nak, sekarang giliranmu, kekeke" Felix mer