Share

Di Tinggal Mati

Penulis: Shins Wijaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-23 12:57:37

My StepBrother, I Love U.

Bagian 2

DITINGGAL MATI

~Menjadi bintang dilangit.~

🍁

Hari ini adalah hari pemakaman Mama.

Rania, begitulah orang orang memanggilnya. Wanita cantik yang di kenal pekerja keras dan seorang ibu yang penyayang itu menghembuskan napas terakhirnya tadi malam.

Meninggalkan suami dan juga anak laki-kakinya yang baru berusia 18 tahun. Rania meninggal karena penyakit jantung yang ia derita. Dua malam sebelum kepergiannya, dia mengalami serangan jantung dan harus di larikan ke rumah sakit. Namun, waktunya ternyata tidak berlangsung lama. Setelah perawatan intensif yang ia terima, keadaannya semakin memburuk dan akhirnya menutup usia pada umur 40 tahun.

Zian begitu syok atas kepergian Mamanya. Dia tidak henti-hentinya menangis saat sang Mama di bawa kembali ke rumah untuk di kebumikan.

Bi Asri, selaku asisten rumah tangga sekaligus ibu asuh Zian terus memeluk anak itu agar dia berhenti menangis. Sebab jika Zian terlalu berlarut dalam kesedihannya, bi Asri takut anak itu akan membahayakan dirinya sendiri.

"Den, udah ya." wanita paru baya itu menyeka kedua pipi Zian yang di banjiri airmata. "Jangan nangis terus." ucapnya menenangkan. Dia memeluk Zian dan mengusap punggung lelaki itu tanpa henti.

Zian yang hancur, nyaris tidak tahu bagaimana caranya berhenti menangis. Airmatanya terus mengalir setiap kali ia ingat kenangan akan Mamanya. Dadanya sakit saat menerima kenyataan bahwa sang Mama kini sudah tiada. Pergi untuk selama-lamanya.

"Mama udah nggak ada, bi. Mama ninggalin aku." racaunya dengan suara parau dan napas tersendat-sendat karena cegukan. Dia menangis sepanjang hari, sampai matanya bengkak dan dadanya nyeri.

Zian memeluk bi Asri dengan erat, berharap bisa menghibur diri dari keterpurukan yang ia alami.

"Iya, nak. Bibi tau." bi Asri mengusap punggungnya lagi. "Kalo Aden nggak kuat, Aden nggak perlu ikut ke pemakaman. Di sini aja, ya. Bibi temenin."

Remaja tanggung itu menggelengkan kepalanya. "Aku mau ikut. Aku harus ikut."

"Aden boleh ikut kalo udah tenang, ya. Masih nangis gini, nanti kalo ada apa apa di jalan gimana?" bi Asri memperingati. Dia tahu betul jika anak asuhnya itu pasti memaksa untuk ikut pergi. Tapi, demi keselamatannya dia harus memastikan Zian sudah dalam kondisi tenang.

Lelaki itu, meski masih sesegukan, dia mengelap kedua pipinya dan menatap bi Asri dengan wajah meyakinkan. Dia ingin ikut, dia ingin melihat Mamanya untuk yang terakhir kali. "Aku udah nggak apa apa, bi."

🍁

Di pemakaman, Arga yang sebenarnya tengah bersedih, mau tak mau ikut andil dalam pengebumian istrinya. Dia turut mengangkat peti jenazah Rania dan mengebumikannya ke dalam liang lahat.

Tangisan dari para kerabat kembali pecah saat doa-doa di panjatkan ketika gundukan tanah kembali menutupi lubang pusara Rania. Zian pun kembali terisak ketika makam Mamanya di guyuri air dan bunga-bunga. Sempat ia ingin mendekat dan menyentuh nisan sang Mama ketika tiba-tiba tubuhnya melemas seperti tanpa tenaga. Dia jatuh, lalu pingsan tepat setelah bi Asri memegangi tubuhnya.

"Aden? Den Zian?" usaha bi Asri mengguncang tubuh Zian dan menepuk pipinya tampak tak begitu berpengaruh. Remaja itu benar benar kehilangan kesadaran.

"Zian?!" Arga yang berada tak jauh dari mereka, dengan gesit mengambil alih tubuh anaknya dari bi Asri. "Zian bangun, nak. Zian?" Arga mengusap wajah dan kening anaknya yang pucat. Dia sangat cemas, pasalnya napas anaknya itu terlihat tak stabil.

"Bibi bawa inhalernya?" Arga menatap pada bi Asri. Wanita paru baya itu langsung memberi anggukan kepala. "Ada, di dalam tas. Sebentar." dia beringsut mengubek-ubek isi tas yang ia selipkan di lengannya.

"Ini." sebuah benda berwarna biru ia serahkan pada Arga.

Arga mengambilnya dengan cepat kemudian membuka sedikit mulut Zian agar anaknya itu dapat menghirup salbutamol dari uap inhaler tersebut.

Arga kemudian membaringkan Zian di tanah yang datar, membuka semua kancing kemeja hitam yang di kenakan oleh Zian dan memberi isyarat pada orang-orang di sekitar untuk sedikit menjauh agar memberi mereka ruang udara yang cukup.

"Bi, suruh pak Amin bawa mobilnya ke sini. Kita harus bawa Zian ke rumah sakit." Arga berseru pada wanita di depannya.

"Iya, pak." Bi Asri mengangguk kemudian berdiri. Namun, seseorang mencegahnya ketika dia hendak pergi.

"Rumah sakit jauh dari sini. Bawa ke rumah Oma aja, ada Rangga yang kebetulan lagi cuti di rumah."

"Oma Linda?" Arga tercenung saat menatap wanita tua di depannya itu.

"Tunggu apa lagi? Ayo, bawa anak kamu sekarang."

"Baik Oma, terima kasih." Arga membungkuk beberapa kali sebelum akhirnya mengangkat tubuh Zian ke dalam pangkuannya. Dia pergi ke arah parkiran pemakaman bersama bi Asri yang setia mengekor di belakang.

🍁

Langit mulai gelap, Zian terbangun dan mendapati diri tengah berada di sebuah kamar. Suasananya begitu tenang dan sunyi. Tubuhnya terasa lemas, sampai sulit sekali bergerak. Beberapa saat kemudian ia menyadari sesuatu menancap di punggung tangannya. Sebuah infusan. Dia menengok ke samping, ada bi Asri tengah tertidur di sebuah sofa berwarna coklat.

Aneh, Zian merasa ini bukanlah kamarnya. Semuanya berbeda, tapi tempat ini sama sekali tidak asing di kepalanya. Seperti pernah dia lihat.

"Udah bangun?" suara lembut menyapa telinganya ketika seseorang berjalan masuk melalui pintu. Zian mengedipkan matanya beberapa kali, dia ingat sekarang. Ini adalah rumah Oma Linda. Dan yang berbicara padanya barusan adalah Dokter Rangga, anak tunggal Oma.

"Udah enakan?" Rangga mendekat dan membelai rambut Zian. Remaja itu hanya mengangguk lemah.

"Malam ini, tidur di sini aja, ya? Besok baru pulang ke rumah."

"Kenapa?" Zian menautkan alisnya bingung.

"Papa kamu masih sibuk ngurus ini itu. Di rumah juga banyak orang yang pulang pergi. Kamu nggak akan bisa istirahat." Rangga menjelaskan. Tapi, tampaknya Zian kurang setuju.

"Malem ini kan ada pengajian buat Mama."

"Kakak tau." dia kembali mengusap surai legam milik Zian. "Tapi kan kondisi kamu lagi seperti ini. Gimana kalo nanti kamu pingsan lagi? Papa kamu pasti kerepotan." Rangga diam sejenak ketika anak di depannya itu memurung. "Bi Asri juga cape, Nara. Kasian."

Zian kembali melirik ibu asuhnya itu. Wanita itu terlihat tidur dengan lelap di sana. Rasanya, Zian tidak akan tega untuk membangunkan bi Asri dan mengajaknya kembali pulang.

Dengan berat hati, mau tak mau Zian akhirnya setuju untuk menetap malam ini.

Sebenarnya, jarak rumah Oma Linda dan rumah dirinya tidak begitu jauh. Hanya sekitar beberapa ratus meter saja. Zian mengenal keluarga ini sejak dia masih kecil, karena dulu penyakitnya sering kali kambuh di malam hari dan rumah sakit begitu jauh dari rumahnya, maka Rangga lah yang menjadi jalan alternatif bagi Zian. Dari mulai pria itu masih duduk di bangku kuliah sampai saat ini. Saat dia telah menerima gelar dokter spesialis anak.

"Udah ... Jangan mikirin apa apa lagi. Kamu harus istirahat. Kakak bawain makanan dulu, ya. Tunggu sebentar."

"Nggak usah." Zian menggeleng dengan cepat. "Aku nggak lapar."

Rangga menghela napas dalam. Dia menatap Zian dengan cukup maklum, mengingat remaja ini baru saja di tinggalkan ibunya, dia harus lebih bersabar dalam membujuk Zian.

"Bi Asri bilang kamu nggak makan dari pagi. Mana mungkin nggak lapar. Udah, tunggu aja. Nanti kakak balik lagi."

Zian tidak bisa menolak lagi. Selain Rangga yang begitu bersikeras, perutnya sebenarnya juga sedikit keroncongan.

Setelah pria tinggi berkulit putih dengan rambut kastanye itu pergi, Zian kembali termenung dan larut dalam pikirannya.

Hari ini Mama tidak lagi ada di dunia. Dia sendirian,  meski sebenarnya tidak benar benar sendiri. Ada Papa dan juga bi Asri yang masih menemaninya. Tapi, jelas akan terasa berbeda. Mama punya tempat sendiri di hatinya, dan karena kepergian yang tergolong 'mendadak' hati Zian juga mendadak menjadi kosong.

Di samping ranjang, ada sebuah jendela tinggi dengan tirai yang di biarkan terbuka. Zian menatap hampa pada langit malam yang gelap dan di hiasi bintang-bintang kecil yang berkilauan di balik kaca.

Konon katanya, orang-orang yang meninggal akan berubah menjadi bintang di angkasa dan akan senantiasa melihat kita dari atas sana. Namun, Zian enggan percaya pada dongeng itu, karena dia tahu bahwa semua makhluk hidup di dunia ini hanya akan menjadi tanah saat mereka mati.

🍁

Bab terkait

  • My StepBrother, I Love U.    Hidup Terus Berjalan

    My StepBrother, I Love U. bagian 3HIDUP TERUS BERJALAN~Banyak yang peduli sama lo!~🍁Seminggu berlalu, remaja tanggung bersurai legam itu masih setia mengurung dirinya di dalam kamar. Beberapa temannya bahkan datang berkali-kali untuk membujuknya agar mau kembali bersekolah. Namun, Zian tampaknya belum memulihkan hati dari kehancurannya di tinggal sang Mama. Dia enggan pergi kemana pun, termasuk ke sekolah. Sama seperti kemarin, Danu Ardana, remaja tinggi dengan pinggang ramping dan gaya rambut spiky-nya datang lagi ke rumah Zian, untuk menjenguk sekaligus membujuk lelaki itu agar mau keluar dari sarangnya. Danu bukan hanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • My StepBrother, I Love U.    Manusia Bernama Rere

    My StepBrother, I Love U. Bagian 4MANUSIA BERNAMA RERE~Dia anak Papa, adik kamu~🍁Di dalam stadion, empat remaja itu duduk di jejeran paling depan. Tak banyak yang menonton pertandingan, mengingat ini hanya turnamen biasa yang selalu di adakan setiap minggu."Tunas bangsa! Tunas bangsa!""Cakar elang! Cakar elang!"Sorak sorai para gadis berpom-pom menambah ramai suasana di dalam stadion. Mereka secara bergantian menyoraki kedua kubu yang tengah sengit beradu taktik di lapangan. Grup Cakar elang mengguli skor sementara, di mana mereka mendapat nilai cukup jauh di banding grup lawannya yaitu Tunas bangsa.Zian tampak menikmati laju pertandingan. Matanya begitu fokus pada

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • My StepBrother, I Love U.    Mendadak Menjadi Kakak

    My StepBrother, I Love U. Bagian 5MENDADAK MENJADI KAKAK~Nggak ada mirip-miripnya~ 🍁"Den." bi Asri memanggil sembari mengetuk pintu kamar bercat coklat tempat Zian berada. "Papa manggil buat makan.""Aku nggak makan, bi. Mau langsung tidur aja." Zian menyahut dari dalam."Tapi, tadi siang kan aden nggak makan." bi Asri berucap dengan cemas."Udah makan, kok. Bareng Danu." Zian berbohong. Dia sebenarnya lapar, hanya saja malas jika harus bertemu lagi dengan Rere. Dia tidak suka gadis itu."Yaudah, bibi kasih tau Papa aden."Zian tidak menjawab. Setelahnya, bi Asri langsung pergi.Zian menjatuhkan diri di atas ranjang yang empuk. Dengan kedua tangan menopang kepala, dia menatap langit-langit kamarnya. Menghela napas beberapa kali se

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • My StepBrother, I Love U.    Orang yang tidak pengertian

    My StepBrother, I Love U. Bagian 6 ORANG YANG TIDAK PENGERTIAN~ Ma, Rere nggak betah ~ 🍁 Menjadi Rere tidaklah mudah. Gadis itu tengah mengepak pakaian ke dalam koper saat Papa dan Mamanya berselisih paham di ruang tengah. Mereka saling tuding, saling melempar tanggung jawab atas anak mereka, Rere. Menentukan siapa yang akan membawa gadis itu nanti. Karina, wanita cantik dengan kulit seputih giok dan rambut kastanye bergelombang yang menutupi kedua bahunya itu sedang mengomel. Dia melayangkan protes-protesnya pada Arga, sang suami. Dengan lantang wanita itu menuduh Arga tidakmau ikut bertanggung jawab atas kehidupan Rere. Dan lebih memprioritaskan Zian, anak dari istri pertamanya. Arga tersungu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • My StepBrother, I Love U.    Tentang Zian

    "Rere Sini." Amel memanggil sembari menepuk-nepuk bangku di sebelahnya. Tepat saat Rere bingung hendak duduk di mana setelah di usir oleh Zian kemarin, gadis tomboy itu memberinya solusi. "Duduk bareng gue aja." ajaknya. Rere mendekat lalu duduk di bangku sebelah Amelia dengan hati-hati. "Thanks.""Kemaren kenapa pulang gitu aja?" Amel bertanya, dia menyatukan tangannya pada meja kemudian membaringkan kepala, menatap pada Rere. Gadis berambut kastanye itu menggeleng kaku. "Nggak apa apa."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • My StepBrother, I Love U.    Pilih Kasih?

    Malam itu, Rere tidak bisa tidur. Dia terus merapatkan matanya kuat kuat, namun tak juga terlelap.Bayangan wajah Zian, dan moment ketika lelaki itu mengucapkan terimakasih terus berputar di kepalanya seperti role film.Kesal berguling guling tanpa arah, gadis berambut kastanye itu bangkit dan duduk bersidekap di atas kasur. Di tengok jam dinding yang ada di dekat jendela, pukul 02.05 dini hari.Shitt!Dia benar benar tidak diberi rasa kantuk sedikit pun.Setelah menghela napas panjang berulang kali, Rere akhirnya memutuskan turun dari ranjang, berjalan ke arah dapur untuk membuat susu hangat.Katanya, meminum susu membuat orang cepat mengantuk. Dia ingin mencoba metode itu. Barang kali berhasil.Setelah menyusuri ruang demi ruang rumah yang gelap, gadis bernama asli Renata itu menyalakan saklar lampu dapur. Ia beringsut membuka kulkas dan mengambil kotak susu UHT berukuran 1 liter. Menuangkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • My StepBrother, I Love U.    Angel Or devil?

    Bel sekolah berbunyi.Menandakan waktu pembelajaran telah berakhir. Rere menoleh ke sebelah kirinya, ke arah bangku yang Zian duduki. Di sana, remaja itu tengah berbincang heboh bersama teman-temannya sembari merapikan alat tulis ke dalam tas.Jarang sekali Rere melihat dia tertawa lepas, atau bahkan tersenyum saat berbicara dengannya. Tapi, saat melihat Zian begitu ekspresif bersama teman-temannya, entah mengapa gadis itu menjadi ikut merasa senang.Apa Zian akan bermain basket lagi?Apa dia harus menunggu seperti kemarin?"Abis ini, lo free nggak, Re?" Amel teman sebangkunya tiba tiba bertanya.Rere spontan menoleh padanya. "Mm .. Iya, kenapa emang?"Gadis tomboy itu memajukan wajahnya lalu berbisik. "Hang Out, yuk.""Kemana?""Ada deh. Lo pasti suka." ucap Amel sambil menggoyangkan alisnya percaya diri."Iya, tapi kemana dulu?""Southbank."Rere kontan mengerutkan alisnya. "Tempat apaan tuh?""Makanya ikut aja.""Sekarang?"Amel tidak bisa untuk tidak menahan tawa. Teman sebangkuny

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • My StepBrother, I Love U.    Hang Out

    Malam sabtu ini, untuk pertama kalinya Rere pergi keluar rumah. Dia seperti menemukan kehidupan baru di jalan jalan Bandung yang ramai.Amel menunjukan beberapa angkringan makanan ringan yang bisa mereka beli untuk sekedar mengganjal perut. Dari mulai batagor, cilok bakar sampai tahu isi. Rere menikmati cemilannya bersama si gadis tomboy.Mereka berkeliling alun alun raya yang ramai dengan pedagang dan pengunjung, ada pula turis yang sedang berwisata kuliner, mereka tampak menikmati jajanan khas Bandung sama seperti Rere.Amelia menceritakan beberapa tempat yang bagus yang biasanya dipenuhi pengunjung, dia juga menceritakan pengalaman kencan pertamanya dengan seorang pria di taman jomblo. Lalu bernostalgia mengingat bagaimana dulu dia berubah menjadi tomboy seperti sekarang.Rere menjadi pendengar yang baik sepanjang perjalanan petualangan mereka. Dia menyukai sifat terbuka Amelia dan cerita cerita lucunya meski beberapa terdengar kurang masuk akal.Di sini, Rere akhirnya memutuskan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04

Bab terbaru

  • My StepBrother, I Love U.    Masalalu

    "Oma, Zian cuma tanya ... Emang ada kejadian apa waktu Zian kecil?" Remaja itu terus mendesak wanita tua di depannya karena rasa penasaran yang luar biasa. Sejak Oma Linda bilang kalau dia tahu tentang Rere dan juga Mama tirinya, Zian seperti dihantui sesuatu. Dia mengalami kejadian serius dahulu, tapi tidak dapat ia ingat sama sekali. "Omaaa ..." Zian kembali merengek. Wanita tua yang di panggil Oma itu menyimpan cangkir tehnya pada tatakan. Di atas bukit belakang rumahnya, mereka menggelar sebuah kain kecil untuk piknik sekedar menikmati pemandangan pagi di taman bunga buatannya. Dia merawat tempat ini dengan sangat apik dan tertata. Bunga bunga yang berwarna warni begitu terlihat cantik dan menawan saat di terpa sinar matahari pagi. Maniknya yang sayu dengan kelopak mata yang turun karena faktor usia tidak memadamkan semangat dalam diri jompo tua itu. Dia menatap Zian dengan jutaan perasaan yang tidak bisa di jelaskan. Bibir keriputnya tersenyum, tapi matanya menyiratkan rasa i

  • My StepBrother, I Love U.    Jatuh Cinta?

    "Eh gue anterin pulang, ya?" tawar Roni menawarkan tumpangan pada Rere saat Gadis itu hendak pulang bersama Amelia.Rere menjawab "Enggak usah. Gue pulang bareng Amel, aja. Kita naik motor, kok." ucapnya masih terlihat malu-malu. Roni tersenyum. "Mending sama gue aja. Gue bawa mobil. Ya, siapa tau nanti hujan kan nggak bakal kehujanan." pria itu belum menyerah. Rere menengok ke arah temannya. "Terus Amel gimana?" Gadis tomboy itu menepuk bahu Renata dengan santai "Gak usah pikirin gue, gue bisa kok balik sendiri." ucapnya. "Tapi kan udah malem juga. masa iya gue pulang ke rumah jam segini." "Eh, iya juga sih." Amelia berpikir. "Ya udah lo nginep di rumah gue aja. Besok pagi gue anterin lo pulang.""Oke." Rere tampak setuju. "Gue nginep di rumah lo.""Jadi ... Nggak mau diantar, nih?" Roni kembali bertanya. "Enggak deh, kak. Next time aja." jawab gadis itu sambil tersenyum. "Oke." Roni menoleh ke arah Amel. "Lain kali ajak dia nongki bareng kita lagi di sini." ucapnya. "Siappp

  • My StepBrother, I Love U.    Hang Out

    Malam sabtu ini, untuk pertama kalinya Rere pergi keluar rumah. Dia seperti menemukan kehidupan baru di jalan jalan Bandung yang ramai.Amel menunjukan beberapa angkringan makanan ringan yang bisa mereka beli untuk sekedar mengganjal perut. Dari mulai batagor, cilok bakar sampai tahu isi. Rere menikmati cemilannya bersama si gadis tomboy.Mereka berkeliling alun alun raya yang ramai dengan pedagang dan pengunjung, ada pula turis yang sedang berwisata kuliner, mereka tampak menikmati jajanan khas Bandung sama seperti Rere.Amelia menceritakan beberapa tempat yang bagus yang biasanya dipenuhi pengunjung, dia juga menceritakan pengalaman kencan pertamanya dengan seorang pria di taman jomblo. Lalu bernostalgia mengingat bagaimana dulu dia berubah menjadi tomboy seperti sekarang.Rere menjadi pendengar yang baik sepanjang perjalanan petualangan mereka. Dia menyukai sifat terbuka Amelia dan cerita cerita lucunya meski beberapa terdengar kurang masuk akal.Di sini, Rere akhirnya memutuskan m

  • My StepBrother, I Love U.    Angel Or devil?

    Bel sekolah berbunyi.Menandakan waktu pembelajaran telah berakhir. Rere menoleh ke sebelah kirinya, ke arah bangku yang Zian duduki. Di sana, remaja itu tengah berbincang heboh bersama teman-temannya sembari merapikan alat tulis ke dalam tas.Jarang sekali Rere melihat dia tertawa lepas, atau bahkan tersenyum saat berbicara dengannya. Tapi, saat melihat Zian begitu ekspresif bersama teman-temannya, entah mengapa gadis itu menjadi ikut merasa senang.Apa Zian akan bermain basket lagi?Apa dia harus menunggu seperti kemarin?"Abis ini, lo free nggak, Re?" Amel teman sebangkunya tiba tiba bertanya.Rere spontan menoleh padanya. "Mm .. Iya, kenapa emang?"Gadis tomboy itu memajukan wajahnya lalu berbisik. "Hang Out, yuk.""Kemana?""Ada deh. Lo pasti suka." ucap Amel sambil menggoyangkan alisnya percaya diri."Iya, tapi kemana dulu?""Southbank."Rere kontan mengerutkan alisnya. "Tempat apaan tuh?""Makanya ikut aja.""Sekarang?"Amel tidak bisa untuk tidak menahan tawa. Teman sebangkuny

  • My StepBrother, I Love U.    Pilih Kasih?

    Malam itu, Rere tidak bisa tidur. Dia terus merapatkan matanya kuat kuat, namun tak juga terlelap.Bayangan wajah Zian, dan moment ketika lelaki itu mengucapkan terimakasih terus berputar di kepalanya seperti role film.Kesal berguling guling tanpa arah, gadis berambut kastanye itu bangkit dan duduk bersidekap di atas kasur. Di tengok jam dinding yang ada di dekat jendela, pukul 02.05 dini hari.Shitt!Dia benar benar tidak diberi rasa kantuk sedikit pun.Setelah menghela napas panjang berulang kali, Rere akhirnya memutuskan turun dari ranjang, berjalan ke arah dapur untuk membuat susu hangat.Katanya, meminum susu membuat orang cepat mengantuk. Dia ingin mencoba metode itu. Barang kali berhasil.Setelah menyusuri ruang demi ruang rumah yang gelap, gadis bernama asli Renata itu menyalakan saklar lampu dapur. Ia beringsut membuka kulkas dan mengambil kotak susu UHT berukuran 1 liter. Menuangkan

  • My StepBrother, I Love U.    Tentang Zian

    "Rere Sini." Amel memanggil sembari menepuk-nepuk bangku di sebelahnya. Tepat saat Rere bingung hendak duduk di mana setelah di usir oleh Zian kemarin, gadis tomboy itu memberinya solusi. "Duduk bareng gue aja." ajaknya. Rere mendekat lalu duduk di bangku sebelah Amelia dengan hati-hati. "Thanks.""Kemaren kenapa pulang gitu aja?" Amel bertanya, dia menyatukan tangannya pada meja kemudian membaringkan kepala, menatap pada Rere. Gadis berambut kastanye itu menggeleng kaku. "Nggak apa apa."

  • My StepBrother, I Love U.    Orang yang tidak pengertian

    My StepBrother, I Love U. Bagian 6 ORANG YANG TIDAK PENGERTIAN~ Ma, Rere nggak betah ~ 🍁 Menjadi Rere tidaklah mudah. Gadis itu tengah mengepak pakaian ke dalam koper saat Papa dan Mamanya berselisih paham di ruang tengah. Mereka saling tuding, saling melempar tanggung jawab atas anak mereka, Rere. Menentukan siapa yang akan membawa gadis itu nanti. Karina, wanita cantik dengan kulit seputih giok dan rambut kastanye bergelombang yang menutupi kedua bahunya itu sedang mengomel. Dia melayangkan protes-protesnya pada Arga, sang suami. Dengan lantang wanita itu menuduh Arga tidakmau ikut bertanggung jawab atas kehidupan Rere. Dan lebih memprioritaskan Zian, anak dari istri pertamanya. Arga tersungu

  • My StepBrother, I Love U.    Mendadak Menjadi Kakak

    My StepBrother, I Love U. Bagian 5MENDADAK MENJADI KAKAK~Nggak ada mirip-miripnya~ 🍁"Den." bi Asri memanggil sembari mengetuk pintu kamar bercat coklat tempat Zian berada. "Papa manggil buat makan.""Aku nggak makan, bi. Mau langsung tidur aja." Zian menyahut dari dalam."Tapi, tadi siang kan aden nggak makan." bi Asri berucap dengan cemas."Udah makan, kok. Bareng Danu." Zian berbohong. Dia sebenarnya lapar, hanya saja malas jika harus bertemu lagi dengan Rere. Dia tidak suka gadis itu."Yaudah, bibi kasih tau Papa aden."Zian tidak menjawab. Setelahnya, bi Asri langsung pergi.Zian menjatuhkan diri di atas ranjang yang empuk. Dengan kedua tangan menopang kepala, dia menatap langit-langit kamarnya. Menghela napas beberapa kali se

  • My StepBrother, I Love U.    Manusia Bernama Rere

    My StepBrother, I Love U. Bagian 4MANUSIA BERNAMA RERE~Dia anak Papa, adik kamu~🍁Di dalam stadion, empat remaja itu duduk di jejeran paling depan. Tak banyak yang menonton pertandingan, mengingat ini hanya turnamen biasa yang selalu di adakan setiap minggu."Tunas bangsa! Tunas bangsa!""Cakar elang! Cakar elang!"Sorak sorai para gadis berpom-pom menambah ramai suasana di dalam stadion. Mereka secara bergantian menyoraki kedua kubu yang tengah sengit beradu taktik di lapangan. Grup Cakar elang mengguli skor sementara, di mana mereka mendapat nilai cukup jauh di banding grup lawannya yaitu Tunas bangsa.Zian tampak menikmati laju pertandingan. Matanya begitu fokus pada

DMCA.com Protection Status