“Apa kamu sudah gila dengan ingin loncat?”
Ayana masih mengerjap-ngerjapkan kelopa mata karena bingung. Rambutnya yang tergerai di sisi kanan dan kiri, membuat dia seolah sedang memerangkap pemuda di bawahnya.Pemuda itu adalah yang tadi menolongnya dari Reynaldi. Keduanya benar-benar saling bersentuhan, mungkin bagian atas tubuh mereka akan bersentuhan jika Ayana tidak meletakkan kedua lengan di antara mereka.“Ap-apa maksudmu?” Ayana bingung, tapi lucunya dia tidak sadar dengan posisinya sekarang karena syok.“Apa hanya karena pria brengsek seperti itu membuatmu ingin bunuh diri?” tanya pemuda itu lagi.“Hah! Apa?” Ayana semakin bingung mendengar ucapan pemuda itu. Siapa juga yang ingin bunuh diri.Saat keduanya masih dalam posisi saling menindih, tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan keduanya.“Apa-apaan ini? Jadi kamu membatalkan pernikahan karena alasan ini juga?” Suara melengking Suci—ibu Ayana, begitu memekakkan telinga.Ayana terkejut mendengar suara sang mama, lantas menoleh dan mendapati Suci menatap murka ke arahnya, begitu juga dengan sang papa.“Kalian! Ikut kami!” perintah Firman—ayah Ayana.Ayana terkejut dan menatap pemuda berpakaian pelayan hotel, dia pun baru sadar jika posisi mereka membuat orang salah paham.“Ma, Pa, ini tidak seperti yang kalian kira.” Ayana buru-buru bangun dari atas tubuh si pelayan hotel.Pelayan hotel bernama Deon itu pun buru-buru bangun dan merapikan pakaian kerjanya. Dia bingung dan mencoba menjelaskan apa yang terjadi.“Maaf, Nyonya, Tuan. Ada kesalahpahaman di sini,” ujar Deon menjelaskan.Suci menatap tajam ke Deon, hingga kemudian bicara dengan nada membentak. “Kesalahpahaman apa, hah! Jelas-jelas kalian berbuat hal yang sangat memalukan!” Tatapan Suci lantas tertuju ke Ayana.“Kamu baru saja memutuskan untuk membatalkan pernikahan dan membuat malu keluarga, tapi sekarang bermesraan dengan pria lain! Apa kamu ingin papa dan mamamu ini terkena serangan jantung karena perbuatanmu? Ini tidak bisa dibiarkan, kalian ikut kami!”Ayana mendengkus frustasi, lantas menoleh ke Deon yang terlihat bingung.**Ayana benar-benar frustasi, keluarga Reynaldi sudah meninggalkan hotel begitu Ayana mengatakan akan membatalkan pernikahan, padahal di ballroom hotel tamu-tamu sudah menunggu untuk menyaksikan prosesi pernikahan Ayana dan Reynaldi.“Kamu benar-benar keterlaluan, Ay. Apa yang harus mama dan Papa katakan ke tamu yang sudah datang, hah! Mama dan Papa malu, kali ini sudah sangat keterlaluan, pernikahan sudah di depan mata, tapi kamu malah membatalkannya dan bermesraan dengan pria lain!” tuduh Suci sambil menatap tajam penuh amarah.Ayana sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia sudah mencoba menjelaskan, tapi Suci dan Firman tidak mau tahu dan tetap bersikukuh jika apa yang dilakukan Ayana salah.Ayana menoleh pada pria yang kini ia tahu namanya. Pria itu juga terlihat frustasi. Namun, semua bukan salah dia karena Deon juga muncul di sana secara tiba-tiba.“Kita bicara sebentar, Pa.”Suci menarik tangan Firman dan mengajak bicara sedikit jauh dari Ayana. Mereka belum membubarkan acara pernikahan yang batal, karena merasa malu dengan para tamu yang sebagian besar adalah rekan kerja Ayana dan Firman.“Kita minta pemuda itu menikahi Ayana, bagaimanapun caranya.” Suci tidak mau malu lagi, kali ini Ayana harus menikah.“Apa Mama yakin? Bagaimana kalau pemuda itu tidak setuju?” tanya Firman tidak yakin dengan rencana Suci.“Mau bagaimana lagi, Pa. Jika kita mengatakan Ayana tidak jadi menikah lagi, mama yakin kalau kita akan semakin dianggap remeh dan akan dianggap memiliki anak pembawa sial, karena dia selalu gagal menikah,” ujar Suci menjelaskan.Keluarga Reynaldi tidak peduli dengan para tamu, beda dengan Suci dan Firman yang masih memikirkan cara agar pernikahan itu tetap berlangsung karena ini bukan pertama kalinya Ayana gagal menikah. Entah bisa dibilang sebuah keberuntungan atau apa, yang jelas kehadiran Deon dianggap sebagai sebuah anugerah.“Tapi apa pemuda itu mau?” tanya Firman lagi.Suci terlihat berpikir sejenak, sebelum kemudian menjawab, “Dia harus dan akan mau.”Setelah merundingkan cara agar bisa menyelamatkan harga diri mereka. Suci dan Firman pun kembali menghampiri Deon yang duduk bersisian dengan Ayana. Mereka berada di ruang ganti, duduk diam seperti seorang penjahat yang sedang disidang.Deon sendiri di sana sebenarnya sedang kerja paruh waktu sebagai pelayan untuk pesta pernikahan Ayana, tapi sialnya dia malah terkena masalah hanya karena ingin membantu.“Kalian tahu, perbuatan kalian ini sangat memalukan. Bagaimana jika ada yang tahu? Apa tanggapan mereka, terutama Rey yang akan menganggap kamu menuduh dia berselingkuh, tapi kamu sendiri selingkuh!” Suci mulai melancarkan aksi untuk menekan Ayana dan Deon.Ayana terkejut mendengar ucapan sang mama, hingga menelan ludah dan terlihat panik, bahkan suaranya terasa tersekat di tenggorokan dan tidak bisa bersuara.Deon sendiri juga hanya diam. Dia juga bingung, sebab tidak semua orang akan paham dan menerima penjelasan darinya. Jika yang tidak tahu, mungkin benar akan berpikiran sama dengan apa yang dikatakan oleh Suci.Suci melirik Firman, memberi kode jika berhasil menekan Ayana dan Deon.“Perbuatan kalian ini sangat tidak bermoral,” ucap Firman.“Kami tidak melakukan apa-apa, Pa. Semua yang terjadi hanya salah paham,” ucap Ayana membela diri.“Salah paham bagimu, tapi tidak untuk orang lain, Ay!” bentak Suci, “orang sudah mencap kamu sebagai perawan tua, wanita yang tidak laku dan selalu gagal menjalin hubungan. Sekarang kamu membatalkan pernikahan, lalu ketahuan bermesraan dengan pria lain, apa pandangan mereka? Mereka akan beranggapan kalau kamu bermasalah, mereka akan semakin menilaimu buruk!”Ayana terkejut mendengar ucapan sang mama, menyakitkan memang dikatai perawan tua oleh ibunya sendiri, tapi semua itu benar dan Ayana tidak bisa mengelak akan hal itu.Deon masih diam, tapi melirik Ayana yang tampak sedih, membuat pemuda itu kasihan ke Ayana. Masih tidak percaya, wanita secantik Ayana tidak bisa mendapatkan pasangan yang baik dan cocok.“Karena kalian sudah ketahuan berbuat mesum, papa dan Mama putuskan untuk menikahkan kalian, agar terhindar dari fitnah.” Firman pun menyampaikan kesepakatan antara dia dan Suci.“Apa?” Ayana dan Deon terkejut bersamaan mendengar ucapan Firman.Deon menghela napas frustasi, mengusap kening berulang kali karena harus terjebak dalam situasi rumit seperti ini. Niat hati ingin menolong, tapi dirinya malah kini terjebak masalah. Deon memijat kepalanya, urusan semakin panjang dan kini kedua orangtuanya juga sang kakak datang ke hotel dengan wajah panik.“Apa yang sebenarnya terjadi, De? Kamu pamit untuk bekerja, tapi kenapa malah jadi seperti ini?” tanya ibu Deon dengan ekspresi wajah panik dan bingung.Deon dari keluarga menengah ke bawah. Dia adalah seorang mahasiswa yang juga bekerja serabutan untuk membiayai kuliah.Dari penampilan, sebenarnya Deon termasuk pria yang sedap dipandang. Perawakannya tinggi dan gagah, wajahnya juga cukup tampan.“Ini hanya salah paham, Bu. Tidak seperti yang Ibu dan Ayah pikirkan,” ujar Deon menjelaskan.“Lalu, kenapa kamu sampai diminta menikah?” tanya ibu Deon yang juga bingung dengan keadaan yang terjadi.Deon menoleh ke Ayana. Dia melihat wanita itu sedang membujuk kedua orangtuanya seperti d
Deon akhirnya menikahi Ayana atas desakan orangtua dan kakaknya. Sang kakak berkata, jika kedua orangtuanya punya hutang banyak dan harus segera melunasi atau jika tidak rumah mereka akan disita. Akhirnya Pernikahan ini terjadi karena Satria berkata kalau keluarga Ayana akan membantu melunasi hutang orangtua mereka, asal Deon mau menikahi Ayana. Deon yang berbakti ke orangtua, akhirnya setuju menikah meski terpaksa.Hari itu, ballroom hotel yang seharusnya menjadi tempat pernikahan Ayana dan Reynaldi, diubah menjadi pernikahan Ayana Nameera dan Deon Abimanyu. Para tamu bingung, tapi mereka memilih mengikuti prosesi pernikahan itu sampai selesai.“Seharusnya kamu tidak perlu melakukan ini,” kata Ayana.Deon tersenyum masam, sebelum kemudian membalas, “Apa kamu pikir aku punya pilihan?”Ayana tertegun mendengar balasan Deon, merasa bersalah dan tahu jika Deon pasti tertekan dan terpaksa. Mereka berdiri di altar mengucap janji suci, hingga kemudian melangsungkan acara resepsi.Suci dan
Sulur surya mulai merambat masuk menembus kaca dinding dan gorden, mengusik penghuni kamar yang sejak semalam gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak, sebab bingung berada satu kamar, dengan seseorang yang baru saja menikahinya.Ayana membuka mata, melihat matahari mulai menampakkan cahayanya. Dia mengucek mata, sebelum akhirnya bangun dan melihat seseorang tidur di sofa. Ayana diam sejenak, duduk memandang Deon yang tidur di sofa dengan kedua tangan dilipat di dada. Ukuran sofa itu jelas tidak sepanjang tinggi badan Deon, sehingga pemuda itu tidur dengan posisi kaki ditekuk.Semalam mereka sempat berdebat, Ayana berkata jika tidak masalah kalau Deon hendak tidur satu ranjang dengannya, tapi Deon menolak, mungkin karena merasa kalau pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak, seperti yang Ayana katakan, hingga akhirnya membuat Deon memilih tidur di sofa.“Kamu sudah bangun.” Ayana baru saja selesai mandi, dilihatnya Deon yang duduk dengan rambut berantakan dan terlihat masih mengumpulkan
“Kamar satunya belum dibersihkan. Nanti aku akan minta orang membersihkannya,” ucap Ayana sambil membuka salah satu kamar yang ada di apartemen miliknya.Ayana dan Deon sudah sampai di apartemen. Unit itu memang tidak terlalu besar, hanya ada dua kamar, dapur tanpa sekat yang tampak dari ruang tamu.“Tidak masalah, aku akan membersihkannya nanti. Tidak usah panggil orang untuk membersihkannya, lebih baik hemat uangmu untuk hal lain,” balas Deon sambil melihat kamar berukuran lumayan besar.Bagi Ayana, apartemen itu sederhana dan kecil, tapi bagi Deon apartemen itu cukup besar, bahkan bisa dibilang lebih besar dari rumah orang tuanya.Ayana terkejut mendengar ucapan Deon, hingga mencoba memaklumi pemikiran itu sebab selama ini Deon memang hidup sederhana.“Baiklah, terserah kamu saja,” jawab Ayana. Dia lantas pergi ke kamarnya yang berhadapan dengan kamar satunya.Deon menatap Ayana, melihat wanita itu hilang di balik pintu kamar. Dia pun kembali memandang kamar yang masih berantakan d
“Jadi, apa yang mau kamu ceritakan?” tanya Nabila—pengacara sekaligus sahabat Ayana.Bukannya menjawab pertanyaan Nabila, Ayana malah duduk sambil menggigit ujung kuku jempolnya. Dia melamun saat baru saja sampai di kantor Nabila.Nabila pun mengerutkan alis melihat Ayana yang malah melamun, bahkan sampai melambaikan tangan di depan sahabatnya itu, tapi tetap saja Ayana tidak tersadar dari lamunan.“Ay!” Nabila memanggil dengan suara keras, bahkan sampai memukul meja.Ayana berjengit karena terkejut, hingga menatap Nabila yang sudah memandangnya.“Hah! Apa?” tanya Ayana yang baru kembali dari lamunan.Nabila langsung mencebik mendengar pertanyaan Ayana.“Kamu ke sini untuk cerita masalahmu, atau ke sini hanya untuk numpang melamun,” sindir Nabila sambil merapikan blazer.Ayana tersenyum canggung, kemudian menggaruk pelipis menggunaka telunjuk.“Entahlah, aku harus cerita apa. Sesampainya di sini aku malah bingung,” ucap Ayana yang duduk sambil menyandarkan punggung. Ekspresi wajah men
“De, kenapa kamu diam?” Hyuna menatap Deon curiga, merasa aneh karena pemuda itu terlihat panik dan gugup. “Tidak ada,” kilah Deon, “hanya terkejut saja kamu sudah tahu soal masalah di pesta pernikahan kemarin,” ucap Deon mengelak. Dia belum siap memberitahu gadis itu jika yang menggantikan pengantin pria di pesta kemarin adalah dirinya. Hyuna menatap curiga ke Deon, ingin kembali bicara, tapi karena dosen mereka sudah masuk terlebih dahulu, membuat Hyuna memilih menundanya karena harus fokus belajar. Dua jam berlalu, akhirnya sesi kelas siang itu selesai. Dosen mengakhiri kelas setelah memberikan tugas untuk mahasiswa yang mengikuti kelasnya. Deon merapikan buku, lantas memasukkan ke tas. “De, kamu belum menceritakan yang terjadi di hotel kemarin,” kata Hyuna. “Mau menceritakan apa, Hyuna? Tidak ada yang bisa diceritakan, selain pekerjaan melayani tamu,” balas Deon. Deon menoleh Hyuna, memandang gadis yang sejak tadi menatapnya. “Aku penasaran soal pengantin yang menyewa ballr
Ayana berdiri di sana, mendengarkan setiap kalimat biasa tapi entah kenapa sangat menyakitkan baginya. Kedua tangan mengepal erat, bahkan kuku-kuku jarinya sampai terlihat begitu pucat. “Pokoknya kamu rahasiakan soal ini, jangan sampai orang lain tahu, kalau kami membayar kalian agar adikmu menikah dengan putriku. Jika sampai masalah ini bocor, aku pastikan kamu menanggung semua akibat yang terjadi.” Firman bicara dengan nada penekanan agar Satria tidak membocorkan masalah itu, atau mau ditaruh mana mukanya. “Anda tenang saja, saya akan menutup rapat mulut saya. Lagi pula, sekarang saya juga keluarga Anda, kan? Mana mungkin menjatuhkan keluarga sendiri,” ucap Satria dengan senyum miring di wajah. Firman terpaksa melakukan ini semua jika bukan karena gengsi yang begitu besar. Bukan salahnya jika terkesan menawarkan anak sendiri, sebab Ayana yang sudah berulang kali gagal menikah dan kejadian kemarin adalah yang terfatal. “Sudah, ambil uangmu dan pergilah!” perintah Firman kemudian.
Deon bekerja di sebuah kafe. Dia akan kerja paruh waktu di tempat lain jika memang mendapat tawaran, seperti saat menjadi pelayan di hotel kemarin.Masih tidak ada yang tahu soal statusnya yang sudah menikah. Jika memang ada yang tahu, dia tidak akan mengelak dari statusnya, hanya akan menutupi jika pernikahan itu hanya sebuah kontrak.“Selamat siang, silakan mau pesan apa?” Deon menyambut pengunjung yang hendak memesan.Seperti biasa, pengunjung kafe itu kebanyakan para gadis yang memang datang untuk melihat wajah tampan pemuda itu. Manis, ramah, juga baik hati, gadis mana yang tidak akan menyukai pemuda itu.“Chocolatte ice, tapi gulanya sedikit,” jawab seorang gadis berpakaian SMA.“Oke.” Deon memainkan jari di atas layar tablet untuk mencetak struk pesanan gadis itu.“Kakak, kamu masih tidak mau memberiku nomor ponselmu?” tanya gadis berseragam SMA itu penuh harap.Deon mengalihkan pandangan dari tablet ke gadis tadi, kemudian tersenyum manis membuat para gadis di kafe itu terpuka