Deon menghela napas frustasi, mengusap kening berulang kali karena harus terjebak dalam situasi rumit seperti ini. Niat hati ingin menolong, tapi dirinya malah kini terjebak masalah.
Deon memijat kepalanya, urusan semakin panjang dan kini kedua orangtuanya juga sang kakak datang ke hotel dengan wajah panik.“Apa yang sebenarnya terjadi, De? Kamu pamit untuk bekerja, tapi kenapa malah jadi seperti ini?” tanya ibu Deon dengan ekspresi wajah panik dan bingung.Deon dari keluarga menengah ke bawah. Dia adalah seorang mahasiswa yang juga bekerja serabutan untuk membiayai kuliah.Dari penampilan, sebenarnya Deon termasuk pria yang sedap dipandang. Perawakannya tinggi dan gagah, wajahnya juga cukup tampan.“Ini hanya salah paham, Bu. Tidak seperti yang Ibu dan Ayah pikirkan,” ujar Deon menjelaskan.“Lalu, kenapa kamu sampai diminta menikah?” tanya ibu Deon yang juga bingung dengan keadaan yang terjadi.Deon menoleh ke Ayana. Dia melihat wanita itu sedang membujuk kedua orangtuanya seperti dirinya, untuk tidak memaksa mereka menikah.“Pa, Ma, ini benar-benar tidak seperti yang kalian pikirkan. Dia mengira aku mau bunuh diri, kemudian menarikku. Karena aku terpeleset, membuatku jatuh di atasnya. Ini benar-benar salah paham, Ma, Pa.” Ayana mencoba menjelaskan.“Tidak bisa, mama dan Papa tidak mau semakin menanggung malu. Jangan sampai ada fitnah yang bisa menjatuhkan harga diri dan nama baik keluarga!” Suci bicara dengan tegas, agar Ayana tidak membantah.“Sepertinya aku bisa memanfaatkan mereka,” gumam Satria, kakak laki-laki Deon. Dia matre dan sering memanfaatkan sesuatu demi mendapatkan uang, sehingga Satria pun berniat memanfaatkan pernikahan adiknya itu untuk keuntungan pribadinya.Satria mendekat ke Firman yang berada di dekat Suci, lantas mencoba mengajak bicara, selagi orangtuanya sedang bicara dengan Deon.“Maaf, sebenarnya ada apa ini? Kenapa kami diminta ke sini?” tanya Satria bicara dengan sopan, untuk menarik perhatian orangtua Ayana.Ayana dan Suci menatap Satria yang bertanya, hingga Firman dan Suci pun mengajak bicara pria itu.“Begini, adikmu sudah bertindak tak senonoh kepada putri kami. Pernikahan putri kami batal, dan sekarang siapa yang akan menikahinya?” Firman pun menjelaskan.Satria langsung bisa menangkap duduk permasalahan itu, hingga di otaknya tiba-tiba memiliki rencana licik untuk mendapatkan keuntungan dari kejadian itu.“Maksud Anda? Adik saya itu pemuda terpandang, dia sopan dan sangat berbakti kepada orangtua, mana mungkin adik saya melakukan tindakan yang Anda tuduhkan,” ujar Satria mencoba menarik-ulur.Suci dan Firman saling tatap, hingga akhirnya Firman pun mengajak Satria bicara berdua, menjauh dari Ayana agar putrinya tidak mendengar.“Adik saya terlalu berharga untuk menikahi, seorang wanita yang sepertinya lebih tua umurnya dari dia. Adik saya juga masih kuliah dan sangat berprestasi, mana mungkin adik saya diminta menikahi anak Anda,” ujar Satria lagi.“Sebenarnya kami pun bingung harus bagaimana. Tapi kami tidak punya pilihan,” ujar Firman.Satria melihat kecemasan dalam tatapan mata firman, membuat Satria semakin berniat memanfaatkan hal itu.“Lalu, maksud Anda. Maaf, orangtua kami pun tidak akan setuju menikahkan adik saya dengan putri Anda. Hanya dengan alasan itu, kami bisa banding dan mencari bukti kalau adik saya tidak bersalah,” ujar Satria memancing karena yakin kalau Deon tidak akan melakukan hal itu. Ini adalah cara Satria untuk menekan dan membuat orangtua Ayana memberikan penawaran yang menguntungkan untuknya.Firman terkejut mendengar ucapan Satria, tampaknya dia tidak bisa membodohi kakak Deon hanya dengan kata menjebak.“Begini, kalau kamu bisa meyakinkan orangtuamu untuk menikahkan adikmu dengan putriku, aku akan memberikan berapapun uang yang kamu inginkan, bagaimana?” tanya Firman memberi penawaran.“Anda meminta saya menjual adik saya sendiri?” tanya Satria berpura terkejut, padahal inilah yang dia mau. Dia tidak ingin sampai dibilang menjual adiknya, meski itu benar. Dia ingin mendapatkan uang, tapi tanpa dianggap bertanggung jawab atas apa yang diputuskan.Firman terkejut mendengar ucapan Satria, hingga akhirnya mengubah kalimat penawaran yang diucapkan.“Bukan menjual, hanya saja anggap ini maharnya. Kami akan memberikan mahar untuk kalian, asal bisa meyakinkan adikmu mau menikahi putriku. Soal nominalnya, kamu jangan cemas. Sebutkan saja, akan aku penuhi, asal anakku menikah hari ini.”Satria tersenyum penuh kemenangan, hingga kemudian berkata, “Saya akan mencoba membujuk orangtua saya.”Saat Deon masih menjelaskan pada kedua orangtuanya yang ketakutan jika dirinya bisa dipidanakan, karena dianggap hampir melecehkan wanita, Deon melihat dari kejauhan kalau Satria sedang berbicara dengan orang tua Ayana.Dia pun menaruh curiga, sampai akhirnya Deon menoleh ke Ayana, melihat wanita itu duduk sambil memegangi kepala dengan kedua tangan, seolah beban yang dipikul begitu berat.“Kasihan sekali dia. Melihat calon suami berselingkuh, kemudian hendak bunuh diri, sekarang diminta menikah dengan pria asing, siapa yang tidak syok menghadapi hal itu,” gumam Deon dalam hati.Satria yang baru saja mencapai kesepakatan dengan Firman, lantas mendekat dan mengajak orangtuanya berunding menjauhi Deon.Satria mencoba meyakinkan kedua orangtuanya, meski sang ibu sempat menolak.“Tapi adikmu masih kuliah, Sat. Bagaimana bisa kamu memintanya menikah?” Sang ibu tidak setuju.“Bu, sudah menikah tapi kuliah itu ga papa, Ibu pikir anak SMP, kalau nikah ya kudu berhenti sekolah. Lagi pula mereka ngancam, Bu. Kalau Deon ga mau tanggung jawab, nanti mereka mau lapor polisi,” ucap Satria mengancam agar orangtuanya setuju.“Tapi adikmu bilang itu hanya salah paham,” balas ibu lagi.“Ya, mereka punya bukti kalau Deon melakukan hal mesum,” kilah Satria, “gini aja, Bu. Ibu milih Deon dipenjara atau nikah sama wanita itu. Lagi pula kalau Deon menikah dengannya, siapa tahu hidup kita juga ikut membaik, karena mereka kaya, Bu.”Ibu dan ayah bingung, mereka saling tatap kemudian memandang Deon. Mereka tidak mungkin membiarkan putra mereka masuk penjara dan menghancurkan masa depannya.Satria tersenyum miring, tampaknya rencananya berhasil dan dia bisa mendapatkan uang jika Deon menikah dengan Ayana.Deon masih menunggu Satria bicara dengan orangtua mereka, hingga ayah dan ibunya mendekat dengan wajah bingung.“Ada apa, Bu?” tanya Deon.“De, Ibu dan Ayah ingin yang terbaik untukmu. Kamu nikahi saja gadis itu, ibu dan Ayah merestui kok,” kata ibu.“Hah!” Deon begitu syok karena sang ibu malah memintanya menikahi Ayana yang sama sekali tidak dikenalnya.Deon akhirnya menikahi Ayana atas desakan orangtua dan kakaknya. Sang kakak berkata, jika kedua orangtuanya punya hutang banyak dan harus segera melunasi atau jika tidak rumah mereka akan disita. Akhirnya Pernikahan ini terjadi karena Satria berkata kalau keluarga Ayana akan membantu melunasi hutang orangtua mereka, asal Deon mau menikahi Ayana. Deon yang berbakti ke orangtua, akhirnya setuju menikah meski terpaksa.Hari itu, ballroom hotel yang seharusnya menjadi tempat pernikahan Ayana dan Reynaldi, diubah menjadi pernikahan Ayana Nameera dan Deon Abimanyu. Para tamu bingung, tapi mereka memilih mengikuti prosesi pernikahan itu sampai selesai.“Seharusnya kamu tidak perlu melakukan ini,” kata Ayana.Deon tersenyum masam, sebelum kemudian membalas, “Apa kamu pikir aku punya pilihan?”Ayana tertegun mendengar balasan Deon, merasa bersalah dan tahu jika Deon pasti tertekan dan terpaksa. Mereka berdiri di altar mengucap janji suci, hingga kemudian melangsungkan acara resepsi.Suci dan
Sulur surya mulai merambat masuk menembus kaca dinding dan gorden, mengusik penghuni kamar yang sejak semalam gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak, sebab bingung berada satu kamar, dengan seseorang yang baru saja menikahinya.Ayana membuka mata, melihat matahari mulai menampakkan cahayanya. Dia mengucek mata, sebelum akhirnya bangun dan melihat seseorang tidur di sofa. Ayana diam sejenak, duduk memandang Deon yang tidur di sofa dengan kedua tangan dilipat di dada. Ukuran sofa itu jelas tidak sepanjang tinggi badan Deon, sehingga pemuda itu tidur dengan posisi kaki ditekuk.Semalam mereka sempat berdebat, Ayana berkata jika tidak masalah kalau Deon hendak tidur satu ranjang dengannya, tapi Deon menolak, mungkin karena merasa kalau pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak, seperti yang Ayana katakan, hingga akhirnya membuat Deon memilih tidur di sofa.“Kamu sudah bangun.” Ayana baru saja selesai mandi, dilihatnya Deon yang duduk dengan rambut berantakan dan terlihat masih mengumpulkan
“Kamar satunya belum dibersihkan. Nanti aku akan minta orang membersihkannya,” ucap Ayana sambil membuka salah satu kamar yang ada di apartemen miliknya.Ayana dan Deon sudah sampai di apartemen. Unit itu memang tidak terlalu besar, hanya ada dua kamar, dapur tanpa sekat yang tampak dari ruang tamu.“Tidak masalah, aku akan membersihkannya nanti. Tidak usah panggil orang untuk membersihkannya, lebih baik hemat uangmu untuk hal lain,” balas Deon sambil melihat kamar berukuran lumayan besar.Bagi Ayana, apartemen itu sederhana dan kecil, tapi bagi Deon apartemen itu cukup besar, bahkan bisa dibilang lebih besar dari rumah orang tuanya.Ayana terkejut mendengar ucapan Deon, hingga mencoba memaklumi pemikiran itu sebab selama ini Deon memang hidup sederhana.“Baiklah, terserah kamu saja,” jawab Ayana. Dia lantas pergi ke kamarnya yang berhadapan dengan kamar satunya.Deon menatap Ayana, melihat wanita itu hilang di balik pintu kamar. Dia pun kembali memandang kamar yang masih berantakan d
“Jadi, apa yang mau kamu ceritakan?” tanya Nabila—pengacara sekaligus sahabat Ayana.Bukannya menjawab pertanyaan Nabila, Ayana malah duduk sambil menggigit ujung kuku jempolnya. Dia melamun saat baru saja sampai di kantor Nabila.Nabila pun mengerutkan alis melihat Ayana yang malah melamun, bahkan sampai melambaikan tangan di depan sahabatnya itu, tapi tetap saja Ayana tidak tersadar dari lamunan.“Ay!” Nabila memanggil dengan suara keras, bahkan sampai memukul meja.Ayana berjengit karena terkejut, hingga menatap Nabila yang sudah memandangnya.“Hah! Apa?” tanya Ayana yang baru kembali dari lamunan.Nabila langsung mencebik mendengar pertanyaan Ayana.“Kamu ke sini untuk cerita masalahmu, atau ke sini hanya untuk numpang melamun,” sindir Nabila sambil merapikan blazer.Ayana tersenyum canggung, kemudian menggaruk pelipis menggunaka telunjuk.“Entahlah, aku harus cerita apa. Sesampainya di sini aku malah bingung,” ucap Ayana yang duduk sambil menyandarkan punggung. Ekspresi wajah men
“De, kenapa kamu diam?” Hyuna menatap Deon curiga, merasa aneh karena pemuda itu terlihat panik dan gugup. “Tidak ada,” kilah Deon, “hanya terkejut saja kamu sudah tahu soal masalah di pesta pernikahan kemarin,” ucap Deon mengelak. Dia belum siap memberitahu gadis itu jika yang menggantikan pengantin pria di pesta kemarin adalah dirinya. Hyuna menatap curiga ke Deon, ingin kembali bicara, tapi karena dosen mereka sudah masuk terlebih dahulu, membuat Hyuna memilih menundanya karena harus fokus belajar. Dua jam berlalu, akhirnya sesi kelas siang itu selesai. Dosen mengakhiri kelas setelah memberikan tugas untuk mahasiswa yang mengikuti kelasnya. Deon merapikan buku, lantas memasukkan ke tas. “De, kamu belum menceritakan yang terjadi di hotel kemarin,” kata Hyuna. “Mau menceritakan apa, Hyuna? Tidak ada yang bisa diceritakan, selain pekerjaan melayani tamu,” balas Deon. Deon menoleh Hyuna, memandang gadis yang sejak tadi menatapnya. “Aku penasaran soal pengantin yang menyewa ballr
Ayana berdiri di sana, mendengarkan setiap kalimat biasa tapi entah kenapa sangat menyakitkan baginya. Kedua tangan mengepal erat, bahkan kuku-kuku jarinya sampai terlihat begitu pucat. “Pokoknya kamu rahasiakan soal ini, jangan sampai orang lain tahu, kalau kami membayar kalian agar adikmu menikah dengan putriku. Jika sampai masalah ini bocor, aku pastikan kamu menanggung semua akibat yang terjadi.” Firman bicara dengan nada penekanan agar Satria tidak membocorkan masalah itu, atau mau ditaruh mana mukanya. “Anda tenang saja, saya akan menutup rapat mulut saya. Lagi pula, sekarang saya juga keluarga Anda, kan? Mana mungkin menjatuhkan keluarga sendiri,” ucap Satria dengan senyum miring di wajah. Firman terpaksa melakukan ini semua jika bukan karena gengsi yang begitu besar. Bukan salahnya jika terkesan menawarkan anak sendiri, sebab Ayana yang sudah berulang kali gagal menikah dan kejadian kemarin adalah yang terfatal. “Sudah, ambil uangmu dan pergilah!” perintah Firman kemudian.
Deon bekerja di sebuah kafe. Dia akan kerja paruh waktu di tempat lain jika memang mendapat tawaran, seperti saat menjadi pelayan di hotel kemarin.Masih tidak ada yang tahu soal statusnya yang sudah menikah. Jika memang ada yang tahu, dia tidak akan mengelak dari statusnya, hanya akan menutupi jika pernikahan itu hanya sebuah kontrak.“Selamat siang, silakan mau pesan apa?” Deon menyambut pengunjung yang hendak memesan.Seperti biasa, pengunjung kafe itu kebanyakan para gadis yang memang datang untuk melihat wajah tampan pemuda itu. Manis, ramah, juga baik hati, gadis mana yang tidak akan menyukai pemuda itu.“Chocolatte ice, tapi gulanya sedikit,” jawab seorang gadis berpakaian SMA.“Oke.” Deon memainkan jari di atas layar tablet untuk mencetak struk pesanan gadis itu.“Kakak, kamu masih tidak mau memberiku nomor ponselmu?” tanya gadis berseragam SMA itu penuh harap.Deon mengalihkan pandangan dari tablet ke gadis tadi, kemudian tersenyum manis membuat para gadis di kafe itu terpuka
Deon dan Ayana sama-sama menatap ke sumber suara. Melihat seorang gadis berdiri dengan tatapan tidak senang ke Ayana dan Deon.“Hyuna.” Deon menyebut nama gadis itu.Ayana terkejut mendengar nama yang disebut, hingga tatapan langsung beralih ke Deon.“Jadi gadis itu kekasihnya,” gumam Ayana dalam hati.Deon berdiri untuk menghampiri Hyuna, tentu saja hal itu semakin membuat Ayana yakin jika Hyuna memang kekasih Deon.Ayana menoleh ke arah Hyuna, hingga menyadari jik gadis itu terus menatap tidak senang ke arahnya.“Kamu mau minum?” tanya Deon saat sudah berdiri berhadapan dengan Hyuna.Hyuna mengalihkan pandangan dari Ayana ke Deon, masih terlihat jelas ekspresi kesal tercetak di wajah.“Aku ingin bicara denganmu,” ucap Hyuna kesal.Deon mengerutkan alis mendengar ucapan Hyuna, tapi kemudian memilih menganggukkan kepala untuk bicara dengan sahabatnya itu.Ayana sendiri duduk dengan tenang, lantas mengambil cangkir di meja dan menyesap kopi buatan Deon.Hyuna mengajak Deon bicara di lu