“Akhirnya, aku akan menikah.”
Seorang wanita menggunakan gaun pengantin berwarna peach berdiri di depan cermin besar, mematut diri di depan cermin sambil memandang bayangannya dengan seulas senyum manis di wajah. Gaun indah, wajah dipoles make up tipis begitu alami, menambah kebahagiaan seorang Ayana Nameera.Di usia 35 tahun, usia yang sangat cukup matang untuk seorang wanita menikah. Maka itu, Ayana begitu menantikan hari ini.“Di mana gelangku?” Ayana mencari gelang yang biasa dikenakan, hingga ingat kalau gelang itu dibawa calon suaminya—Reynaldi.Ayana mengangkat bagian depan gaunnya, berjalan keluar dari kamar gantinya, menuju ke kamar ganti pengantin pria. Dia sudah sampai di depan pintu kamar ganti pengantin pria, tangan yang terulur untuk mendorong pintu, berhenti bergerak saat mendengar suara dari dalam.“Rey, jangan lakukan itu. Ini geli. Aku sedang marah kepadamu, jangan merayuku.”Suara seorang wanita mendesah terdengar jelas menusuk di telinga.Reynaldi sedang memangku seorang wanita dengan posisi saling berhadapan. Pria itu terus menciumi leher dan mengarah ke dada, bagian depan gaun wanita itu terlihat turun, sehingga memperlihatkan belahan dadanya.“Bukan begitu, Abi. Kamu tahu, aku melakukan ini semua demi kita. Aku akan menikahinya juga hanya demi mengamankan posisiku. Jika nanti aku berhasil merayunya dan mendapatkan semua saham miliknya, aku pasti akan menceraikannya. Kamu tahu siapa yang aku cintai. Hanya kamu Abi, kamu satu-satunya wanita yang bisa membuatku tergila-gila,” ujar Reynaldi.Reynaldi kembali mencium bibir wanita bernama Abigail, wanita yang menjadi sekretarisnya di tempat kerja. Bahkan tidak hanya mencium bibir, Reynaldi juga mulai mengecup setiap jengkal kulit leher dan dada Abigail, membuat wanita itu mendesah karena menahan gelenyar aneh yang merayap di tubuh.Ayana mengepalkan kedua telapak tangan. Hancur sudah hati wanita itu mendengar ucapan Reynaldi yang mengatakan jika hanya ingin memanfaatkannya saja, belum lagi sekarang telinganya harus mendengar suara desahan manja dari Abigail.Murka, Ayana mendorong pintu dengan kuat, hingga pintu ruangan itu terbuka dan membuat Reynaldi juga Abigail terkejut.“Ayana!” Reynaldi sangat terkejut melihat calon istrinya di sana.Abigail pun tidak kalah terkejutnya. Dia langsung berdiri dan merapikan pakaiannya yang kusut.“Jadi ini? Kamu ingin menikahiku karena mengincar sahamku? Jangan mimpi!” amuk Ayana. Ditatapnya Reynaldi dengan tajam, sebelum akhirnya menatap ke Abigail yang terlihat mengalihkan pandangan darinya.“Bos dan sekretaris selingkuh. Kenapa aku tidak heran sama sekali? Haruskah aku berterima kasih, sebab kalian sudah membongkar perselingkuhan tepat sebelum aku mengucap ikrar? Benar, terima kasih karena kelakuan binal kalian, aku tahu busuknya kalian!” sindir Ayana lagi.“Biar aku jelaskan, Ay.” Reynaldi ingin menjelaskan, tapi Ayana mengangkat tangan dan memberikan isyarat agar Reynaldi berhenti mendekat.“Cukup, tidak ada yang perlu aku dengar. Aku akan membatalkan pernikahan ini, aku tidak akan pernah menikahi pria yang hanya ingin memanfaatkanku,” ujar Ayana dengan tegas.Ayana menatap dua manusia itu dengan tatapan menghina, sebelum akhirnya mengangkat bagian bawah gaunnya dan hendak buru-buru meninggalkan ruangan itu.Reynaldi sangat terkejut, begitu juga dengan Abigail.Reynaldi tidak akan membiarkan pernikahan itu batal, atau semua rencana yang sudah disusunnya gagal. Reynaldi pun mengejar Ayana dan mencekal lengan wanita itu ketika baru saja sampai di luar.“Lepaskan aku!” Ayana berusaha melepas tangan Reynaldi tapi gagal.“Kamu pikir bisa semudah itu membatalkan pernikahan ini? Aku sudah keluar uang banyak untuk acara ini, jadi jangan memutuskan sepihak. Kamu pikir akan ada orang yang percaya kalau aku selingkuh darimu, hah? Tidak ada yang akan memercayaimu, Ay. Kamu ini perawan tua, sudah syukur aku mau menikahimu, tapi sekarang kamu begitu sombong ingin membatalkan pernikahan ini?” Reynaldi murka dan langsung menghina Ayana. yang memang belum menikah, padahal umurnya sudah menginjak 35 tahun.Ayana tidak terima Reynaldi menghinanya dengan sebutan perawan tua. Dia pun mengangkat tangan kiri yang tidak ditahan Reynaldi, sebelum kemudian melayangkan sebuah tamparan ke pipi pria itu.“Aku memang perawan tua, tapi aku bermoral, tidak seperti kalian!” hardik Ayana.Reynaldi geram karena mendapat sebuah tamparan, hingga pria itu pun mengangkat tangan untuk membalas pukulan Ayana.Ayana memejamkan mata karena tahu akan terkena gampar, tapi tiba-tiba ada seseorang yang mencekal tangan Reynaldi.Pria itu terkejut dan langsung menoleh, melihat seorang pemuda berseragam pelayan hotel mencekal tangannya sebelum kemudian menghempasnya.“Apa Anda tidak malu karena sudah bertindak kasar pada wanita?” Pemuda itu memosisikan diri di hadapan Ayana untuk melindungi wanita itu.Ayana membuka mata mendengar suara pria lain, hingga terkejut ada pemuda yang menolong dirinya.“Kamu! Tidak usah ikut campur dengan--” Apa yang ingin diucapkan Reynaldi terhenti ketika mendengar suara seseorang menegur.“Ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut?” Ayah Ayana datang dan melihat kericuhan itu.Orangtua Ayana dan Reynaldi di sana, mereka hendak menyusul anak-anak mereka karena acara prosesi pernikahan akan segera dimulai. Namun, mereka harus dibuat terkejut sebab melihat kericuhan di sana.“Ada apa ini, Ay?” tanya sang mama yang bingung.“Aku hendak membatalkan pernikahan kami, Ma.” Ayana bicara dengan lantang, tidak ada keraguan dalam tatapan mata wanita itu.“Apa?” Semua orang pun terkejut.“Tapi kenapa, Ay?” tanya sang mama.“Tanyakan saja kepadanya, Ma. Bagaimana bisa dia membodohiku, menikahiku hanya untuk mendapatkan kekuasaan,” ujar Ayana menjelaskan.Semua orang begitu syok, orangtua Reynaldi pun meminta penjelasan, tetapi Reynaldi mengelak. Pemuda yang menolong Ayana pun tidak ingin terlibat lebih jauh, hingga memilih diam dan menonton kericuhan antar keluarga itu.“Ay, pikirkan dengan matang. Para tamu sudah datang, apa kamu tidak bisa menjaga harga diri mama dan papa? Ini pernikahanmu yang ke berapa, Ay? Kenapa selalu gagal begini? Jangan batalkan pernikahan ini, ya.” Sang mama malah membujuk hanya karena tidak ingin malu.Orangtua Reynaldi pun mengangguk menyetujui ucapan ibu Ayana, sedangkan Reynaldi tersenyum tipis karena mengira akan menang sebab semua orang mendukungnya.Ayana menatap nanar ke sang mama, kenapa sang mama hanya mementingkan harga diri, sedangkan di sini Ayana yang paling terluka akibat perselingkuhan Reynaldi.“Aku tetap tidak akan menikah. Aku tidak akan pernah menikah dengan pria brengsek tukang selingkuh, yang hanya memanfaatkanku. Jika tidak ingin malu, nikahkan saja mereka!” hardik Ayana sambil menunjuk ke Reynaldi dan Abigail.Abigail terlihat malu dan menundukkan kepala, sedangkan Reynaldi terlihat begitu kesal.Setelah menolak mentah-mentah permintaan semua orang, Ayana mengangkat gaunnya dan pergi dari sana dengan cepat. Meski dia perawan tua, bukan berarti dia bisa dipermainkan dan bisa dimanfaatkan begitu saja.**Ayana naik ke rooftop. Di sana dia berdiri di dekat tembok pembatas rooftop. Ayana menengadahkan wajah, memejamkan mata dan berulang kali mengembuskan napas kasar.“Kenapa selalu seperti ini? Apa salahku?” Ayana bergumam, masih memejamkan mata sambil merentangkan kedua tangan. Posisi berdiri kedua kakinya menempel di tembok pembatas rooftop, seolah dia siap untuk menjatuhkan diri kapan pun.“Apa ini hukuman untukku? Kapan aku mendapatkan pria yang benar-benar mencintaiku tanpa syarat?”Ayana masih memejamkan mata, hatinya sangat hancur karena kesekian kalinya harus gagal menikah. Dia tidak mau menikah jika hanya untuk dimanfaatkan, untuk apa mencintai, jika pada akhirnya terluka.Ayana masih memejamkan mata dengan posisinya sekarang, hingga tiba-tiba ada yang menarik tangannya, membuat Ayana sangat terkejut.Dia terseok dan membuat tubuhnya limbung karena memakai heels yang membuat kedua kakinya tidak bisa berpijak dengan seimbang ketika ditarik.Ayana pun jatuh dan menubruk tubuh seorang pria, kelopak matanya mengerjap ketika melihat seorang pria berada di bawah tubuhnya.“Apa kamu sudah gila dengan ingin loncat?” Ayana masih mengerjap-ngerjapkan kelopa mata karena bingung. Rambutnya yang tergerai di sisi kanan dan kiri, membuat dia seolah sedang memerangkap pemuda di bawahnya. Pemuda itu adalah yang tadi menolongnya dari Reynaldi. Keduanya benar-benar saling bersentuhan, mungkin bagian atas tubuh mereka akan bersentuhan jika Ayana tidak meletakkan kedua lengan di antara mereka.“Ap-apa maksudmu?” Ayana bingung, tapi lucunya dia tidak sadar dengan posisinya sekarang karena syok.“Apa hanya karena pria brengsek seperti itu membuatmu ingin bunuh diri?” tanya pemuda itu lagi.“Hah! Apa?” Ayana semakin bingung mendengar ucapan pemuda itu. Siapa juga yang ingin bunuh diri.Saat keduanya masih dalam posisi saling menindih, tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan keduanya.“Apa-apaan ini? Jadi kamu membatalkan pernikahan karena alasan ini juga?” Suara melengking Suci—ibu Ayana, begitu memekakkan telinga.Ayana terkejut mendengar suara sang mama, lantas me
Deon menghela napas frustasi, mengusap kening berulang kali karena harus terjebak dalam situasi rumit seperti ini. Niat hati ingin menolong, tapi dirinya malah kini terjebak masalah. Deon memijat kepalanya, urusan semakin panjang dan kini kedua orangtuanya juga sang kakak datang ke hotel dengan wajah panik.“Apa yang sebenarnya terjadi, De? Kamu pamit untuk bekerja, tapi kenapa malah jadi seperti ini?” tanya ibu Deon dengan ekspresi wajah panik dan bingung.Deon dari keluarga menengah ke bawah. Dia adalah seorang mahasiswa yang juga bekerja serabutan untuk membiayai kuliah.Dari penampilan, sebenarnya Deon termasuk pria yang sedap dipandang. Perawakannya tinggi dan gagah, wajahnya juga cukup tampan.“Ini hanya salah paham, Bu. Tidak seperti yang Ibu dan Ayah pikirkan,” ujar Deon menjelaskan.“Lalu, kenapa kamu sampai diminta menikah?” tanya ibu Deon yang juga bingung dengan keadaan yang terjadi.Deon menoleh ke Ayana. Dia melihat wanita itu sedang membujuk kedua orangtuanya seperti d
Deon akhirnya menikahi Ayana atas desakan orangtua dan kakaknya. Sang kakak berkata, jika kedua orangtuanya punya hutang banyak dan harus segera melunasi atau jika tidak rumah mereka akan disita. Akhirnya Pernikahan ini terjadi karena Satria berkata kalau keluarga Ayana akan membantu melunasi hutang orangtua mereka, asal Deon mau menikahi Ayana. Deon yang berbakti ke orangtua, akhirnya setuju menikah meski terpaksa.Hari itu, ballroom hotel yang seharusnya menjadi tempat pernikahan Ayana dan Reynaldi, diubah menjadi pernikahan Ayana Nameera dan Deon Abimanyu. Para tamu bingung, tapi mereka memilih mengikuti prosesi pernikahan itu sampai selesai.“Seharusnya kamu tidak perlu melakukan ini,” kata Ayana.Deon tersenyum masam, sebelum kemudian membalas, “Apa kamu pikir aku punya pilihan?”Ayana tertegun mendengar balasan Deon, merasa bersalah dan tahu jika Deon pasti tertekan dan terpaksa. Mereka berdiri di altar mengucap janji suci, hingga kemudian melangsungkan acara resepsi.Suci dan
Sulur surya mulai merambat masuk menembus kaca dinding dan gorden, mengusik penghuni kamar yang sejak semalam gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak, sebab bingung berada satu kamar, dengan seseorang yang baru saja menikahinya.Ayana membuka mata, melihat matahari mulai menampakkan cahayanya. Dia mengucek mata, sebelum akhirnya bangun dan melihat seseorang tidur di sofa. Ayana diam sejenak, duduk memandang Deon yang tidur di sofa dengan kedua tangan dilipat di dada. Ukuran sofa itu jelas tidak sepanjang tinggi badan Deon, sehingga pemuda itu tidur dengan posisi kaki ditekuk.Semalam mereka sempat berdebat, Ayana berkata jika tidak masalah kalau Deon hendak tidur satu ranjang dengannya, tapi Deon menolak, mungkin karena merasa kalau pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak, seperti yang Ayana katakan, hingga akhirnya membuat Deon memilih tidur di sofa.“Kamu sudah bangun.” Ayana baru saja selesai mandi, dilihatnya Deon yang duduk dengan rambut berantakan dan terlihat masih mengumpulkan
“Kamar satunya belum dibersihkan. Nanti aku akan minta orang membersihkannya,” ucap Ayana sambil membuka salah satu kamar yang ada di apartemen miliknya.Ayana dan Deon sudah sampai di apartemen. Unit itu memang tidak terlalu besar, hanya ada dua kamar, dapur tanpa sekat yang tampak dari ruang tamu.“Tidak masalah, aku akan membersihkannya nanti. Tidak usah panggil orang untuk membersihkannya, lebih baik hemat uangmu untuk hal lain,” balas Deon sambil melihat kamar berukuran lumayan besar.Bagi Ayana, apartemen itu sederhana dan kecil, tapi bagi Deon apartemen itu cukup besar, bahkan bisa dibilang lebih besar dari rumah orang tuanya.Ayana terkejut mendengar ucapan Deon, hingga mencoba memaklumi pemikiran itu sebab selama ini Deon memang hidup sederhana.“Baiklah, terserah kamu saja,” jawab Ayana. Dia lantas pergi ke kamarnya yang berhadapan dengan kamar satunya.Deon menatap Ayana, melihat wanita itu hilang di balik pintu kamar. Dia pun kembali memandang kamar yang masih berantakan d
“Jadi, apa yang mau kamu ceritakan?” tanya Nabila—pengacara sekaligus sahabat Ayana.Bukannya menjawab pertanyaan Nabila, Ayana malah duduk sambil menggigit ujung kuku jempolnya. Dia melamun saat baru saja sampai di kantor Nabila.Nabila pun mengerutkan alis melihat Ayana yang malah melamun, bahkan sampai melambaikan tangan di depan sahabatnya itu, tapi tetap saja Ayana tidak tersadar dari lamunan.“Ay!” Nabila memanggil dengan suara keras, bahkan sampai memukul meja.Ayana berjengit karena terkejut, hingga menatap Nabila yang sudah memandangnya.“Hah! Apa?” tanya Ayana yang baru kembali dari lamunan.Nabila langsung mencebik mendengar pertanyaan Ayana.“Kamu ke sini untuk cerita masalahmu, atau ke sini hanya untuk numpang melamun,” sindir Nabila sambil merapikan blazer.Ayana tersenyum canggung, kemudian menggaruk pelipis menggunaka telunjuk.“Entahlah, aku harus cerita apa. Sesampainya di sini aku malah bingung,” ucap Ayana yang duduk sambil menyandarkan punggung. Ekspresi wajah men
“De, kenapa kamu diam?” Hyuna menatap Deon curiga, merasa aneh karena pemuda itu terlihat panik dan gugup. “Tidak ada,” kilah Deon, “hanya terkejut saja kamu sudah tahu soal masalah di pesta pernikahan kemarin,” ucap Deon mengelak. Dia belum siap memberitahu gadis itu jika yang menggantikan pengantin pria di pesta kemarin adalah dirinya. Hyuna menatap curiga ke Deon, ingin kembali bicara, tapi karena dosen mereka sudah masuk terlebih dahulu, membuat Hyuna memilih menundanya karena harus fokus belajar. Dua jam berlalu, akhirnya sesi kelas siang itu selesai. Dosen mengakhiri kelas setelah memberikan tugas untuk mahasiswa yang mengikuti kelasnya. Deon merapikan buku, lantas memasukkan ke tas. “De, kamu belum menceritakan yang terjadi di hotel kemarin,” kata Hyuna. “Mau menceritakan apa, Hyuna? Tidak ada yang bisa diceritakan, selain pekerjaan melayani tamu,” balas Deon. Deon menoleh Hyuna, memandang gadis yang sejak tadi menatapnya. “Aku penasaran soal pengantin yang menyewa ballr
Ayana berdiri di sana, mendengarkan setiap kalimat biasa tapi entah kenapa sangat menyakitkan baginya. Kedua tangan mengepal erat, bahkan kuku-kuku jarinya sampai terlihat begitu pucat. “Pokoknya kamu rahasiakan soal ini, jangan sampai orang lain tahu, kalau kami membayar kalian agar adikmu menikah dengan putriku. Jika sampai masalah ini bocor, aku pastikan kamu menanggung semua akibat yang terjadi.” Firman bicara dengan nada penekanan agar Satria tidak membocorkan masalah itu, atau mau ditaruh mana mukanya. “Anda tenang saja, saya akan menutup rapat mulut saya. Lagi pula, sekarang saya juga keluarga Anda, kan? Mana mungkin menjatuhkan keluarga sendiri,” ucap Satria dengan senyum miring di wajah. Firman terpaksa melakukan ini semua jika bukan karena gengsi yang begitu besar. Bukan salahnya jika terkesan menawarkan anak sendiri, sebab Ayana yang sudah berulang kali gagal menikah dan kejadian kemarin adalah yang terfatal. “Sudah, ambil uangmu dan pergilah!” perintah Firman kemudian.