Crash
Mengandung adegan 21++ , Mohon kebijakan pembaca sekalian.
"Ketemu Dy?" Tanya Bobby panik melalui sambungan telepon.
"Ketemu Pak, di klub dalam kondisi mabuk parah." Ucap Ody agak terengah-engah karena sedang membopong El.
"Hah?"
"Iya ini saya baru mau bawa ke kamarnya sama security klub."
"Aduh pak El, jangan teriak-teriak." pekik Ody karena El mulai berteriak-teriak lagi seperti orang kesurupan jenglot
"Memangnya kenapa? Kok kamu ribut sih." ucap El dengan suara lantang. Perasaan selama bekerja dengan El, Ody tak pernah melihat El mabuk hingga separah ini.
"Pak, suara Bapak tu ganggu tamu lain Pak." Ucap Ody berusaha membuat bosnya itu berhenti bicara.
"Ody, kamu cantik tapi bawel banget."
"Hah, Pak Bobby sudah ketemu Mbak Chika?" Tanya Ody sambil menghela nafas panjang.
"Ini saya sudah sampai bandara. Kelihatannya saya akan terlambat datang ke meeting besok. Paling siangan saya baru bisa gabung. Chika kondisinya nggak okey juga, saya akan temani dia ke Shanghai malam ini dan besok pagi saya akan kembali. Saya usahakan datang tepat waktu, kamu siapin aja semua buat meeting besok." Jawab Bobby
"Heh.. Siapa yang ketemu Chika?" Tanya El yang tiba-tiba berbalik lalu mendorong Ody hingga tubuhnya membentur dinding lift.
Dug.
"Auuu.. Ati-ati dong Pak!" Teriak Ody kesakitan lalu dibantu lagi security untuk mengangkat tubuh El.
"Dy!! Jangan bilang kalau Chika bareng saya dan jangan sampai dia tau Chika pergi dari Macau!" Perintah Bobby
"Oooo, ya Pak."
"Dy, Chika sama siapa?" Tanya El lagi sambil menangkup wajah Ody dengan kedua tangannya mengikis jarak diantara mereka yang justru membuat wajah Ody memerah. Bau alkohol menyeruak keluar dari mulutnya membuat Ody agak memiringkan wajahnya menghindari El.
"Ih, Pak El.. Hansip Pak." Jawab Ody ngasal
"Hansip komplek?" tanya El lagi seperti orang bodoh
"Iya Pak. Hansip komplek, Mbak Chikanya diingetin suruh tutup pintu."
"Oooo... Bagus itu hansipnya. Nanti kasih bonus ke hansipnya ya Dy." Sahut El mulai ngelantur.
“Iya Pak El.” Ujar Ody sambil mendengus kesal dengan kelakuan El.
"Mabuknya sampai separah itu ya Dy?" Tanya Bobby yang agak khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.
"Iya Pak, ini kalau nggak di tolongin security mana bisa saya bawa Pak El balik ke kamarnya sendirian."
"El, kamu ada-ada aja. Eh Dy, kamu tapi udah kontak Mr. Choi kan untuk janji ketemu besok?"
"Sudah pak, untungnya beliau bersedia untuk bertemu besok."
"Alasan kamu apa ke dia?"
"Pak El sakit parah."
"Good job Dy. Okey, keep contact ya Dy. Kalau ada apa-apa hubungi saya segera."
"Baik Pak."Sahut Ody cepat
"Pak El, berdirinya yang bener dong pak, berat ini." Ujar Ody lagi karena badan El mulai limbung dan kesadarannya semakin menurun.
"Ody, please deh kamu jangan berisik. Nanti kalau kamu ditangkap hansip karena ganggu ketenangan orang mau?."
"Hiss..." Desis Ody kesal.
"Ya sudah kalau begitu, saya titip El ya Dy." Ujar Bobby mengakhiri pembicaraan mereka.
"Baik Pak." jawab Ody menutup panggilan dari Bobby dan membawa keluar El dari dalam lift. Dengan terseok-seok dia dibantu security Ody menyeret El ke kamarnya dan merebahkannya di ranjang.
"Anything else I can help for you Mam?" Tanya security yang tadi membantu Ody.
"No, thank you Sir." Ujar Ody tersenyum sambil menyerahkan 1 lembar uang 10$ kepada security yang membantunya
"Okey. Thank you mam and good night." Ucap security itu lalu pergi meninggalkan kamar El.
Setelah pintu kamar El tertutup, Ody masih mendengar suara El memanggil-manggil nama Chika. Kepala Ody nyaris pecah karena begitu banyak masalah yang harus dipikirkannya. Ody mendekati El, bau alkohol menyengat di hidungnya.
"Bodoh, tadi kenapa nggak minta tolong buat gantiin bajunya sekalian ya?" Gumam Ody sambil memijit pelipisnya.
Setelah menghela nafas panjang beberapa kali sambil memikirkan cara mengganti pakaian El, akhirnya dia bergegas mengambil pakaian ganti untuk El lalu berusaha menyadarkannya.
"Pak, bangun dulu yuk. Ganti bajunya ya, baju Bapak bau alkohol. Pak.." Ujar Ody sambil menggoyang-goyang badan El.
El sempat membuka matanya dari kondisi mabuknya kemudian dibantu Ody untuk duduk. Namun yang terjadi malah dia memuntahkan seluruh isi perutnya dan mengotori pakaian Ody.
"Astaga Pak...." Pekik Ody panik.
PR Ody bertambah sekarang. Tanpa berlama- lama Ody segera membuka kancing kemeja El yang sudah kotor menampilkan tubuh El yang menggiurkan untuk di jamah. Ody berusaha fokus agar tak teralihkan dengan pemandangan itu lalu bergegas menuju ke kamar mandi guna mengambil handuk basah untuk membasuh tubuh El.
Dia sendiri hanya membersihkan bekas muntah El di tubuhnya dengan kain basah. Namun saat keluar dari kamar mandi Ody dibuat terkejut karena El sudah berdiri didepan kamar mandi. Ody mulai takut karena El menatapnya bagai singa kelaparan.
“Pak, Bapak kenapa? Bapak mau ngapain?!” Ujar Ody yang panik karena El semakin mendekatinya dan menatapnya dengan pandangan seperti ingin menerkamnya hidup-hidup.
Tiba- tiba El menarik tangan Ody paksa tanpa bicara sepatah kata pun lalu menyeretnya ke ranjangnya. Ody berusaha menghindar namun kalah cepat dan kalah kuat dari El. El segera mengunci tubuh kecil Ody di bawah tubuhnya. Kondisi El yang masih dibawah pengaruh alkohol membuatnya mengira bahwa Ody adalah Chika. Ody berusaha melepaskan diri dari dekapan El namun gagal.
"Pak lepaskan saya. Pak El sadar Pak!" Ody berusaha berontak.
"Chika, aku mau kamu. Kamu pikir kamu bisa lepas begitu saja dariku? Sampai kapanpun aku nggak akan pernah ngelepasin kamu. Kamu yang paksa aku melakukan ini. Mulai malam ini kamu akan jadi milik aku untuk selamanya." Ucap El dengan pandangan bringas dan langsung mendaratkan ciuman ke bibir Ody dengan paksa. El mengecupi seluruh wajah Ody dengan kasar tak seperti 2 hari lalu.
"Lepas pak!! Pak El, saya mohon sadar Pak! Jangan Pak.. Lepasin.." Teriak Ody yang terus saja meronta-rota. Bukannya berhenti El semakin menjadi, El semakin mengeratkan cengkramannya di tangan Ody hingga pergelangan tangan Ody tampak memerah. Mata teduh El yang biasa di tatap Ody mendadak menghilang bagaikan monster yang menakutkan. Ody berusaha menghindari ciuman El yang terasa menyakitkan itu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya sayang itupun tak membuahkan hasil.
Ody mulai menangis keras saat dengan kasar El menarik kemeja putih yang Ody pakai hingga seluruh kancingnya lepas dan menampakkan payudara Ody yang menyembul. Kulit putih bersih Ody dan tubuh seksi Ody terekspos jelas. El yang melihat semua itu menjadi semakin liar, dia dengan buas mengecupi tubuh Ody. Bahkan dengan sekali hentakan keras celana bahan yang digunakan Ody tadi sudah teronggok di lantai.
El benar-benar buas. Dengan cepat dan kilat El sudah menelanjangi tubuh Ody hingga tak sehelai benangpun menempel di tubuhnya. Saat El hendak melepas celananya, Ody melihat ada peluang untuk kabur. Dia segera mendorong tubuh El kuat-kuat, hingga El jatuh terjungkal.
Dengan cepat Ody menarik handuk yang tergeletak di lantai untuk menutupi tubuhnya dan hendak kabur keluar kamar El. Namun lagi-lagi Ody kalah cepat, El segera mengejarnya lalu menyergap tubuh Ody dari belakang dan mengangkatnya. Ody berusaha untuk meronta sambil terus berteriak meminta tolong, tapi pasti tak ada yang mendengarnya karena kamar itu kedap suara.
"Tuhan tolong selamatkan aku." ucap Ody sambil terus berusaha berontak dari kungkungan El.
El membanting tubuh Ody ke atas kasur dengan kasar hingga tubuh Ody agak terpental. Ody masih berusaha untuk kabur namun dalam satu kali tarikan, El lagi-lagi sudah berada di atas tubuh Ody dengan senjata yang telah menegang sempurna. Kepanikan Ody semakin menjadi-jadi. Ody berusaha memukuli tubuh dan wajah El, hingga kukunya menggores leher El. Dengan Cepat El menangkap tangan Ody dan menguncinya.
“Malam ini kamu nggak akan bisa lari lagi dariku Chika. Kamu milikku sekarang.” Ucap El kasar.
"Pak, Jangan Pak... Pak El...... Aaaaaaaa...." Teriak Ody keras saat benda keras itu memasuki tubuhnya dengan paksa. Mata Ody terpejam dan air matanya bercucuran deras. Hilang sudah harta yang selama ini dijaganya.
“Pak El.. Sudah Pak.. Pak.. cukup Pak.. Aaaaa.. Tolong lepaskan saya Pak…” Teriak Ody berusaha menghentikan perbuatan El, namun El seakan tidak peduli dengan teriakan Ody.
“Nikmati ini Babe. Kamu sungguh sempurna.” Gumam El yang terus menggerakkan tubuhnya dengan cepat. Desahan El semakin keras, sedang rintihan Ody semakin menyayat hati.
El terus bergerak dan menghujam dengan cepat dan kasar. Nafasnya memburu, pandangan matanya terlihat begitu kejam. Ody sudah tak sanggup menatap El, hatinya begitu sakit terluka dia pun tak mampu lagi untuk berteriak dan hanya bisa menangis merasakan rasa pedih, panas, nyeri, bagai tersayat-sayat di bagian pribadinya. Ody tak lagi mengenali pria yang sekarang ada di atas tubuhnya, pria ini seperti bukan El yang dikenalnya.
Hingga tiba-tiba hentakan dari El berhenti, tubuhnya menegang, terdengar erangan keras keluar dari mulut El dan Ody merasakan sesuatu yang hangat mengalir didalam tubuhnya. Setelah mendapatkan pelepasannya tubuh besar El langsung luruh di samping Ody.
“Sekarang kamu milikku Chika. Sampai kapanpun kamu tetap milikku.” Ucap El sambil memejamkan matanya.
Benda keras milik El sudah terkulai serupa dengan sang empunya yang terlihat sudah tak sadarkan diri. El benar-benar seperti orang kesetanan, Ody tak pernah melihat pribadi El yang seperti ini. Ody hanya bisa meringkuk membelakangi El, menutupi wajahnya sambil menangis tersedu-sedu. Hancur sungguh seluruh hidupnya saat ini.
Broken Perlahan-lahan Ody beranjak dari ranjang El menuju kamar mandi. Dia duduk di bawah pancuran shower, merasakan bagian intinya yang masih terasa perih dan nyeri. Ody berusaha mengatur akal dan emosinya walaupun rasanya sulit dan ingin rasanya berontak. Ody menangis meratapi nasibnya yang begitu malang, suara tangisnya begitu memilukan hati. “Tuhan kenapa ini harus terjadi kepadaku sekarang? Kenapa harus aku yang mengalami ini, disaat aku masih harus bekerja keras untuk keluargaku.” Gumam Ody di sela tangisannya “Apa dosaku Tuhan? Apa kesalahanku hingga aku bernasib begini? Kenapa Engkau mengujiku dengan jalan seperti ini Tuhan?” Ucap Ody lagi dengan tangisan yang menyayat-nyayat. Hampir 1 jam Ody ada dibawah guyuran ai
What Happened? Jam menunjukkan pukul 4 pagi saat El tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Rasa nyeri di kepalanya benar-benar luar biasa bagai ditusuk ribuan paku. Dia memaksakan bangun dan berjalan menuju lemari pakaian. Biasanya Ody akan selalu membawakan kotak obat-obatan untuknya, dan menyelipkannya di antara pakaiannya. Begitu menemukannya dia segera mencari obat sakit kepala di dalam kotak tersebut dan meminumnya. Setelah itu El berjalan gontai menuju kamar mandi lalu menyalakan keran dan membasahi kepala dengan air panas. Beberapa menit kemudian saat yang diminumnya tadi mulai bekerja dan pusing yang dialaminya mulai mereda, kesadaran El perlahan mulai pulih. Ruang kamar mandi menjadi semakin hangat seperti di sauna, hingga uap panas memenuhi seluruh ruangan. Di bawah kucura
Masalah Ternyata meminta bantuan dari Bobby tidak lantas membuat perasaan El menjadi damai dan tenang, yang ada malah semakin kacau mengingat begitu banyak masalah yang menimpa dirinya secara bertubi-tubi hanya dalam satu malam. Mulai dari putus dengan Chika, ditambah urusan kontrak dengan Mr. Choi yang akan dibatalkan, dan yang paling membuatnya pusing adalah mungkin saja dia telah tidur dan menghancurkan hidup seorang perempuan yang entah siapa. Semua masalah itu bagaikan batu besar diatas bahunya. El sedang duduk di sofa kamarnya menatap jauh ke luar jendela, memikirkan segala hal yang mungkin terjadi setelah ini juga langkah yang akan di buatnya. Dia sungguh menata pikirannya serta menyusun prioritas masalah yang harus diselesaikannya segera. Tit... Cekrek...
Are you Okey? Seusai acara runding ulang tadi, Ody memang lebih banyak diam. Dia selalu berusaha menghindari El dan tidak mau menatap wajah El dengan memilih untuk selalu berada di belakang Bobby. El sendiri masih bingung bagaimana harus mulai mengajak bicara Ody tentang kejadian semalam. Kepalanya berputar cepat memikirkan kata-kata yang tepat untuk dikatakan, tapi tiap kali akan mulai bicara selalu saja lidahnya terasa kelu. "Bob.." Panggil El "Hemm.." Jawab Bobby yang sudah memejamkan matanya, rasa kantuk mendera dirinya. "Gue mulai ngomongnya ke Ody gimana ya?" "Ya ngomong aja."
Sebenarnya..Sepanjang minggu ini menjadi hari - hari yang berat bagi Ody. Dia harus betah berhadapan dengan El sepanjang hari bahkan terkadang terpaksa lembur.Entah bagaimana mendeskripsikan apa yang dirasa Ody saat ini, semua bercampur jadi satu hingga mulutnya tak sanggup lagi berkata-kata. Kepalanya berdenyut-denyut ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Nafsu makannya turun drastis hingga rasanya semua pakaian kerjanya mendadak longgar."Dy, ayo makan." Ajak El yang mengamati perubahan Ody sejak pulang dari Macau."Silahkan Pak, saya nanti saja. Kebetulan pekerjaan saya menumpuk dan besok saya sudah mulai cuti.""Kamu nggak lagi sakit kan? Muka kamu pucet banget lo
Misi Aryo Setelah mendengar pengakuan Ody, hati Aryo begitu hancur berkeping-keping. Kepalanya mendidih tiap kali mengingat bagaimana adik kesayangannya telah dilukai bos brengsek yang diam-diam dicintai adiknya ini. "Yes, lo sibuk nggak?" Tulis Aryo melalui chat kepada salah satu temannya. "Nggak, ni lagi mau makan siang. Kenapa?" Balas Yesi "Bisa gue telepon?" "Bisa. Sekarang?" Balas Yesi yang langsung dijawab Aryo dengan menekan nomor Yesi dan menghubunginya. Terdengar bunyi nada sambung melalui ponsel Aryo. Memasuki nada sambung ke 3 panggilan Aryo diangkat.
Kuat MentalUsai sudah masa cuti Ody. Liburan yang lebih banyak dihabiskannya untuk merenung dan meratapi nasib dibanding bersenang-senang. Saatnya kembali pada realita dimana Ody harus berhadapan lagi dengan El. Menyembunyikan semua luka yang dirasakan demi tujuannya. Dia hanya bisa berharap bahwa semua kekhawatirannya selama ini tidak akan terjadi."Pagi Riz." Sapa Ody memasuki area ruang kantor direksi. Riza tampak baru datang dari pantry membawa secangkir kopi."Pagi Mbak Ody. Mana sogokan buat aku dari Bandung?" Todong Riza yang menyeringai lebar hingga matanya tertutup tinggal segaris sambil menengadahkan tangannya."Hiss.. Kamu tu yah bisanya ngemis.. Ada, nanti aja waktu lunch." Ujar Ody dengan tersenyum sinis untuk menggoda Riza
Nice Guy"Yo, weekend nongkrong disini? Mau balik bareng nggak?" Ujar Yesi yang melihat Aryo sedang nongkrong di dekat pos satpam."Nggak lah Yes, gue soalnya masih ada urusan habis ini." Tolak Aryo secara halus."Urusan apaan? Ngapel?" Goda Yesi yang memang sudah mengenal Aryo sejak kuliah walaupun mereka berbeda jurusan."Hiss.. Kepo banget sih lo. Udah, sana balik udah di tunggu jemputan lo tuh." Ujar Aryo sambil menunjuk suami Yesi yang sudah menjemputnya."Ya udah gue balik duluan. Happy weekend ya Yo, bye.""Sip. Ati-ati." Ucap Aryo sambil mengacungkan jempolnya pada Yesi.
Kimora Angelica Rivera Gadis kecil kesayangan El kini telah bertumbuh jadi gadis super cantik dengan perpaduan wajah bule dan oriental. Kimora bertumbuh dengan sehat dan kuat, apa yang dulu mereka khawatirkan bahwa Kim tidak akan bertumbuh sehat nyatanya terbantahkan. Meskipun perjalanan hidupnya tidak mudah, namun gadis kecil yang sudah beranjak remaja itu kini bertumbuh jadi kuat dan pemberani yang cenderung nekat. "Dad, please.. ijinkan aku sekolah ke Singapura," bujuk Kim entah untuk yang ke berapa puluh kali. Pembahasan ini sudah berjalan begitu lama, sejak kasus bully yang dialami Kim 1 tahun lalu. Kim memang tak mau membahas hal itu karena takut membuat kedua orang tuanya cemas namun tak dapat di pungkiri bahwa salah satu alasan Kim memutuskan untuk meninggalkan Indonesia adalah karena hal itu. "Kim, apa nggak bisa ya cari sekolah di Indonesia aja? Di Indonesia juga banyak sekolah bagus kok," ucap El berusaha mengubah keinginan Kim. "Dad, aku ingin berkembang. Jadi tolong i
Pelangi Sehabis Hujan Kepergian Victor 6 bulan lalu memang begitu menyesakkan bagi seluruh keluarga Harrison. Bahkan sebelum kepergiannya itu, dia menitipkan pesan yang sama pada Riana, Erina, dan Ody. Pesan yang meminta mereka untuk memaafkan dirinya yang egois dan berbahagia setelah dia meninggalkan dunia ini. Dia juga berharap agar kepergiannya dapat menebus segala kesalahannya pada mereka selama ini. Situasi jadi jauh lebih baik saat ini. Riana dan Erina belakangan lebih sering menghabiskan waktu bersama. Mereka sepakat untuk memulai segalanya dengan lebih baik sebagai seorang sahabat sekaligus besan. El sendiri mulai dapat bernafas lega. Kasus Rahmat Sutedjo berjalan dengan sangat lancar, ada begitu banyak bantuan yang tak terduga datang silih berganti. Hingga satu demi satu masalahnya pun perlahan dapat diselesaikan. Sekarang, semua orang sedang menikmati buah dari perjuangan mereka. Karena badai tak akan selalu bertahan dan sang surya pasti akan kembali bersinar. Setelah mela
Awal Sebuah AkhirEl menatap punggung Riana yang sedang duduk di taman sendirian. Dari kejauhan El dapat melihat tubuh Riana sedikit berguncang karena tangisnya yang tersedu-sedu. Perlahan El coba mendekati Riana lalu duduk di sampingnya tanpa bicara sepatah katapun.Rasanya dada Riana begitu sesak, dia sungguh tersiksa mengetahui semua fakta yang baru saja didengarnya dari Victor dan Erina. Lelah menangis Riana hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu El. Beban di hatinya terlalu berat untuk ditanggungnya sendiri.El tetap setia menemani Riana hingga hari semakin malam. Ketika Riana sudah cukup tenang, El berusaha menemukan kata-kata penghiburan yang tepat agar dapat meringankan beban hati Riana."Kalau terlalu berat jangan di tahan Ma, lepasin aja," ucap El merangkul bahu Riana erat. "Mama, nggak pernah sangka bahwa akan jadi seperti ini," ujar Riana menghapus sisa air matanya."El paham, Ma. El juga nggak sangka waktu dengar semuanya dari mulut Mami dan Papa." Sontak mata Riana m
Ketika Semua JelasSituasi dalam ruang ICU terasa begitu memberatkan hati Riana. Melihat pria yang sudah puluhan tahun menemani hari-harinya sedang terbaring lemah tak berdaya. Meski sakit membelenggunya hatinya karena berulang kali Victor telah menorehkan luka hingga hampir membuatnya menceraikan cintanya itu. Menurut dokter Lio yang menangani jantungnya, kondisi tubuh Victor melemah. Andai dilakukan operasi saat ini resikonya kematian di atas mejanya akan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan disementara waktu adalah mempertahankannya hingga kondisinya lebih stabil dan dapat dilakukan tindakan pembedahan.Victor menatap Riana yang berada di sisi kirinya, tangannya menggenggam erat tangan Riana sambil tersenyum tipis. Lalu dia menoleh ke sisi kanannya dimana Erina berdiri. "Rin," sapa Victor pelan."Hai, Vic," balas Erina ramah. "Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu," ucapnya dengan suara bergetar. Victor menatap lekat wajah Erina yang masih terlihat cantik seperti puluhan
Obrolan RinganHari menjelang malam saat kondisi Victor terlihat mulai membaik dan dia meminta bertemu semua anggota keluarga. Walaupun kondisi Ody dan Kim saat ini sudah sangat baik, bahkan Ody juga kembali ceria seperti sebelumnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa perasaan tak nyaman jelas muncul di hati mereka. Seakan Victor meminta mereka semua berkumpul untuk berpamitan.Seperti sekarang, Victor sedang bertemu dengan Riana dan Erina secara pribadi, sedang yang lain menunggu di luar. El hanya bisa mengawasi keadaan yang ada tanpa mau menjelaskan apapun pada Amara, Aryo, maupun Ody. Dia tahu niatan Victor untuk menemui semua orang hari ini."Bao, apa mereka akan baik-baik saja di dalam?" bisik Ody yang duduk di kursi ruang tunggu ICU.
Pengakuan Erina5 hari telah berlalu, El mulai bisa sedikit lega dan jadi lebih banyak bersyukur. Tekanan yang dialaminya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Setelah tim legal menyelesaikan seluruh berkas kasus Rahmat Sutedjo, kini kondisi Kim juga semakin kuat dan sudah mulai lepas dari alat bantu nafasnya. Perbaikan kondisi Kim membuat keadaan Ody pun ikut jadi lebih baik. Ody kembali seperti Ody yang dikenalnya. Perempuan itu memang diakui El sangat tangguh. Namun berbeda dengan yang dialami Victor, kondisinya masih belum ada perbaikan.El sudah kembali berkantor walaupun tak penuh waktu. Seperti pagi ini, ketika mobil El baru saja berhenti di depan lobi kantor Intel tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama Amara. El segera menekan tombol hijau di layar ponselnya dan panggilan langsung terhubung.
Berita MengejutkanSetelah 10 menit menunggu, akhirnya Amara, Aryo, dan Erina pun tiba. El segera pamit untuk menemui Ody sebelum pergi ke kantor. Tampaknya dia memang harus mulai bergerak untuk membereskan semua kerumitan yang terjadi. Mungkin tidak semuanya dapat diselesaikannya, namun setidaknya dia telah berusaha menyelesaikan bagiannya."Ai," Panggil El sambil mendekati Ody yang terlihat meringkuk diranjang."Hmmm," gumam Ody masih dengan memejamkan matanya."Bolehkah, aku pergi sebentar ke kantor?" tanya El sambil membelai lengan Ody yang berbaring membelakanginya, "ada urusan yang harus segera ku selesaikan. Aku janji ini tak akan lama," terang El."Okay," ucap Ody singka
Lelah Lahir BatinSejak semalam Ody tampak pendiam, dia tampak menyimpan segala pikirannya seorang diri. Sesungguhnya, El sendiri tertekan hingga tak tau harus berbuat apa. Jelas keadaan ini tak mudah dijalani El, mengingat kondisi Kim yang masih berjuang, melihat Ody yang sedang terpuruk, ditambah lagi kondisi Victor yang sempat memburuk, dan masih banyak masalah yang harus ditanggung El sendirian. Karena merasa tak dapat berbuat banyak untuk mengurai situasi yang ada, akhirnya dia hanya bisa memilih untuk diam sejenak memikirkan solusi terbaik sambil terus berada disisi Ody."Ai, kamu butuh sesuatu?" Tanya El yang langsung berdiri ketika melihat Ody hendak beranjak dari kasurnya."Aku cuma mau ke toilet," sahut Ody."Biar ku bant
Hallo KimOdy menatap lekat ke wajah El yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sedari tadi Ody berusaha menelisik, mencari kebenaran dari ucapan El. Perasaannya saat ini terasa tak nyaman, hatinya tak tenang. Entah dari mana, tapi firasatnya berkata putri kecil mereka sedang tidak baik-baik saja.Ody berusaha mencari celah untuk mencari jawaban dari firasatnya. Penasaran dengan ekspresi yang terus meragu di wajah El membuat Ody semakin yakin bahwa terjadi sesuatu. Dia mulai menggali kebenaran dengan menanyakan nama pilihan El untuk bayi mereka."Oya, nama apa yang kamu pilih untuknya?" tanya Ody sambil menatap wajah El lekat."Namanya, Kimora Angelica Rivera Harrison," jawab El dengan sen