What Happened?
Jam menunjukkan pukul 4 pagi saat El tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Rasa nyeri di kepalanya benar-benar luar biasa bagai ditusuk ribuan paku. Dia memaksakan bangun dan berjalan menuju lemari pakaian. Biasanya Ody akan selalu membawakan kotak obat-obatan untuknya, dan menyelipkannya di antara pakaiannya.
Begitu menemukannya dia segera mencari obat sakit kepala di dalam kotak tersebut dan meminumnya. Setelah itu El berjalan gontai menuju kamar mandi lalu menyalakan keran dan membasahi kepala dengan air panas. Beberapa menit kemudian saat yang diminumnya tadi mulai bekerja dan pusing yang dialaminya mulai mereda, kesadaran El perlahan mulai pulih.
Ruang kamar mandi menjadi semakin hangat seperti di sauna, hingga uap panas memenuhi seluruh ruangan. Di bawah kucuran air panas itu El berusaha mengingat kejadian demi kejadian yang telah terjadi kemarin malam. Dia mengingat saat Chika menolaknya di restoran lalu pergi meninggalkannya seorang diri. Dia juga mengingat saat dirinya pergi ke klub sendirian dan minum cukup banyak. Hal selanjutnya yang diingatnya adalah dia dijemput Ody. Setelah itu dia tidak mengingat apa -apa.
Ada beberapa hal yang tampaknya seperti mimpi. Tapi El pun tak benar-benar yakin apa yang terjadi setelah Ody menjemputnya. Mungkin dia harus bertanya pada Ody pikirnya.
Saat El usai mandi, El berjalan ke wastafel dengan cermin besar yang tertutup uap panas. El menghapus uap itu dan menampilkan seluruh wajahnya. Dia melihat ada luka seperti bekas cakaran di leher kirinya, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang apa sudah terjadi sesuatu? Dia berusaha mengingat potongan lain tentang kejadian semalam saat dia mabuk parah.
El segera keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya. Dia memeriksa sekeliling kamarnya berharap menemukan petunjuk. Pertama dia menemukan beberapa butir kancing baju, dengan cepat dia memeriksa kemeja yang semalam di pakainya. Ternyata kemeja itu teronggok di dekat kamar mandi, bau alkohol bercampur sisa muntahan membuatnya agak mual. El memeriksa kancing bajunya dan semua lengkap.
"Kancing baju siapa ini?" Pikir El.
El kembali memeriksa dan menemukan lipstik yang biasa dipakai Ody. Perasaan El semakin tak karu-karuan. Dia takut jika saat mabuk dia berbuat hal buruk pada Ody.
Kembali dia memeriksa sekeliling kamar dan kali ini ditariknya selimut yang menutupi kasur, El cukup terhenyak mendapati ada bercak darah disana. El yakin pasti terjadi hal buruk, karena tadi saat dia bangun tubuhnya sudah tak menggunakan pakaian sama sekali. Namun dia tak dapat mengingat detailnya dengan benar.
El pusing dibuatnya, tidak mungkin dia langsung bertanya pada Ody apa yang terjadi sebenarnya. Otaknya berputar dengan cepat apa yang harus diperbuatnya. Dia harus tahu apa yang telah terjadi semalam setelah dia mabuk. El segera mencari ponselnya dan menghubungi Bobby. Berulang kali dia menghubungi Bobby, namun tak ada jawaban. Akhirnya mengirim sebuah pesan pada Bobby.
"Bob, temuin gue ASAP!! Emergency!!" Tulis El.
Pikiran El semakin kacau, ketika tak juga dapat mengingat kejadian semalam. Otak cerdasnya mendadak buntu. Dia mencoba menghubungi Bobby lagi, dan kali ini panggilannya diangkat.
"Bob, lo kemana sih? gue telepon dari tadi lo nggak jawab-jawab. gue stress nih nyariin lo." Teriak El keras agak frustasi
"Sabar-sabar... Ini masih jam setengah 6 pagi yah El. Nggak usah teriak-teriak emosi gitu dong." Ucap Bobby dengan suara seperti orang baru bangun tidur.
"gue panik ini bro. Aduh... Gimana ya?"
"Hei, keep calm. Kenapa sih lo? Ada masalah lagi sama perundingan ulang dengan Mr.Choi?" Ucap Bobby di seberang sambungan telepon
"Apa? Runding ulang? Gimana-gimana?" Ujar El terkejut
"Lha, lo stress kenapa kalau bukan karena Mr. Choi?"
"Aduh pusing gue. Bentar-bentar Mr. Choi kenapa?"
"El lo masih mabuk yah El?"
"Sumpah gue nggak ngerti ini maksudnya apa? Runding ulang apa sih?"Kata El sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal dengan frustasi.
"Jadi kemarin waktu lo nggak bisa dihubungi, Ody terima telepon dari Mr. Choi. Pihak mereka minta runding ulang karena dianggap ada kesalahpahaman antara pihak mereka sama pihak kita. Nah gue udah coba atasi sebagai perwakilan lo, cuma Mr. Choi menolak untuk menjelaskan perihal runding ulang ini dan kesalahpahaman yang mereka maksudkan." Jelas Bobby cepat.
"Terus maunya mereka apa?"
"Mereka maunya lo sendiri yang ngerjain perundingan ini tanpa perwakilan. Kalau lo nggak bersedia berunding ulang mereka bakal membatalkan kontrak kerjasamanya."Ujar Bobby yang justru membuat El naik darah.
"Lha, nggak bisa gitu dong." Teriak El penuh emosi
"gue juga bilang begitu, tapi mereka tetap kekeuh. Makanya kemarin kita nyariin lo, sayangnya lo ditemukan Ody sudah dalam kondisi mabuk parah. Untung Ody bisa menyakinkan mereka dan pihak mereka akhirnya bersedia untuk dijadwalkan runding ulang siang ini, dengan alasan lo lagi sakit. Sekarang paham?" Lanjut Bobby
"Jadi hari ini batal tanda tangan kontrak?"
"Ya tergantung hasil dari runding ulang lo sama Mr. Choi. Tapi kalau menurut gue secara pribadi selaku chief legal lo, masalah ini cuma akal-akalan pihak mereka aja sih. Jadi nanti lo harus mantep sama posisi lo, jangan mau di goyah karena kontrak yang kita kasih sudah bagus. Kalau mereka nggak mau ambil mereka yang bakal rugi juga kedepannya."
"Okey, paham."
"Beres yah, gue lanjut siap-siap dulu."
"Okey."
Setelah menutup telephonenya, El baru ingat alasannya menghubungi Bobby. Cepat-cepat dia menghubungi Bobby lagi. Dering ke 3 panggilannya diangkat.
"Napa lagi? Lo nggak bisa ya bikin hidup gue tenang?" Teriak Bobby yang baru saja masuk ke kamar mandi.
"Bob, ada masalah."
"Iya gue tau lo banyak masalahnya."
"Beneran lo tau?"
"Semalem gue udah denger kok."
"Jadi semalam gue kenapa?"
"gue sudah denger kalau Chika mutusin lo dan menolak lamaran lo. Ya kan?"
"Lho kok lo kok bisa tau?"
"Ya kan pas kemarin waktu lo nggak angkat telepon kita dan gue sama Ody juga udah pusing nyari lo akhirnya kita kontak Chika. Sayangnya Chika nggak tau lo dimana? Dia cuma bilang kalau ninggalin lo di restoran." cerita Bobby yang terdengar bergumam karena sambil menggosok giginya
"Terus lo tau hal lain yang terjadi semalam?" Tanya El mengingat bagaimana Chika meninggalkannya semalam.
"Ya menurut Ody dia berhasil nemuin lo di klub sudah dengan kondisi mabuk parah dan hampir nggak sadarkan diri." kata Bobby lagi
"Ody yang anterin gue balik ke kamar?"
"Iyalah, siapa lagi kalau bukan dia. Ody sampai dibantu security klub. Lo gila mabuknya parah tau nggak?"
"Emang gue mabuknya gimana?"
"Bikin malu tau nggak, teriak-teriak kaya orang gila, mana bawa -bawa hansip kompleks segala. Rusuhlah, sampai bikin malu Ody, lo kalau nggak kuat mabuk jangan minum bro, ngerepotin orang tau nggak." Seru Bobby kesal.
"Apa urusannya sama hansip komplek?"
"Ya mana gue tau, mana pake nyuruh Ody nambahin gaji hansip komplek segala. Gila kan lo?" Ucap Bobby dengan suara bergema, yang tampaknya juga sedang mandi karena terdengar kucuran air shower.
"Terus setelah itu apa lagi yang terjadi?"
"Nggak tau lah, lo tanya aja sama Ody. Say sorry tu sama Ody lo udah nyusahin dia banget." nasihat Bobby.
"Iya sih. Ya udah." Ucap El lalu mematikan panggilan.
Baru beberapa saat menutup teleponnya, El kembali sadar alasannya menghubungi Bobby. Dia kembali menekan nomor Bobby, baru dering pertama sudah diangkat.
"Ya Tuhan.. Napa lagi sih El? Lo nggak ada capek-capeknya ya gangguin gue. Udah bangunin gue pagi-pagi teriak-teriak bikin pusing kepala gue, emang nggak bisa liat hidup orang tenang. gue memang pegawai lo tapi ini belum jam kantor bos." Cerocos Bobby yang kesal dengan kelakuan sahabat sekaligus bosnya ini.
"Sorry sorry. Gue tadi kelupaan soalnya, gue mau minta tolong."
"Tolong apaan?" ujar Bobby ketus
"Tolong carikan informasi tentang kejadian semalam?"
"Kejadian apa lagi? Lha kan tadi gue udah terangin semua ke lo bro. Lo perhatiin nggak sih?" Kata Bobby sambil menghentak-hentakkan kaki.
"Bukan itu... Ehm... Itu... Itu masalah... Masalah..."
"Heii!!!! Ngomong yang bener bisa nggak sih, jangan bikin orang emosi pagi-pagi bisa nggak sih?! Lo kenapa sih jadi mendadak kaya orang bego gitu?!” Seru Bobby bertambah kesal.
"Gini Bob, keliatannya setelah Ody anterin gue balik ke kamar ada kejadian lain. Tapi gue nggak tau bener apa nggak, soalnya gue nggak inget sama sekali detail kejadiannya." Ujar El mencoba menjelaskan situasi yang mengganggu pikirannya.
"Bentar-bentar, ini ngomongin apa sih?"
"Gue susah neranginnya, intinya keliatannya gue bikin salah tapi gue nggak tau sama siapa."
"Bikin salah apa sih El?"
"Kayaknya gue nidurin cewek deh."
"Hah?? Maksud lo, lo buang nafsu sama cewek antah berantah karena frustasi diputus Chika? Wah gila lo bro!!" Teriak Bobby terkejut dengan pernyataan El.
"Bukan gitu Bob. Aduh gimana ya?" El merasa pusing karena hal ini.
"Sekarang lo minta tolong gue nyari video bokep lo bareng cewek antah berantah itu? Lo sarap yah?"
"Bobby!!! Bisa diem dulu nggak sih. gue butuh bantuan lo cari tau siapa yang keluar masuk kamar gue selain Ody, karena ada bercak darah di kasur gue." Teriak El yang semakin membuat Bobby terkejut.
"Njir... Maksud lo?"
"Keliatannya tu cewek masih perawan Bob."
"Ahhh gila sih lo. Anak perawan mana lo sikat gratisan?"
"Lo jangan nambah-nambahin gue panik dong!"
"Ya lo coba tanyain ke Ody ajah." Ujar Bobby memberi masukan.
"Gila lo, ya masa gue tanya ke Ody?"
"Ya kan yang terakhir kali masuk ke kamar lo itu dia. Dia juga yang punya akses card kamar lo kan?"
"Udah deh Bob, pokoknya lo cari tau aja. Terserah gimana caranya, intinya gue pengen tau itu cewek siapa. Karena sebenarnya gue nggak inget yang terjadi semalam, sama sekali. Makanya gue stress, gue takutnya kalau ada orang yang mau manfaatin situasi ini buat keperluan bisnis dan nekan gue." Ucap El.
"Bisa jadi sih. Ya udah, okey gue cari tau buat lo."
"Sebelum meeting bareng Mr. Choi, lo sudah harus dapat hasilnya yah."
"Secepat itu? Lo nggak salah?"
"Iya. gue nggak mau di permainkan sama lawan bisnis gue Bob. Jadi dengan gue tau kejadiannya gue nggak akan di bodoh-bodohin sama mereka." Ujar El sambil memijat keningnya yang mulai pusing.
"Kasih gue waktu sampai siang. gue akan cari tau sendiri, gue pamit agak mepet ikut rapatnya."
"Okey, thanks Bob."
"Sip. Jangan telpon gue lagi ngerti? Awas lo telephone lagi!!" Ancam Bobby lalu mematikan telephone.
Masalah Ternyata meminta bantuan dari Bobby tidak lantas membuat perasaan El menjadi damai dan tenang, yang ada malah semakin kacau mengingat begitu banyak masalah yang menimpa dirinya secara bertubi-tubi hanya dalam satu malam. Mulai dari putus dengan Chika, ditambah urusan kontrak dengan Mr. Choi yang akan dibatalkan, dan yang paling membuatnya pusing adalah mungkin saja dia telah tidur dan menghancurkan hidup seorang perempuan yang entah siapa. Semua masalah itu bagaikan batu besar diatas bahunya. El sedang duduk di sofa kamarnya menatap jauh ke luar jendela, memikirkan segala hal yang mungkin terjadi setelah ini juga langkah yang akan di buatnya. Dia sungguh menata pikirannya serta menyusun prioritas masalah yang harus diselesaikannya segera. Tit... Cekrek...
Are you Okey? Seusai acara runding ulang tadi, Ody memang lebih banyak diam. Dia selalu berusaha menghindari El dan tidak mau menatap wajah El dengan memilih untuk selalu berada di belakang Bobby. El sendiri masih bingung bagaimana harus mulai mengajak bicara Ody tentang kejadian semalam. Kepalanya berputar cepat memikirkan kata-kata yang tepat untuk dikatakan, tapi tiap kali akan mulai bicara selalu saja lidahnya terasa kelu. "Bob.." Panggil El "Hemm.." Jawab Bobby yang sudah memejamkan matanya, rasa kantuk mendera dirinya. "Gue mulai ngomongnya ke Ody gimana ya?" "Ya ngomong aja."
Sebenarnya..Sepanjang minggu ini menjadi hari - hari yang berat bagi Ody. Dia harus betah berhadapan dengan El sepanjang hari bahkan terkadang terpaksa lembur.Entah bagaimana mendeskripsikan apa yang dirasa Ody saat ini, semua bercampur jadi satu hingga mulutnya tak sanggup lagi berkata-kata. Kepalanya berdenyut-denyut ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Nafsu makannya turun drastis hingga rasanya semua pakaian kerjanya mendadak longgar."Dy, ayo makan." Ajak El yang mengamati perubahan Ody sejak pulang dari Macau."Silahkan Pak, saya nanti saja. Kebetulan pekerjaan saya menumpuk dan besok saya sudah mulai cuti.""Kamu nggak lagi sakit kan? Muka kamu pucet banget lo
Misi Aryo Setelah mendengar pengakuan Ody, hati Aryo begitu hancur berkeping-keping. Kepalanya mendidih tiap kali mengingat bagaimana adik kesayangannya telah dilukai bos brengsek yang diam-diam dicintai adiknya ini. "Yes, lo sibuk nggak?" Tulis Aryo melalui chat kepada salah satu temannya. "Nggak, ni lagi mau makan siang. Kenapa?" Balas Yesi "Bisa gue telepon?" "Bisa. Sekarang?" Balas Yesi yang langsung dijawab Aryo dengan menekan nomor Yesi dan menghubunginya. Terdengar bunyi nada sambung melalui ponsel Aryo. Memasuki nada sambung ke 3 panggilan Aryo diangkat.
Kuat MentalUsai sudah masa cuti Ody. Liburan yang lebih banyak dihabiskannya untuk merenung dan meratapi nasib dibanding bersenang-senang. Saatnya kembali pada realita dimana Ody harus berhadapan lagi dengan El. Menyembunyikan semua luka yang dirasakan demi tujuannya. Dia hanya bisa berharap bahwa semua kekhawatirannya selama ini tidak akan terjadi."Pagi Riz." Sapa Ody memasuki area ruang kantor direksi. Riza tampak baru datang dari pantry membawa secangkir kopi."Pagi Mbak Ody. Mana sogokan buat aku dari Bandung?" Todong Riza yang menyeringai lebar hingga matanya tertutup tinggal segaris sambil menengadahkan tangannya."Hiss.. Kamu tu yah bisanya ngemis.. Ada, nanti aja waktu lunch." Ujar Ody dengan tersenyum sinis untuk menggoda Riza
Nice Guy"Yo, weekend nongkrong disini? Mau balik bareng nggak?" Ujar Yesi yang melihat Aryo sedang nongkrong di dekat pos satpam."Nggak lah Yes, gue soalnya masih ada urusan habis ini." Tolak Aryo secara halus."Urusan apaan? Ngapel?" Goda Yesi yang memang sudah mengenal Aryo sejak kuliah walaupun mereka berbeda jurusan."Hiss.. Kepo banget sih lo. Udah, sana balik udah di tunggu jemputan lo tuh." Ujar Aryo sambil menunjuk suami Yesi yang sudah menjemputnya."Ya udah gue balik duluan. Happy weekend ya Yo, bye.""Sip. Ati-ati." Ucap Aryo sambil mengacungkan jempolnya pada Yesi.
Guardian Angelo"Hah? Siapa tadi kamu bilang?" Tanya El bingung."Kepala IT yang baru di kantor kita El.""Kepala IT?""Iya.""Kok bisa kepala IT kita ada disini?""Tadi mobil gue mogok waktu mau jalan kesini, terus dia tolongin dan antar dan temenin gue disini.""Terus.""Ya waktu perawat bilang kalau Papa butuh donor darah dia dengan sukarela menawarkan diri.""Siapa sih? Orangnya sekarang mana?" Tanya El penasaran
ProtectiveHari masih pagi namun kehebohan sudah terjadi di apartemen Ody. Mulai hari ini Aryo akan mengantar jemput Ody ke kantor. Kepala Ody hampir pecah setelah semalaman harus berdebat dengan Aryo karena sikapnya yang over protective."Ko, aku ada mobil dan supir yang antar jemput kok. Ngapain sih maksa banget buat jemput aku?" Teriak Ody dari dalam kamar."Mulai sekarang aku yang bakal antar jemput kamu. Nggak ada lagi penolakan, ngerti?!" Jawab Aryo yang sedang berdiri bersandar di pintu sambil menatap Ody"Tapi kan.." Ucap Ody yang langsung dipotong Aryo."Sttt berisik. Bisa nggak sih kamu tu nurut sama Koko? Koko nggak akan celakai kamu kok. Koko ini sayang kamu Dy
Kimora Angelica Rivera Gadis kecil kesayangan El kini telah bertumbuh jadi gadis super cantik dengan perpaduan wajah bule dan oriental. Kimora bertumbuh dengan sehat dan kuat, apa yang dulu mereka khawatirkan bahwa Kim tidak akan bertumbuh sehat nyatanya terbantahkan. Meskipun perjalanan hidupnya tidak mudah, namun gadis kecil yang sudah beranjak remaja itu kini bertumbuh jadi kuat dan pemberani yang cenderung nekat. "Dad, please.. ijinkan aku sekolah ke Singapura," bujuk Kim entah untuk yang ke berapa puluh kali. Pembahasan ini sudah berjalan begitu lama, sejak kasus bully yang dialami Kim 1 tahun lalu. Kim memang tak mau membahas hal itu karena takut membuat kedua orang tuanya cemas namun tak dapat di pungkiri bahwa salah satu alasan Kim memutuskan untuk meninggalkan Indonesia adalah karena hal itu. "Kim, apa nggak bisa ya cari sekolah di Indonesia aja? Di Indonesia juga banyak sekolah bagus kok," ucap El berusaha mengubah keinginan Kim. "Dad, aku ingin berkembang. Jadi tolong i
Pelangi Sehabis Hujan Kepergian Victor 6 bulan lalu memang begitu menyesakkan bagi seluruh keluarga Harrison. Bahkan sebelum kepergiannya itu, dia menitipkan pesan yang sama pada Riana, Erina, dan Ody. Pesan yang meminta mereka untuk memaafkan dirinya yang egois dan berbahagia setelah dia meninggalkan dunia ini. Dia juga berharap agar kepergiannya dapat menebus segala kesalahannya pada mereka selama ini. Situasi jadi jauh lebih baik saat ini. Riana dan Erina belakangan lebih sering menghabiskan waktu bersama. Mereka sepakat untuk memulai segalanya dengan lebih baik sebagai seorang sahabat sekaligus besan. El sendiri mulai dapat bernafas lega. Kasus Rahmat Sutedjo berjalan dengan sangat lancar, ada begitu banyak bantuan yang tak terduga datang silih berganti. Hingga satu demi satu masalahnya pun perlahan dapat diselesaikan. Sekarang, semua orang sedang menikmati buah dari perjuangan mereka. Karena badai tak akan selalu bertahan dan sang surya pasti akan kembali bersinar. Setelah mela
Awal Sebuah AkhirEl menatap punggung Riana yang sedang duduk di taman sendirian. Dari kejauhan El dapat melihat tubuh Riana sedikit berguncang karena tangisnya yang tersedu-sedu. Perlahan El coba mendekati Riana lalu duduk di sampingnya tanpa bicara sepatah katapun.Rasanya dada Riana begitu sesak, dia sungguh tersiksa mengetahui semua fakta yang baru saja didengarnya dari Victor dan Erina. Lelah menangis Riana hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu El. Beban di hatinya terlalu berat untuk ditanggungnya sendiri.El tetap setia menemani Riana hingga hari semakin malam. Ketika Riana sudah cukup tenang, El berusaha menemukan kata-kata penghiburan yang tepat agar dapat meringankan beban hati Riana."Kalau terlalu berat jangan di tahan Ma, lepasin aja," ucap El merangkul bahu Riana erat. "Mama, nggak pernah sangka bahwa akan jadi seperti ini," ujar Riana menghapus sisa air matanya."El paham, Ma. El juga nggak sangka waktu dengar semuanya dari mulut Mami dan Papa." Sontak mata Riana m
Ketika Semua JelasSituasi dalam ruang ICU terasa begitu memberatkan hati Riana. Melihat pria yang sudah puluhan tahun menemani hari-harinya sedang terbaring lemah tak berdaya. Meski sakit membelenggunya hatinya karena berulang kali Victor telah menorehkan luka hingga hampir membuatnya menceraikan cintanya itu. Menurut dokter Lio yang menangani jantungnya, kondisi tubuh Victor melemah. Andai dilakukan operasi saat ini resikonya kematian di atas mejanya akan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan disementara waktu adalah mempertahankannya hingga kondisinya lebih stabil dan dapat dilakukan tindakan pembedahan.Victor menatap Riana yang berada di sisi kirinya, tangannya menggenggam erat tangan Riana sambil tersenyum tipis. Lalu dia menoleh ke sisi kanannya dimana Erina berdiri. "Rin," sapa Victor pelan."Hai, Vic," balas Erina ramah. "Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu," ucapnya dengan suara bergetar. Victor menatap lekat wajah Erina yang masih terlihat cantik seperti puluhan
Obrolan RinganHari menjelang malam saat kondisi Victor terlihat mulai membaik dan dia meminta bertemu semua anggota keluarga. Walaupun kondisi Ody dan Kim saat ini sudah sangat baik, bahkan Ody juga kembali ceria seperti sebelumnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa perasaan tak nyaman jelas muncul di hati mereka. Seakan Victor meminta mereka semua berkumpul untuk berpamitan.Seperti sekarang, Victor sedang bertemu dengan Riana dan Erina secara pribadi, sedang yang lain menunggu di luar. El hanya bisa mengawasi keadaan yang ada tanpa mau menjelaskan apapun pada Amara, Aryo, maupun Ody. Dia tahu niatan Victor untuk menemui semua orang hari ini."Bao, apa mereka akan baik-baik saja di dalam?" bisik Ody yang duduk di kursi ruang tunggu ICU.
Pengakuan Erina5 hari telah berlalu, El mulai bisa sedikit lega dan jadi lebih banyak bersyukur. Tekanan yang dialaminya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Setelah tim legal menyelesaikan seluruh berkas kasus Rahmat Sutedjo, kini kondisi Kim juga semakin kuat dan sudah mulai lepas dari alat bantu nafasnya. Perbaikan kondisi Kim membuat keadaan Ody pun ikut jadi lebih baik. Ody kembali seperti Ody yang dikenalnya. Perempuan itu memang diakui El sangat tangguh. Namun berbeda dengan yang dialami Victor, kondisinya masih belum ada perbaikan.El sudah kembali berkantor walaupun tak penuh waktu. Seperti pagi ini, ketika mobil El baru saja berhenti di depan lobi kantor Intel tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama Amara. El segera menekan tombol hijau di layar ponselnya dan panggilan langsung terhubung.
Berita MengejutkanSetelah 10 menit menunggu, akhirnya Amara, Aryo, dan Erina pun tiba. El segera pamit untuk menemui Ody sebelum pergi ke kantor. Tampaknya dia memang harus mulai bergerak untuk membereskan semua kerumitan yang terjadi. Mungkin tidak semuanya dapat diselesaikannya, namun setidaknya dia telah berusaha menyelesaikan bagiannya."Ai," Panggil El sambil mendekati Ody yang terlihat meringkuk diranjang."Hmmm," gumam Ody masih dengan memejamkan matanya."Bolehkah, aku pergi sebentar ke kantor?" tanya El sambil membelai lengan Ody yang berbaring membelakanginya, "ada urusan yang harus segera ku selesaikan. Aku janji ini tak akan lama," terang El."Okay," ucap Ody singka
Lelah Lahir BatinSejak semalam Ody tampak pendiam, dia tampak menyimpan segala pikirannya seorang diri. Sesungguhnya, El sendiri tertekan hingga tak tau harus berbuat apa. Jelas keadaan ini tak mudah dijalani El, mengingat kondisi Kim yang masih berjuang, melihat Ody yang sedang terpuruk, ditambah lagi kondisi Victor yang sempat memburuk, dan masih banyak masalah yang harus ditanggung El sendirian. Karena merasa tak dapat berbuat banyak untuk mengurai situasi yang ada, akhirnya dia hanya bisa memilih untuk diam sejenak memikirkan solusi terbaik sambil terus berada disisi Ody."Ai, kamu butuh sesuatu?" Tanya El yang langsung berdiri ketika melihat Ody hendak beranjak dari kasurnya."Aku cuma mau ke toilet," sahut Ody."Biar ku bant
Hallo KimOdy menatap lekat ke wajah El yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sedari tadi Ody berusaha menelisik, mencari kebenaran dari ucapan El. Perasaannya saat ini terasa tak nyaman, hatinya tak tenang. Entah dari mana, tapi firasatnya berkata putri kecil mereka sedang tidak baik-baik saja.Ody berusaha mencari celah untuk mencari jawaban dari firasatnya. Penasaran dengan ekspresi yang terus meragu di wajah El membuat Ody semakin yakin bahwa terjadi sesuatu. Dia mulai menggali kebenaran dengan menanyakan nama pilihan El untuk bayi mereka."Oya, nama apa yang kamu pilih untuknya?" tanya Ody sambil menatap wajah El lekat."Namanya, Kimora Angelica Rivera Harrison," jawab El dengan sen