Beranda / Romansa / My Possessive Bodyguard Matteo / 2. Dijebak saat malam pertunangan

Share

2. Dijebak saat malam pertunangan

Penulis: Yeny Yuliana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa yang membuat wajahmu babak belur begitu?" tanya Emily saat mendapati wajah Adrian memar.

"Bodyguard bodoh Luna menghajarku tanpa sebab." jawab Adrian berbohong dan memasang raut wajah polos, karena tidak mungkin dia mengaku kepada Emily bahwa memar di wajahnya terjadi karena dia berusaha mencium Luna, yang tak lain adalah saudara tiri Emily. Bisa-bisa Emily marah saat itu juga.

Pria itu menyesap minuman yang sudah Emily pesan beberapa menit sebelum pria itu datang ke cafe tempat mereka berada saat ini.

Di kursi seberang meja, Emily menatap lekat pada wajah kekasihnya tesebut. Karena sedingin apa pun pembawaan Matteo, tetapi menurutnya pria itu bukanlah orang dengan gangguan jiwa yang akan menyerang siapa pun tanpa alasan. Emily meragukan jawaban Adrian.

“Kau pasti berbohong! Pasti kau melakukan sesuatu yang membuat amarahnya tersulut.” desak Emily dengan tatapan penuh selidik.

Andrian pun menarik nafas berat dan menghembuskannya perlahan sebelum akhirnya mengakui kesalahannya.

“Baiklah aku mengaku." Adrian meletakkan cangkir kopi yang baru saja ia sesap. "Pukulan ini aku dapatkan saat aku hendak mencium Luna. Dan tanpa aku ketahui dari mana asalnya, bodyguard bodoh itu datang dan langsung menyerangku.”

Jantung Emily berdenyut nyeri dan menatap Adrian dengan tatapan nanar. Dada gadis itu mulai sesak, air mata menggenangi kedua matanya. Selama ini Adrian selalu berkata bahwa dia hanya mencintai Emily, bukan Luna!

Kini dia merasa ragu dengan cinta Adrian terhadapnya. Emily menangis dan berpikir bahwa di pertemuan malam itu Adrian akan berkata bahwa ia memilih untuk mengakhiri semuanya dan menerima acara pertunangan yang akan diberlangsungkan besok malam.

“Jika itu yang ingin kau katakan, sebaiknya kau tidak perlu memenuhi janji temu denganku!”

Alis Adrian bertaut, dia tidak mengerti kemana arah pembicaraan gadis itu.

"Apa maksudmu?"

"Jangan katakan padaku jika kau benar-benar mencintai Luna, dan kedatanganmu di sini untuk mengatakan bahwa kau ingin menyudahi semuanya!" Emily menutup kedua telingannya sembari terus menggeleng.

Adrian bangkit dan memegangi bahu gadis itu untuk meluruskan kesalahpahaman yang ada.

"Hey, Emily, sadarlah, kau hanya salah paham!" ucap Adrian dengan suara niak beberapa oktaf, membuat para pengunjung lain di cafe tersebut melihat ke arah pasangan tersebut. "Dengarkan aku, kau hanya salah paham. Bukankah dengan kejadian itu, kita akan lebih mudah membuat ayahmu berpikir bahwa ada sesuatu di balik sikap posesif bodyguard bodoh itu, bukankah begitu?" ujar Adrian berusaha memanipulasi Emily.

Adrian menyentuh lengan Emily dan manatap mata gadis itu lekat untuk meyakinkan padanya bahwa apa yang ada di dalam kepalanya tidak seperti yang Emily pikirkan. Dan semudah itu Emily percaya apa yang Adrian katakan.

"Apakah kau yakin lebih memilihku, sedangkan hari pertunanganmu akan diselenggarakan besok malam bersamaan dengan perayaan ulang tahun ayahku."

"Ada seribu jalan untuk menuju Roma. Begitu juga dengan pertunangan besok malam. Akan ada banyak cara untuk kita menggagalkannya." Adrian memeluk Emily untuk meyakinkan gadis itu atas keputusan yang dia ambil.

"Sungguh?" Emily bertanya untuk mendapat sebuah kepastian.

"Tentu saja. Setelah bertemu denganmu, rasa cintaku terhdap Luna hilang tak bersisa. Bukankah aku sudah mengatakan itu berulang kali?" jawab Adrian, lalu mendaratkan sebuah ciuman di pipi gadis tersebut. "Kau adalah perempuan penggodaku, Emily."

Setelah suasana kembali kondusif, Adrian dan Emily mulai menyusun strategi licik untuk menggagalkan pertunangan antara Adrian dengan Luna besok malam.

..............................................

Menghadiri acara pertunangan Luna adalah sebuah kebodohan yang Matteo lakukan. Pria itu rela mempertaruhkan hatinya yang pasti akan hancur saat melihat gadis yang diam-diam dia sukai bertunangan dengan pria berengsek yang sempat ingin dia buat meregang nyawa di taman beberapa waktu lalu.

Berbalut setelan jas slim fit dan rambut tertata rapi, Matteo duduk di salah satu kursi tamu lebih awal sebelum tamu undangan lain berdatangan. Wajah pria itu menengadah ke langit-langit dengan mata terpejam, pria itu sedang bertarung dengan isi kepalanya; akankah dia tetap bertahan untuk menjadi bodyguard Luna, atau mengundurkan diri dan secepatnya melupakan gadis itu?

Kehadiran seseorang yang menepuk bahunya membuyarkan lamunan Matteo. Pria itu melirik pada seseorang yang baru saja menepuk bahunya.

"Hay, Brother." sapa Adrian.

Melihat pria di sampingnya yang sebentar lagi menjadi tunangan Luna, Matteo pun mendengus pelan.

"Aku minta maaf atas perbuatanku kemarin." Adrian menperlihatkan raut penyesalan di wajahnya.

"Untuk apa?" salah satu alis Matteo naik mendekati dahi, berpura-pura tidak tahu dengan apa yang Adrian katakan, padahal sebaliknya.

'Ternyata benar apa yang dikatakan Emily, bodyguard yang Alex pilihkan untuk Luna benar-benar seorang pria yang bodoh!' Adrian mengumpat dalam hati.

"Lupakan, Brother. Kita bisa duduk di taman sembari menunggu tamu undangan berdatangan." Adrian tersenyum sembari menatap ke sekeliling, hall belum dipadati para tamu. Ini adalah saat yang tepat untuk membawa Matteo pergi dari sana, agar tak seorang pun mengetahui apa yang akan dia lakukan setelahnya.

Matteo ingin sekali menolak ajakan pria itu. Namun, jika Matteo menolak, bukankah hal itu bisa memancing tanya Adrian bahwa dia menyukai Luna?

Setelah beberapa saat menimbang ajakan Adrian, Matteo akhirnya mengiyakan ajakan pria tersebut untuk mengobrol dengannya di gazebo yang ada di taman samping bangunan rumah Lucia.

Setibanya di gazebo, Adrian memberikan segelas mojito yang sejak tadi berada di tangan kanannya.

Untuk sekian detik, Matteo hanya melihat benda tersebut tanpa ada keinginan untuk mengambilnya, namun Adrian berhasil membujuknya hingga minuman tersebut berpindah ke tangan Matteo.

"Terima kasih sudah bersedia menemaniku di sini. Aku hanya merasa gugup dan membutuhkan teman bicara untuk menghilangkan kegugupanku." ucap Adrian yang sama sekali tidak Matteo tanggapi.

Matteo menyesap mojito dalam gelasnya. Sesekali pria itu merespon pembicaraan Adrian yang menurutnya sangat tidak penting untuk dibicarakan dan membuatnya merasa muak.

Adrian mencuri lihat pada wajah Matteo untuk memastikan psikedelik yang dia campur dalam minuman pria itu bekerja. Seperti kesepakatannya dengan Emily, dia akan menumbalkan Luna dan Matteo untuk menggagalkan pertunangan dirinya dengan Luna demi mempertahankan hubungannya dengan Emily, saudara tiri Luna yang selama ini mereka berselingkuh tanpa sepengetahuan Luna.

Beberapa belas menit setelah usaha kerasnya mengulur waktu pembicaraan, nampaknya hasil yang dia harapkan mulai terlihat, Matteo mulai mengalami penurunan kesadaran.

Adrian melihat ke sekeliling untuk memastikan bahwa keadaannya saat ini memungkinkan untuk membawa Matteo masuk ke dalam kamar pembantu yang kosong.

Pria itu menelepon Emily, dan dalam dering ketiga gadis itu baru mengangkat teleponnya.

"Emily, pria bodoh ini sudah tak sadarkan diri, kemana aku harus membawanya?" ucap Adrian sembari berbisik, dan melihat keadaan di sekitar yang hanya ada dia dan Matteo.

"Bawa Matteo ke kamar pembantu paling ujung." jawab Emily dengan nafas terengah. Adrian tahu, gadis itu juga pasti baru saja melakukan pekerjaan yang melelahkan sepertinya; membawa Luna ke dalam kamar pembantu yang terletak di belakang gedung rumah.

"Baiklah, aku segera ke sana." jawab Adrian lalu mematikan telepon dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Sekuat tenaga Adrian memapah tubuh Matteo yang lebih besar darinya, melintasi taman yang cukup luas dan menatap ke sekitar penuh antisipasi.

Kerja kerasnya terbayar lunas dengan sampainya ia di kamar pembantu yang terletak paling ujung, tempat di mana sekarang Emily membawa tubuh Luna yang tak berdaya di bawah kendali obat tidur.

"Sssst, Adrian," panggil Emily dengan berbisik sembari menatap sekitar penuh antisipasi, yang dengan cepat Adrian respon dengan anggukan.

Pria itu menarik nafas untuk nengumpulkan kembali tenaganya yang nyaris habis karena tubuh Matteo begitu berat.

Situasi cukup aman, para pelayan sedang bekerja untuk menyiapkan jamuan acara ulang tahun dan pertunangan di hall.

"Cepat, kita hanya perlu memasukkan Matteo di ruangan itu dan langsung pergi dari sini," kembali Emily berbisik sembari bergerak gelisah, khawatir jika ada seseorang yang tiba-tiba datang.

"Jangan hanya bicara dan berdiri di situ, bantulah, tubuh si bodoh ini begitu berat," rintih Adrian yang merasakan bahunya nyaris patah.

Emily pun segera berjalan ke depan dan membantu Adrian untuk memapah tubuh Matteo masuk di ruangan tersebut.

"Bagaimana dengan Luna? Apa kau sudah memastikan kondisinya?" tanya Adrian sembari menyapukan kedua tangannya, seolah tubuh Matteo adalah sesuatu yang berdebu.

"Tentu saja. Aku bahkan melepas gaun yang melekat pada tubuhnya." Emily menyeringai licik yang diikuti oleh Adrian. "Kita harus cepat pergi dari sini sebelum ada yang melihat kita." bisik Emily sembari berlari kecil yang diikuti Adrian.

Sepasang sejoli itu menjauhi kamar pembantu dimana dia dan Adrian secara licik menjadikan Luna dan Matteo sebagai korban atas keegoisan mereka agar tetap bersama.

Bab terkait

  • My Possessive Bodyguard Matteo   3. Terbangun dalam keadaan tanpa busana

    "Bastard!" geram Matteo saat mendapati tubuhnya terjerembab di atas lantai tanpa menyadari siapa pelaku yang mendorongnya.Pria 32 tahun itu berjalan gontai menuju ke sebuah ranjang, karena dalam keadaan mabuk berat pun dia tau bahwa berbaring di ranjang jauh lebih nyaman dari pada di atas lantai yang dingin.Dibawah pengaruh psikedelik yang Adrian masukkan ke dalam minumannya, menjadikan Matteo berhalusinasi dan mulai bereuforia saat melihat gadis yang dia sukai terlelap di atas ranjang hanya menggunakan pakaian dalam, sementara gaun indah yang melekat pada tubuhnya tergeletak di atas lantai."Ah, Luna, aku nyaris berpikir bahwa harapanku akan pupus malam ini." gumam Matteo sembari menyentuh pipi Luna yang sehalus porseline cina. "Ternyata aku salah, kau datang dan menyerahkan tubuhmu sepenuhnya padaku! Sekarang aku sadar, cintaku tidak bertepuk sebelah tangan!" Dalam halusinasinya, Matteo melihat Luna seolah sangat berhasrat padanya, sehingga ia pun tertawa renyah karenannya."Baik

  • My Possessive Bodyguard Matteo   4. Diusir dari kediaman keluarga Winterbourne

    Diliputi perasaan gelisah, Luna ahirnya memenuhi panggilan ayahnya ke ruang tamu diikuti oleh Matteo yang juga memenuhi panggilan Alex. Ternyata tidak hanya Alex yang ada di sana, ada Adrian dan juga kedua orang tuanya, Robert Carter dan Sarah Carter. Semua orang yang ada di sana menatap Matteo dan Luna dengan tatapan benci. Seketika atmosfer di ruangan tersebut terasa berat bagi Luna. "Ada apa Ayah memanggilku?" tanya Luna yang sama sekali tidak tahu apa tujuan Alex memanggilnya. Raut wajah polos Luna seketika menambah kemarahan Alex. "Jangan berpura-pura bodoh di hadapanku!" gram Alex dengan kedua tangan mengepal di atas pangkuan. "Apa maksudmu, Ayah?" dahi Luna mengernyit dalam, dia benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya dibicarakan oleh ayahnya. "Kau masih saja bertanya apa maksudku?" Alex bertanya dengan seringai tajam yang membuat bulu kuduk Luna meremang. Itu adalah kali pertama dia melihat raut menyeramkan sang ayah. "Ayah melihatmu melakukan hal yang tak pantas

  • My Possessive Bodyguard Matteo   5. Apakah dia sedang memanfaatkan kesempatan?

    Semua penjaga kediaman Winerbourne menatap Luna yang baru saja keluar dari rumah dengan tatapan iba, meski mereka tahu perbuatan Luna tidak bisa dibenarkan. "Sayang sekali, di balik wajah cantik dan sikap baiknya selama ini tersimpan hati yang busuk. Ugh, aku bahkan merasa mual hanya karena melihanya yang melintas di depanku." Umpat James sembari menutup hidung. Scurity bertubuh gemuk itu melihat ke arah Luna seolah gadis itu adalah sebuah benda kotor yang menjijikkan. Untuk beberapa menit Luna berhenti dan mengerling ke arah James. Dia tidak menyangka, semua pekerja di rumahnya yang selama ini begitu menghormatinya kini berubah menatapnya dengan tatapan merendahkan, tidak tersisa sedikitpun rasa hormat mereka terhadap Luna. Kenyataan perih harus dia terima, semua itu terjadi atas sebuah persoalan yang dirinya sendiri tidak menyadari mengapa hal itu bisa terjadi."Jaga ucapanmu, James," sanggah penjaga lain yang berdiri tak jauh dari James. James hanya menghela nafas lelah merespo

  • My Possessive Bodyguard Matteo   6. Niat tulus atau modus?

    Sayup-sayup mata Luna membuka saat aroma lezat masakan menggoda penciumannya. Perut kosongnya yang belum diisi sejak pagi mengeluarkan protes, sehingga gadis itu pun meringis sembari memegangi perut. Dia ingat sarapannya pagi tadi hanyalah cacian dan makian dari ayahnya dan Sarah, yang tentunya membuat ulu hatinya kembali terasa dicubit.Dengan rasa malas dia bangkit dan berjalan mencari sumber aroma lezat masakan tersebut. Penciuman gadis itu menuntunnya ke dapur. Berpegangan pada kusen pintu dapur dan berulang kali mengerjab untuk menjernihkan pandangan, dia berusaha meyakinkan bahwa penglihatannya saat ini salah. Sulit dipercaya, tetapi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, punggung besar pria yang sangat familiar baginya sedang menghadap pada kompor yang menyala sementara kedua tangannya sangat lihai memainkan alat masak. Matteo yang baru saja menyadari suara derap kaki mendekat melihat ke belakang dari ekor mata. Didapatinya Luna dengan wajah yang masih mengantuk sedang berd

  • My Possessive Bodyguard Matteo   7. Tugasmu sebagai bodyguard telah selesai

    Suara televisi mengisi keheningan di antara Matteo dan Luna. Dua pasang mata itu melihat ke televisi dengan tatapan bosan, namun masing-masing dari mereka sibuk menyelami pikiran satu sama lain. Luna yang merasa tersiksa dengan keheningan yang ada, akhirnya berdeham dan mulai bersuara untuk memecah keheningan."Apakah cuaca di luar cukup dingin?" Ucapan gadis itu seketika membuat manik gelap Matteo mengerling ke arah gadis tersebut. "Sepertinya begitu." Jawab Matteo singkat, sebelum akhirnya kembali menatap ke arah televisi yang menayangkan iklan prodak sehari-hari. Luna mendengus pelan. Tinggal bersama pria itu benar-benar membuatnya bosan. Gadis itu terbiasa berbagi cerita dengan ayahnya sebelum kejadian memalukan itu. Dan setelah keluar dari kediaman keluarga Winterbourne, dan kini tinggal satu atap bersama Matteo yang minim ekspresi dan bicara, tentu saja membuatnya semakin rindu dengan suasana dirumahnya. Matteo kembali mengerling dan mendapati Luna yang menyangga dagu denga

  • My Possessive Bodyguard Matteo   8. Bibirnya yang terluka

    "Aku bisa melakukannya sendiri," protes Luna saat Matteo hendak mengompres luka di bibirnya dengan sapu tangan yang telah direndam air es sebelumnya. Telunjuk Matteo langsung mendarat tepat di bibir Luna, sehingga gadis itu memilih bungkam. Pria itu mendekatkan wajah keduanya hingga jarak antara wajah mereka hanya tersisa satu jengkal, membuat mata Luna membola dan jantungnya berdetak kencang. Dengan penuh hati-hati Matteo menyentuhkan sapu tangan basah itu di bibir bawah Luna, pada luka yang nampaknya tidak cukup serius. Dan sialnya, jantung pria itu berdetak kencang, namun sebisa mungkin pria itu memasang ekspresi datarnya untuk menutupi kegugupan yang dia alami. Luna yang merasa canggung menjauhkan wajahnya ke belakang untuk menciptakan jarak dengan Matteo, namun pria itu meraih punggung Luna sehingga gadis itu tidak dapat lagi menghindar. Kini wajah keduanya sangat dekat, hingga dapat merasakan hembusan nafas satu sama lain. Aroma musk yang menguar dari tubuh Matteo membuat Lu

  • My Possessive Bodyguard Matteo   9. Be a friend

    "Ah, maaf jika aku kembali membuatmu tersinggung." ucap Luna dengan sedikit penyesalan. "Lupakan." jawab Matteo dengan nada bosan, sehingga membuat Luna meringis karena bibirnya yang lancang terus mengucapkan kata yang menyinggung Matteo."Kau tau Matteo, aku terbiasa dikelilingi banyak orang yang memperhatikanku. Tetapi sejak kejadian itu, aku benar-benar terlihat seperti sampah tak berguna!" keluh Luna. "Bahkan, sahabat yang paling dekat denganku kini ikut menjauh, karena orang tuanya melarang untuk berteman denganku. Duniaku terasa hampa sekarang." "Kau bisa menjadikanku temanmu, Nona." jawab Matteo yang seketika sembuat gadis itu menoleh. Sulit dipercaya, tapi itulah kalimat yang baru saja keluar dari bibir maskulin Matteo!Tak mengerti apakah Matteo serius dalam ucapannya atau tidak, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba berteman dengan Matteo. Karena hanya pria itulah yang masih ada di samping Luna saat semua orang menjauh."Terima kasih atas tawarannya. Tetapi sebagai teman

  • My Possessive Bodyguard Matteo   10. Awan gelap masih mengejarnya

    "Mengapa kau baru mengangkat teleponku!" pekik Matteo pada pria di seberang sambungan. Stefano Morgan-sahabat Matteo yang menjadi tangan kanan Matteo di Magnolia Spring Resort mengernyit begitu mendengar nada tinggi dari sahabatnya. "Aku baru saja kembali dari rapat dewan direksi." jawab Stefano lalu menarik nafas dalam setelahnya. Kabar bahwa anak dari Alexander Winterbourne yang melakukan perbuatan tak senonoh dengan bosyguardnya sudah tersebar di LA, hal itu membuat Stafano berpikir bahwa sikap Matteo yang kurang bersahabat juga terkait dengan pemberitaan itu. "Aku turut prihatin dengan musibah yang menimpamu, Brother. Tapi itu tidak begitu buruk, setidaknya wajahmu tidak ikut beredar di media sosial terkait pemberitaan itu." sambung Stefano yang membuat Matteo mendengus di seberang sambungan. Dengusan nafas dari seberang sambungan seketika membuat Stefano mengernyit. Mungkinkah ada yang salah dari bicaranya? "Yes, Brother? Apakah aku salah bicara?" Stefano menggaruk kepal

Bab terbaru

  • My Possessive Bodyguard Matteo   57. Ruang di hati untuk Matteo

    Matteo memegangi bahu Luna yang terguncang karena menangis. Gadis itu terus saja menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Apa yang sudah mengganggu pikiranmu? Apakah seseorang sudah membuatmu bersedih saat aku sedang bekerja?" tanya Matteo sembari menarik tubuh Luna ke dalam pelukannya. Pria itu menepuk punggung Luna dan mengecupi kepala gadis itu. Setelah tangis Luna mereda, barulah Matteo menanyakan sebab Luna menangis. "Apa yang terjadi saat aku sedang tidak ada di dekatmu?" tanya Matteo dengan kedua tangan menangkup wajah Luna. Luna ragu untuk mengatakan apa yang membuatnya kecewa hari itu, tetapi tatapan Matteo yang menghangat membuatnya yakin untuk meneritakan kekecewaannya hari itu. "Aku berharap hari ini Ayah akan menghubungiku dan mengucapkan selamat ulang tahun untukku hari ini. Sepertinya dia benar-benar sudah melupakan aku. Ini adalah hari ulang tahun tergetir dalam hidupku. Bahkan tidak ada yang tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting bagiku." Kembali air mata men

  • My Possessive Bodyguard Matteo   56. Disappointing 25th birthday!

    Luna terbangun dari tidur dan langsung mengecek ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia sangat berharap ayahnya tidak melupakan hari spesialnya. Gadis itu segera menyalakan ponselnya untuk melihat barangkali ada pesan masuk. Tetapi dia harus menelan kecewa hari itu, tidak ada pesan masuk sama sekali. "Mungkinkah Ayah benar-benar sudah tidak peduli padaku?" gumamnya sembari mengelus dadanya yang terasa berdenyut nyeri. Air mata menganak sungai dan ia mulai menangis tergugu. "Bahkan aku tidak yakin Matteo tahu kalau ini adalah hari ulang tahunku." Ini adalah hari ulang tahun tergetir seumur hidup Luna. Gadis itu menangis tergugu mendapati kenyataan bahwa hari ini sangat jauh berbeda dari ekspektasinya. Luna berharap, setidaknya dia akan menerima ucapan selamat ulang tahun hari ini, tetapi kenyataan seakan mentertawakannya. "Matteo selalu sibuk akhir-akhir ini. Apakah pekerjaan bisa membuatnya dengan cepat melupakan aku?" Luna mengungkapkan kekesalannya saat satu-satunya orang

  • My Possessive Bodyguard Matteo   55. Pelampiasan

    "Cinta sejati bukan hanya tentang hadir saat bahagia, tapi juga saat terluka. Dia yang selalu ada, bukan hanya saat dicari, tapi juga saat kau membutuhkannya." Dari balkon apartemen Nico menarik napas dalam saat mobil rolls-royce berwarna merah muda tampak memasuki parkiran. Mendengar nada bicara Emily saat meneleponnya, dia tahu, gadis itu sedang tidak baik-baik saja, dan Nico merasa khawatir karenanya. "Apa yang membawamu ke sini? Apakah pria itu mengabaikanmu, sehingga kau memilih datang padaku bukan atas dasar paksaan dariku?" gumam Nico berusaha menerka maksud kedatangan Emily ke apartementnya. Tangan Emily yang hendak menekan bel terhenti di udara saat seorang pemuda membukakan pintu untuknya. Pria itu mengulas senyum tulus. Dan tanpa dipersilahkan Emily sudah masuk terlebih dulu. "Apa yang membawamu datang kepadaku? Apakah dia mengabaikanmu?" tanya Nico sembari menutup pintu. Hening. Emily melepas sepatunya melempar benda tersebut ke segala arah, lalu mendengus da

  • My Possessive Bodyguard Matteo   54. Temani aku malam ini

    Emily dan Rosaline berhenti di depan ruang instalasi gawat darurat begitu tenaga medis mendorong brankar Alexander memasuki ruangan tersebut. Pintu ruangan ditutup, menyisahkan Emily dan Rosaline yang saling menatap setelahnya. Berbanding terbalik dengan raut wajah putrinya yang tampak tenang setelah Alex dibawa masuk ke ruang instalasi gawat darurat, Rosline justru terlihat benar-benar gelisah. Emily menepuk lengan ibunya, lalu berkata,"Tidak perlu segelisah itu, Ibu," ucapnya lalu tersenyum licik. "Tapi, Emily, bagaimana kalau dia sampai ...," cicit Rosaline membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Alex. "Meninggal?" tebak Emily sembari mengedikkan bahu."Ya, kau benar. Bisa saja dia menginggal. Ibu rasa penyakit jantungnya cukup serius," ucap Rosaline sembari menggigit ibu jarinya. Wanita paruh baya itu berjalan hilir mudik membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi."Bukankah itu bagus, Bu?" Emily menyibak rambut brunetnya ke belakang. "Apanya yang

  • My Possessive Bodyguard Matteo   53. Luna hamil

    Emily dan Adrian dibuat bertanya dengan ketidakhadiran Luna di ruangan itu. Biasanya mereka bertemu untuk membahas proposal kerjasama yang Golden Horizon ajukan. Mereka merasa asing dengan wanita bertubuh tinggi besar yang kini tengah membaca proposal dan memasang raut wajah serius semenjak pertama mereka bertatap muka. Adrian mengernyit dan menatap Emily dengan raut bertanya, seakan berkata,"Di mana Luna? Dan siapa wanita yang sekarang di hadapan kita?" Emily mengedikkan bahunya. Sebagaimana dengan Adrian, gadis itu juga merasa asing dengan wanita berbadan padat yang minim senyum tersebut. Tetapi, bukan Emily namanya jika hanya menerka-nerka dan membiarkan pikirannya larut dalam pertanyaan di mana keberadaan saudara tirinya. "Maaf, saya ingin bertanya." Emily akhirnya bertanya setelah Adrian menyiku lengannya, memberi isyarat agar Emily menanyakan ketidakhadiran Luna pagi itu. Tidak menjumpai entitas Luna membuat Adrian bertanya-tanya, karena gadis itulah yang membuatnya berseman

  • My Possessive Bodyguard Matteo   52. Kembalinya sang CEO

    Luna mengerjabkan mata untuk menjernihkan penglihatannya begitu tangan kirinya yang merentang menyentuh permukaan kasur, tempat di mana biasanya Matteo berbaring. Gadis itu melirik jam di atas nakas. Waktu menunjukan pukul 05.45 a.m, terlalu awal dari biasanya Matteo bangun untuk menyiapkan sarapan. Luna bangkit dari berbaring. Pandangannya menyapu sekeliling. Di apartemen bermodel studio yang minim sekat, seharusnya dia bisa melihat Matteo jika pria itu memang berada di sana. Luna turun dari ranjang dan mencari keberadaan Matteo. "Matt?" tanyanya seraya berjalan menuju kamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka, dan tidak ada siapa pun di sana. Alis gadis itu bertaut, dia pun mulai bertanya-tanya di mana Matteo. Kembali Luna mengedarkan pandangannya dan mengernyit saat mendapati hidangan tersaji di atas meja makan. Luna segera mendekat. Di atas meja kaca tersebut, ia mendapati roti gandum utuh yang sudah dipanggang lengkap dengan selai kacang di dalamnya, bubur oatmeal dengan irisan

  • My Possessive Bodyguard Matteo   51. Aku mengkhawatirkanmu

    Gadis itu menggeleng cepat sembari menyeka air matanya. "Bukan aku tidak senang dengan kehamilan ini,""Lalu mengapa kau sesedih itu?" Nampaknya Matteo belum mengerti kalau Luna dipecat dari pekerjaannya. Sehingga gadis itu tersenyum getir, lalu berkata,"Aku dipecat dari pekerjaanku setelah terbukti hamil, Matteo," "Hanya karena itu?" tanya Matteo dengan tatapan datar. Dia merasa tidak senang karena seolah Luna jauh lebih mementingkan pekerjaan dari pada bersuka cita menyambut buah hati yang akan hadir di antara mereka suatu hari nanti. Setelah mendengar jawaban Matteo seketika alis Luna bertaut. "Apa katamu? Hanya?" tanya Luna dengan wajah memerah, dia beranggapan bahwa Matteo baru saja meremehkan persoalan besar yang sedang dia alami. "Ya, benar. Tidak seharusnya kau terlalu memikirkan pemecatan itu. Aku yang akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan kalian." Tidak ada sedikit pun gurat kesedihan yang Matteo tampakkan menanggapi pemecatan Luna, sehingga hal tersebut membuat sang ga

  • My Possessive Bodyguard Matteo   50. Kau tidak menyukainya?

    Luna keluar dari toilet untuk menemui Stefano dengan wajah kikuk sekaligus malu. Apa yang akan terjadi padanya kali ini? Apakah dia akan menerima pemecatan perihal hamil di luar nikah? Semoga saja tidak. "Bagaimana hasilnya?" Stefano langsung menyodorkan pertanyaan yang membuat Luna tersenyum canggung. "P-positif, Tuan." Jawab gadis itu sembari memperlihatkan alat tes kehamilan yang menampakkan dua garis merah berjajar dalam genggaman tangannya. Stefano menarik nafas dalam dan memperlihatkan raut wajah menahan amarah. Dia harus mendramatisir suasana untuk membuat gadis di hadapannya merasa bersalah dan bersedia menerima keputusan pemecatan darinya. "Apakah pria yang menghamilimu adalah pria yang kau kenalkan padaku sebagai kekasihmu pada malam acara fashion show beberapa waktu lalu?" "Be-benar, Tuan." Luna menunduk malu dan tersenyum canggung. Adanya kehamilan adalah bukti bahwa dia dan Matteo telah melakukan hubungan seks di luar pernikahan. Bukan tidak mungkin atasannya

  • My Possessive Bodyguard Matteo   49. Alat tes kehamilan

    Tak banyak pekerjaan di pagi itu sehingga Stefano bisa menemani atasannya di sebuah sofa yang terletak di dekat jendela besar yang menyuguhkan pemandangan deretan gedung pencakar langit, ditemani secangkir espersso serta beberapa kudapan. "Selama aku menggantikanmu di sini, apa saja yang kau kerjakan?" tanya Stefano di sela aktifitas mengunyah. Memang beberapa kali saat dirinya mengalami kesulitan dalam pekerjaan yang dipercayakan padanya, Matteo selalu bersedia membantu. Tetapi terkadang pria berambut keriting itu penasaran dengan aktifitas baru Matteo selama Stefano menggantikan posisi sahabatnya di hotel milik keluarga Vicenzo. "Sementara ini aku mencari bukti tentang pelaku di balik scandal foto mesumku yang beredar di internet beberapa waktu lalu." Matteo menyesap minumannya, lalu meletakkan kembali gelas di atas meja saat sahabatnya tersebut kembali bertanya. "Lalu, hasilnya?" "Orang-orangku bekerja dengan sangat baik. Bahkan aku sudah menemukan saksi kunci dari peris

DMCA.com Protection Status