Saat makan malam, bianca terus diam sambil memainkan makanan yang ada di piringnya. Nenek dan mamanya saling memandang dengan tatapan penuh pertanyaan. Kedua wanita itu akhirnya melihat ke arah bram yang sedang menikmati makan malamnya tanpa beban. Pemandangan yang sangat mencolok.Sedangkan bram hanya memberikan tanda pada neneknya untuk memberikan waktu, lalu sang nenek hanya mengangguk setuju.Untuk beberapa saat suasana makan masih didominasi keheningan dan suara sendok.“Bi, bagaimana jika besok kau mengurus semua administrasi di kampusmu ?” Tanya sang nenek.“Untuk apa, nek ?” “Keluar dari sana.” Jawaban sang nenek langsung menghentikan aktivitas makan bianca. Gadis itu meletakkan sendoknya dan memandangi wajah sang nenek.“Ini sudah seminggu sesuai perjanjian kita, tapi kau masih saja tak memberikan keputusanmu pada nenek.” Kata lisa dengan wajah yang serius.“Itu… aku belum siap menerima tanggung jawab sebesar itu, nek.” Jawab bianca cepat.“Terus kapan kau akan siap, bi ?”“
Keesokan harinya, seperti biasa bianca berangkat pagi - pagi sekali. Khusus untuk hari ini dia akan membolos kelas pagi karena harus datang ke kantor bersama bram. Kedua anak ini harus menandatangani surat - surat yang dibutuhkan untuk urusan serah terima. Bianca memang setuju untuk mengurus perusahaan milik keluarganya, tapi bianca hanya mau mencoba mengurus satu kantor cabang dulu sebelum harus terjun mengurus kantor pusat. Persyaratan lain yang bianca berikan adalah dia tak ingin melakukannya sendiri, bianca ingin bram juga belajar bersamanya. Maka dari itu bram akan menjadikan usaha cafenya yang mulai berkembang pesat menjadi usaha sampingannya.Mereka berdua berangkat sangat terburu - buru saat mengetahui bahwa sang nenek sudah meninggalkan rumah lebih pagi daripada mereka. Bahkan sang mama sepertinya juga sudah menebak dengan apa yang akan dilakukan oleh kedua anaknya hingga akhirnya mereka langsung membawa bekal sarapan untuk makan saat di perjalanan. Bianca terlihat mengambil
Setelah melihat mobil papanya menjauh, bianca melangkahkan kakinya masuk. Suasana sudah tidak sepi seperti saat biasanya dia datang. Jarum jam sudah menunjukkan angka sepuluh dan sebentar lagi kelasnya akan dimulai. Dengan langkahnya yang cepat bianca segera berjalan menuju ke kelasnya.Ketika sudah sampai, ada beberapa gerombolan mahasiswa didepan kelasnya. Tiba - tiba saat bianca datang, segerombolan mahasiswa yang ternyata adalah teman sekelasnya langsung menatapnya dengan tatapan yang aneh. Bianca sempat menatap balik ke arah mereka dengan wajahnya yang datar dan sikapnya yang tenang. Dia tak merasa sedang memakai pakaian yang salah atau baru saja melakukan kesalahan, jadi tak ada alasan baginya untuk terlalu mengambil pusing masalah seperti itu.Dan ternyata saat masuk ke dalam kelas semua kegaduhan itu langsung berubah menjadi hening, mereka semua kompak menatap bianca dengan tatapan aneh. Beberapa diantaranya juga berbisik - bisik sambil melihat ke arahnya. Tapi hal itu tak men
“Kenapa kau melakukan hal ini, bi ?” Tanya tyaga.“Apa ?” Bianca yang tak mengerti hanya bisa bertanya balik.“Kenapa kau melakukan hal serendah ini ?” Pertanyaan tyaga berhasil membuat hati bianca mencelos. Kali ini dia merasa sangat rendah diri karena pertanyaan yang baru saja tyaga lontarkan padanya. Bianca tahu dengan pasti apa maksud dibalik pertanyaan pria yang sedang menahan lengannya itu. Entah kenapa pertanyaan ini jauh lebih menyakitkan ketika tyaga yang menanyakannya bila dibandingkan dengan angeline tadi.Dengan sisa kekuatan yang ada, bianca berusaha melepaskan tangan tyaga dari lengannya. Setelah itu dia menghempaskan dengan kasar tangan tyaga begitu saja. Tersirat luka dari tatapan bianca, tapi juga ada kemarahan disana. Dan bianca hanya menangkap tatapan kasihan yang tyaga tunjukkan padanya.“Jika kau memang melakukan hal ini karena membutuhkan uang, aku bisa memberikannya. Kenapa kau memilih jalan seperti ini, bi ?” Pertanyaan tyaga semakin menyakiti hati bianca begit
Tyaga sedang duduk termenung di mobil miliknya, kejadian yang baru saja terjadi cukup membuatnya merasa campur aduk. Dia juga melihat sisi lain bianca yang tak pernah sedikitpun terbesit akan dia lakukan padanya. Tyaga sadar bahwa itu adalah salah satu bentuk kemarahan bianca untuk melindungi dirinya. Dia merasa bersalah sudah melakukan hal yang ternyata membuat orang lain marah.Padahal tujuan tyaga murni demi kebaikan bianca, sungguh. Dia hanya ingin bianca tak mengambil jalan pintas hanya demi uang. Tyaga hanya tak ingin bianca salah langkah.Bahkan selama bianca bekerja paruh waktu sebagai kekasihnya pun tyaga bisa memberikan semuanya pada gadis itu, tapi sayangnya bianca tak pernah meminta apapun. Dan selama bianca menjadi kekasih paruh waktunya, tyaga tak menuntut hal lebih darinya. Bahkan mereka bersikap selayaknya pasangan kekasih pada umumnya.Tyaga hanya bingung saat melihat bianca seperti ini. Jujur saja dia tak rela melihat gadis itu bersama pria lain, dia merasa bahwa dia
Saat bianca masih tak sadarkan diri, bram terus menunggu disampingnya. Dia memandangi wajah tenang kakaknya yang sedang tertidur. Rasanya masih sangat tak nyaman ketika harus melihat hal seperti ini lagi. Ini mirip seperti saat bram melihat bundanya dengan mata terpejam ketika penyakit ganas itu semakin menggerogoti tubuhnya.Bram benar - benar tak ingin merasakan kehilangan lagi. Cukup bundanya saja yang pergi, dia tak akan sanggup menanggung sakitnya kehilangan lagi. Apalagi itu terjadi pada kakaknya. Tidak… dia tak akan sanggup. Mereka baru saja berkumpul sebagai keluarga yang utuh.Lalu…Drrtt…. Drrtt…Ponsel bianca yang berada di nakas bergetar. Dari tampilan depan bram bisa melihat sebuah pesan yang masuk. *Hai, bi…. Apa kabar ? Ini aku tyaga.*Bram membaca pesan itu dengan senyuman licik dan mengejek.Ternyata cepat juga pria itu menghubungi kakaknya. Kali ini tyaga menghubungi bianca ke ponselnya yang baru. Semenjak kembali ke rumah, bram memberikan ponsel dan nomor baru untu
Semua orang terus mengkhawatirkan bianca karena demamnya masih sering datang dan pergi. Apalagi belum ada tanda - tanda bahwa gadis itu akan segera tersadar dari tidurnya. Hingga pada akhirnya dokter indra dan juga suster nadia menginap dirumah keluarga grizzele. Sejak makan malam usai, bram terus berada di kamar kakaknya. Dia duduk di balkon dengan tatapan kosong. Sesekali dia juga melihat ke dalam berharap ada sedikit saja tanda yang menunjukkan kakaknya akan segera sadar. Selama duduk di balkon ponsel milik bianca terus bergetar karena tyaga mengirimkan pesan padanya. Tapi untuk sekarang bram sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk membalasnya. Bahkan fareta juga beberapa kali mengirimkan pesan ke ponsel kakaknya.Bram merasakan bagaimana jika berada di posisi bianca. Dia bisa melihat perbedaan yang signifikan dari semua perhatian yang ditunjukkan oleh tyaga dan fareta. Kedua sahabat itu sepertinya terus bersaing untuk mendapatkan bianca. Walaupun fareta mengetahui kebena
“Kau harus segera sembuh, kak.” kata bram dengan berapi - api.“Kenapa ?”“Karena kita harus membalas tyaga!!” begitu jawab bram. Sepertinya pria itu jauh lebih marah dibandingkan dengan bianca.“Aku sedang malas membahasnya, bram.”“Oke, tenang saja kak untuk sekarang aku yang akan mengurus semuanya untukmu.” kata bram dengan wajah meyakinkan. Bianca pun hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap adiknya yang terlihat sangat berlebihan itu.Lalu setelah itu, sang mama terlihat kembali kekamar bianca bersama nenek laras. Saat melihat bianca, nenek laras langsung berjalan mendekat dan menciumi wajah cucunya itu. Terlihat kelegaan yang luar biasa dari wajah tua neneknya.“Kau harus segera sehat, ya ? Janji ?” tanya nenek laras.“Iya.” Setelah itu, kezia langsung pergi meninggalkan bianca bersama adik dan neneknya di kamar. Dia harus bersiap - siap untuk pergi ke rumah sakit untuk mengantarkan bianca melakukan pemeriksaan secara lengkap. Hingga akhirnya bram pun juga ikut pergi untuk