“Kenapa kau melakukan hal ini, bi ?” Tanya tyaga.“Apa ?” Bianca yang tak mengerti hanya bisa bertanya balik.“Kenapa kau melakukan hal serendah ini ?” Pertanyaan tyaga berhasil membuat hati bianca mencelos. Kali ini dia merasa sangat rendah diri karena pertanyaan yang baru saja tyaga lontarkan padanya. Bianca tahu dengan pasti apa maksud dibalik pertanyaan pria yang sedang menahan lengannya itu. Entah kenapa pertanyaan ini jauh lebih menyakitkan ketika tyaga yang menanyakannya bila dibandingkan dengan angeline tadi.Dengan sisa kekuatan yang ada, bianca berusaha melepaskan tangan tyaga dari lengannya. Setelah itu dia menghempaskan dengan kasar tangan tyaga begitu saja. Tersirat luka dari tatapan bianca, tapi juga ada kemarahan disana. Dan bianca hanya menangkap tatapan kasihan yang tyaga tunjukkan padanya.“Jika kau memang melakukan hal ini karena membutuhkan uang, aku bisa memberikannya. Kenapa kau memilih jalan seperti ini, bi ?” Pertanyaan tyaga semakin menyakiti hati bianca begit
Tyaga sedang duduk termenung di mobil miliknya, kejadian yang baru saja terjadi cukup membuatnya merasa campur aduk. Dia juga melihat sisi lain bianca yang tak pernah sedikitpun terbesit akan dia lakukan padanya. Tyaga sadar bahwa itu adalah salah satu bentuk kemarahan bianca untuk melindungi dirinya. Dia merasa bersalah sudah melakukan hal yang ternyata membuat orang lain marah.Padahal tujuan tyaga murni demi kebaikan bianca, sungguh. Dia hanya ingin bianca tak mengambil jalan pintas hanya demi uang. Tyaga hanya tak ingin bianca salah langkah.Bahkan selama bianca bekerja paruh waktu sebagai kekasihnya pun tyaga bisa memberikan semuanya pada gadis itu, tapi sayangnya bianca tak pernah meminta apapun. Dan selama bianca menjadi kekasih paruh waktunya, tyaga tak menuntut hal lebih darinya. Bahkan mereka bersikap selayaknya pasangan kekasih pada umumnya.Tyaga hanya bingung saat melihat bianca seperti ini. Jujur saja dia tak rela melihat gadis itu bersama pria lain, dia merasa bahwa dia
Saat bianca masih tak sadarkan diri, bram terus menunggu disampingnya. Dia memandangi wajah tenang kakaknya yang sedang tertidur. Rasanya masih sangat tak nyaman ketika harus melihat hal seperti ini lagi. Ini mirip seperti saat bram melihat bundanya dengan mata terpejam ketika penyakit ganas itu semakin menggerogoti tubuhnya.Bram benar - benar tak ingin merasakan kehilangan lagi. Cukup bundanya saja yang pergi, dia tak akan sanggup menanggung sakitnya kehilangan lagi. Apalagi itu terjadi pada kakaknya. Tidak… dia tak akan sanggup. Mereka baru saja berkumpul sebagai keluarga yang utuh.Lalu…Drrtt…. Drrtt…Ponsel bianca yang berada di nakas bergetar. Dari tampilan depan bram bisa melihat sebuah pesan yang masuk. *Hai, bi…. Apa kabar ? Ini aku tyaga.*Bram membaca pesan itu dengan senyuman licik dan mengejek.Ternyata cepat juga pria itu menghubungi kakaknya. Kali ini tyaga menghubungi bianca ke ponselnya yang baru. Semenjak kembali ke rumah, bram memberikan ponsel dan nomor baru untu
Semua orang terus mengkhawatirkan bianca karena demamnya masih sering datang dan pergi. Apalagi belum ada tanda - tanda bahwa gadis itu akan segera tersadar dari tidurnya. Hingga pada akhirnya dokter indra dan juga suster nadia menginap dirumah keluarga grizzele. Sejak makan malam usai, bram terus berada di kamar kakaknya. Dia duduk di balkon dengan tatapan kosong. Sesekali dia juga melihat ke dalam berharap ada sedikit saja tanda yang menunjukkan kakaknya akan segera sadar. Selama duduk di balkon ponsel milik bianca terus bergetar karena tyaga mengirimkan pesan padanya. Tapi untuk sekarang bram sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk membalasnya. Bahkan fareta juga beberapa kali mengirimkan pesan ke ponsel kakaknya.Bram merasakan bagaimana jika berada di posisi bianca. Dia bisa melihat perbedaan yang signifikan dari semua perhatian yang ditunjukkan oleh tyaga dan fareta. Kedua sahabat itu sepertinya terus bersaing untuk mendapatkan bianca. Walaupun fareta mengetahui kebena
“Kau harus segera sembuh, kak.” kata bram dengan berapi - api.“Kenapa ?”“Karena kita harus membalas tyaga!!” begitu jawab bram. Sepertinya pria itu jauh lebih marah dibandingkan dengan bianca.“Aku sedang malas membahasnya, bram.”“Oke, tenang saja kak untuk sekarang aku yang akan mengurus semuanya untukmu.” kata bram dengan wajah meyakinkan. Bianca pun hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap adiknya yang terlihat sangat berlebihan itu.Lalu setelah itu, sang mama terlihat kembali kekamar bianca bersama nenek laras. Saat melihat bianca, nenek laras langsung berjalan mendekat dan menciumi wajah cucunya itu. Terlihat kelegaan yang luar biasa dari wajah tua neneknya.“Kau harus segera sehat, ya ? Janji ?” tanya nenek laras.“Iya.” Setelah itu, kezia langsung pergi meninggalkan bianca bersama adik dan neneknya di kamar. Dia harus bersiap - siap untuk pergi ke rumah sakit untuk mengantarkan bianca melakukan pemeriksaan secara lengkap. Hingga akhirnya bram pun juga ikut pergi untuk
Setelah pertengkaran antara tyaga dan fareta di kantin tadi, hubungan mereka tentu tak akan baik lagi seperti sebelumnya. Apalagi fareta pergi terlebih dahulu dengan kemarahan di hatinya dan meninggalkan tyaga dengan perasaan bersalahnya. Entah kenapa tyaga merasa bersalah setelah mengatakan kata - kata jahat tentang bianca setelah mengetahui kondisinya. Bahkan sebenarnya dia juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk marah pada gadis itu. Jika dia menyalahkan bianca karena menamparnya sore itu, tyaga sadari mungkin karena dirinya memang sudah sangat kelewatan. Hanya saja ego dan harga dirinya yang tinggi tidak bisa menerimanya begitu saja.Dan lihatlah sekarang tyaga ada dimana ?Di depan rumah lama milik bianca. Dia sedang duduk didalam mobilnya sambil memandangi rumah sederhana itu. Tatapan penuh dengan kebimbangan dan juga perasaan bersalah. Tyaga tahu bahwa dia sudah menyakiti bianca, tapi sebenarnya bukan begitu maksudnya.Tyaga terus duduk di dalam mobilnya sambil menunggu ke
“Bram, apa yang sedang kamu lakukan ?” sebuah pertanyaan mengejutkan bram yang sedang asik dengan pikirannya. Padahal sudah sejak tadi bianca berdiri diambang pintu kamar kamarnya.“Haa ?” bram masih tak menyangka kehadiran kakaknya.“Kau sedang apa ?” tanya bianca lagi sambil berjalan masuk ke dalam kamar sang adik.“Apa yang kau lakukan disini, kak ?” tanya bram dengan panik ketika dia baru menyadari bahwa kakaknya benar - benar sedang berdiri di depannya. Untung saja bianca tak menyadari kepanikan bram.“Aku bosan.” jawab bianca sambil duduk di sofa.“Kau kan bisa menelponku, kak.”“Ponselku hilang, bram.” kata - kata bianca tadi langsung membuat bram kembali sadar bahwa ponsel milik kakaknya sedang tergeletak di atas ranjangnya dengan asal. Dengan segera bram mengambil ponsel itu dan menyembunyikannya di bawah selimutnya.Untung saja saat itu kakaknya tak melihat, jika tidak bisa gagal semua rencananya.“Aku akan mengganti ponselmu dengan yang baru, kak. Untuk sementara pakai tele
“Ini ponsel baru untukku ?”“Bukan. Ini ponsel milikmu, kak.” Jawaban bram membuat bianca mengerutkan kedua alisnya. Tapi dia melihat itu sepertinya ponsel milik bram.“Ini ponselmu, kan ?” Tanya bianca lagi. Lalu bram hanya menggelengkan kepalanya. Setelah itu dia membuka pelindung ponsel miliknya dan membuka kunci ponsel itu. Dan benar saja semua tampilan di ponsel itu menampilkan wajah bianca.Melihat hal itu bianca membulatkan matanya seketika, dia tak percaya saat melihat ponselnya kembali.“Kau menemukan ponselku ?” Tanya bianca lagi sambil membolak - balikkan ponselnya.“Enggak.”“Terus ? Bagaimana ponsel ini ada padamu ?”“Aku sengaja menyembunyikannya darimu, kak.” Jawaban bram membuat bianca membulatkan matanya tak percaya.“Menyembunyikan ? Untuk apa ?” Tanya bianca yang masih tak percaya.“Coba buka aplikasi pesan milikmu, kau akan menemukan semua jawabannya disana.” Mendengar bram menyebutkan aplikasi pesan itu akhirnya langsung membuat bianca membukanya. Dia hanya menemu
“Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe
“Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya
“Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m
Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka
Karena kejadian tadi, akhirnya mau tidak mau tyaga harus kembali membersihkan diri dengan mandi. Apalagi tadi bianca juga sempat melihat beberapa luka di punggung tangan tyaga. Belum lagi kemeja tyaga juga sudah tidak berbentuk lagi. Dan untungnya untuk acara resepsi nanti mereka menggunakan konsep yang berbeda. Jadi tyaga dan bianca menggunakan gaun dan jas tema lain.Sekarang ini bianca dan tyaga berada di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh oma, nenek, dan para mama untuk mereka. Tadi tyaga sengaja tidak mengajak bianca kembali ke kamar miliknya karena terlalu banyak orang disana. Dan tyaga tidak ingin menjelaskan apapun.Bianca terlihat duduk di sofa sambil memegang gelas wine sambil menunggu tyaga selesai mandi. Sejenak dia terdiam dan memikirkan semua kejadian yang terjadi selama seharian ini. Tak pernah bianca sangka fareta akan melakukan hal senekat itu padahal dirinya sudah resmi menikah dengan tyaga.Tiba - tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, tapi b
“Selamat, ga. Kau membuktikan bahwa kau berhasil merebut semua yang aku inginkan!” Orang lain yang mendengarnya saja bisa menilai betapa fareta membenci tyaga dari kata - katanya itu. Bahwa sejak awal dia memang hanya menganggap tyaga adalah saingan yang seimbang untuknya dalam hal apapun. Padahal kenyataan itu begitu berbanding terbalik bagi tyaga. Sejak awal dia menganggap fareta sebagai sahabatnya sama seperti vero. Tapi semenjak adanya masalah diantara mereka karena fareta berusaha merebut bianca, tyaga jadi tersadar akan hal itu.Dengan senyuman terbaiknya tyaga membalas uluran tangan fareta, namun sebelah tangannya langsung menggenggam tangan bianca.“Thanks.” katanya singkat.“Ternyata kau benar - benar menerima bianca dan juga anak dalam kandungannya. Padahal kau belum mengetahui anak siapa itu.” bisik fareta lagi.“Memangnya itu penting ya? Bagi gue yang terpenting adalah bisa bersama bianca selamanya dengan menikahinya.” balas tyaga sambil berbisik juga. Fareta hanya terse
Akhirnya, seseorang yang sangat ditunggu oleh banyak orang mulai menunjukkan tanda - tanda kehadirannya. Sang pengantin wanita yang diantarkan langsung oleh seorang pria yang menjadi cinta pertamanya sejak hari pertamanya lahir ke dunia yaitu sang papa tercinta untuk memasuki area pernikahan. Sedangkan sang pengantin pria yang memang sejak tadi sudah gugup sambil menunggu pujaan hatinya sekarang ini jantungnya semakin berdebar sangat kencang. Apalagi hampir semua orang mulai menolehkan kepala mereka ke arah pintu masuk utama.Tyaga berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya untuk menenangkan diri. Ini adalah hari yang sangat dia tunggu selama beberapa tahun belakangan. Mengingat untuk bisa mewujudkan terjadinya hari ini pun cobaan dan rintangan yang harus dia hadapi juga tak mudah.Setiap hubungan memang memiliki ujian dan cobaannya sendiri - sendiri. Tyaga dan bianca sudah menjadi salah satu pasangan yang membuktikan sendiri bahwa mereka bisa melewati semuanya bersama. Selain
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk bersiap, akhirnya tyaga sudah terlihat sangat rapi, wangi, tampan, dan sangat mempesona dalam balutan jas berwarna hitam. Sebentar lagi dia akan segera resmi menjadi seorang suami untuk bianca. Itu berarti salah satu tujuan dalam hidupnya benar - benar tercapai.Buah kesabaran dan usaha tyaga akan terbayar sebentar lagi. Bianca benar - benar menjadi satu - satunya gadis yang membuatnya jatuh cinta hingga seperti ini. Bahkan jika diingat lagi tak pernah sekalipun tyaga jatuh cinta pada gadis lain.Walaupun ditengah perjalanan sempat muncul sosok bianca renata yang sempat mewarnai hidupnya. Tapi tetap saja bianca renata yang menjadi gadis taruhan tyaga adalah satu orang yang sama dengan bianca grizelle kekasih pertama dan satu - satunya seorang tyaga.Saat ini tyaga sudah keluar dari kamarnya untuk berjalan menuju ke area tempat pernikahannya dengan bianca. Di Tengah jalan ternyata yoshua sudah menunggu sambil duduk di sofa yang
Senna yang melihat bianca pergi setelah memutar kembali rekaman cctv yang yoshua berikan tadi tentu saja langsung menyusul. Dia tahu betul kondisi bianca saat ini, lagipula senna juga tahu bahwa semua ini memang rencana tyaga dan yoshua untuk bianca. Sejak semalam dia memang membantu calon suami sahabatnya itu agar menyudahi kecurigaannya.“Bi… tunggu aku!!” Panggil senna sambil berlari kecil untuk menyusul bianca.Mendengar namanya dipanggil bianca menghentikan langkahnya, lalu dia menarik pergelangan tangan sahabatnya untuk kembali ke kamar. “Aku beritahu saat sudah dikamar, sen.” Namun sayangnya saat sudah berada di kamar ternyata disana sudah ada beberapa orang.“Halo, bianca ya?” Sapa salah satu orang di dalam kamarnya.“Hai…” “Aku karin dan mereka semua adalah timku. Kami ditugaskan oleh nyonya panya dan nyonya kezia untuk mendandanimu.” Jelas seorang wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama karin. Dan ternyata tim MUA yang dipesan mama dan mama mertuanya sudah datang. H