Tyaga sedang duduk termenung di mobil miliknya, kejadian yang baru saja terjadi cukup membuatnya merasa campur aduk. Dia juga melihat sisi lain bianca yang tak pernah sedikitpun terbesit akan dia lakukan padanya. Tyaga sadar bahwa itu adalah salah satu bentuk kemarahan bianca untuk melindungi dirinya. Dia merasa bersalah sudah melakukan hal yang ternyata membuat orang lain marah.Padahal tujuan tyaga murni demi kebaikan bianca, sungguh. Dia hanya ingin bianca tak mengambil jalan pintas hanya demi uang. Tyaga hanya tak ingin bianca salah langkah.Bahkan selama bianca bekerja paruh waktu sebagai kekasihnya pun tyaga bisa memberikan semuanya pada gadis itu, tapi sayangnya bianca tak pernah meminta apapun. Dan selama bianca menjadi kekasih paruh waktunya, tyaga tak menuntut hal lebih darinya. Bahkan mereka bersikap selayaknya pasangan kekasih pada umumnya.Tyaga hanya bingung saat melihat bianca seperti ini. Jujur saja dia tak rela melihat gadis itu bersama pria lain, dia merasa bahwa dia
Saat bianca masih tak sadarkan diri, bram terus menunggu disampingnya. Dia memandangi wajah tenang kakaknya yang sedang tertidur. Rasanya masih sangat tak nyaman ketika harus melihat hal seperti ini lagi. Ini mirip seperti saat bram melihat bundanya dengan mata terpejam ketika penyakit ganas itu semakin menggerogoti tubuhnya.Bram benar - benar tak ingin merasakan kehilangan lagi. Cukup bundanya saja yang pergi, dia tak akan sanggup menanggung sakitnya kehilangan lagi. Apalagi itu terjadi pada kakaknya. Tidak… dia tak akan sanggup. Mereka baru saja berkumpul sebagai keluarga yang utuh.Lalu…Drrtt…. Drrtt…Ponsel bianca yang berada di nakas bergetar. Dari tampilan depan bram bisa melihat sebuah pesan yang masuk. *Hai, bi…. Apa kabar ? Ini aku tyaga.*Bram membaca pesan itu dengan senyuman licik dan mengejek.Ternyata cepat juga pria itu menghubungi kakaknya. Kali ini tyaga menghubungi bianca ke ponselnya yang baru. Semenjak kembali ke rumah, bram memberikan ponsel dan nomor baru untu
Semua orang terus mengkhawatirkan bianca karena demamnya masih sering datang dan pergi. Apalagi belum ada tanda - tanda bahwa gadis itu akan segera tersadar dari tidurnya. Hingga pada akhirnya dokter indra dan juga suster nadia menginap dirumah keluarga grizzele. Sejak makan malam usai, bram terus berada di kamar kakaknya. Dia duduk di balkon dengan tatapan kosong. Sesekali dia juga melihat ke dalam berharap ada sedikit saja tanda yang menunjukkan kakaknya akan segera sadar. Selama duduk di balkon ponsel milik bianca terus bergetar karena tyaga mengirimkan pesan padanya. Tapi untuk sekarang bram sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk membalasnya. Bahkan fareta juga beberapa kali mengirimkan pesan ke ponsel kakaknya.Bram merasakan bagaimana jika berada di posisi bianca. Dia bisa melihat perbedaan yang signifikan dari semua perhatian yang ditunjukkan oleh tyaga dan fareta. Kedua sahabat itu sepertinya terus bersaing untuk mendapatkan bianca. Walaupun fareta mengetahui kebena
“Kau harus segera sembuh, kak.” kata bram dengan berapi - api.“Kenapa ?”“Karena kita harus membalas tyaga!!” begitu jawab bram. Sepertinya pria itu jauh lebih marah dibandingkan dengan bianca.“Aku sedang malas membahasnya, bram.”“Oke, tenang saja kak untuk sekarang aku yang akan mengurus semuanya untukmu.” kata bram dengan wajah meyakinkan. Bianca pun hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap adiknya yang terlihat sangat berlebihan itu.Lalu setelah itu, sang mama terlihat kembali kekamar bianca bersama nenek laras. Saat melihat bianca, nenek laras langsung berjalan mendekat dan menciumi wajah cucunya itu. Terlihat kelegaan yang luar biasa dari wajah tua neneknya.“Kau harus segera sehat, ya ? Janji ?” tanya nenek laras.“Iya.” Setelah itu, kezia langsung pergi meninggalkan bianca bersama adik dan neneknya di kamar. Dia harus bersiap - siap untuk pergi ke rumah sakit untuk mengantarkan bianca melakukan pemeriksaan secara lengkap. Hingga akhirnya bram pun juga ikut pergi untuk
Setelah pertengkaran antara tyaga dan fareta di kantin tadi, hubungan mereka tentu tak akan baik lagi seperti sebelumnya. Apalagi fareta pergi terlebih dahulu dengan kemarahan di hatinya dan meninggalkan tyaga dengan perasaan bersalahnya. Entah kenapa tyaga merasa bersalah setelah mengatakan kata - kata jahat tentang bianca setelah mengetahui kondisinya. Bahkan sebenarnya dia juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk marah pada gadis itu. Jika dia menyalahkan bianca karena menamparnya sore itu, tyaga sadari mungkin karena dirinya memang sudah sangat kelewatan. Hanya saja ego dan harga dirinya yang tinggi tidak bisa menerimanya begitu saja.Dan lihatlah sekarang tyaga ada dimana ?Di depan rumah lama milik bianca. Dia sedang duduk didalam mobilnya sambil memandangi rumah sederhana itu. Tatapan penuh dengan kebimbangan dan juga perasaan bersalah. Tyaga tahu bahwa dia sudah menyakiti bianca, tapi sebenarnya bukan begitu maksudnya.Tyaga terus duduk di dalam mobilnya sambil menunggu ke
“Bram, apa yang sedang kamu lakukan ?” sebuah pertanyaan mengejutkan bram yang sedang asik dengan pikirannya. Padahal sudah sejak tadi bianca berdiri diambang pintu kamar kamarnya.“Haa ?” bram masih tak menyangka kehadiran kakaknya.“Kau sedang apa ?” tanya bianca lagi sambil berjalan masuk ke dalam kamar sang adik.“Apa yang kau lakukan disini, kak ?” tanya bram dengan panik ketika dia baru menyadari bahwa kakaknya benar - benar sedang berdiri di depannya. Untung saja bianca tak menyadari kepanikan bram.“Aku bosan.” jawab bianca sambil duduk di sofa.“Kau kan bisa menelponku, kak.”“Ponselku hilang, bram.” kata - kata bianca tadi langsung membuat bram kembali sadar bahwa ponsel milik kakaknya sedang tergeletak di atas ranjangnya dengan asal. Dengan segera bram mengambil ponsel itu dan menyembunyikannya di bawah selimutnya.Untung saja saat itu kakaknya tak melihat, jika tidak bisa gagal semua rencananya.“Aku akan mengganti ponselmu dengan yang baru, kak. Untuk sementara pakai tele
“Ini ponsel baru untukku ?”“Bukan. Ini ponsel milikmu, kak.” Jawaban bram membuat bianca mengerutkan kedua alisnya. Tapi dia melihat itu sepertinya ponsel milik bram.“Ini ponselmu, kan ?” Tanya bianca lagi. Lalu bram hanya menggelengkan kepalanya. Setelah itu dia membuka pelindung ponsel miliknya dan membuka kunci ponsel itu. Dan benar saja semua tampilan di ponsel itu menampilkan wajah bianca.Melihat hal itu bianca membulatkan matanya seketika, dia tak percaya saat melihat ponselnya kembali.“Kau menemukan ponselku ?” Tanya bianca lagi sambil membolak - balikkan ponselnya.“Enggak.”“Terus ? Bagaimana ponsel ini ada padamu ?”“Aku sengaja menyembunyikannya darimu, kak.” Jawaban bram membuat bianca membulatkan matanya tak percaya.“Menyembunyikan ? Untuk apa ?” Tanya bianca yang masih tak percaya.“Coba buka aplikasi pesan milikmu, kau akan menemukan semua jawabannya disana.” Mendengar bram menyebutkan aplikasi pesan itu akhirnya langsung membuat bianca membukanya. Dia hanya menemu
“Sorry, bi.” Kata - kata tyaga membuat bianca merasa heran. Dia tidak sedang salah dengar kan ?Seorang tyaga meminta maaf padanya ?“Sorry, aku sedang tidak ingin bercanda denganmu.” Lanjut tyaga. Melihat hal itu bianca dengan sikapnya yang tenang tetap duduk sambil memperhatikan punggung tyaga yang mulai menjauh.Pria itu terlihat menghubungi ponsel baru miliknya, bianca pun dengan santai melihat ke arah ponselnya dan tersenyum. Lalu dia menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.‘Halo, bi ?’ Terdengar suara tyaga yang sedikit tidak sabar.‘Ada apa ?’‘Kau dimana ?’‘Aku sudah di cafe.’ ‘Disebelah mana ?’ Tanya tyaga yang mulai melihat ke sekitar cafe. Tapi dia tak mau melihat ke arah bianca duduk, jadi dia terus mencari - cari ke tempat lain.‘Di sini.’‘Disini mana ?’ Tanya tyaga lagi.Lalu tiba - tiba ada yang menepuk bahu tyaga dari belakang. “Aku disini.” Kata bianca sambil tersenyum dan mematikan panggilan telepon.Tyaga yang merasa ada yang menepuk bahunya langsung