“Sorry, bi.” Kata - kata tyaga membuat bianca merasa heran. Dia tidak sedang salah dengar kan ?Seorang tyaga meminta maaf padanya ?“Sorry, aku sedang tidak ingin bercanda denganmu.” Lanjut tyaga. Melihat hal itu bianca dengan sikapnya yang tenang tetap duduk sambil memperhatikan punggung tyaga yang mulai menjauh.Pria itu terlihat menghubungi ponsel baru miliknya, bianca pun dengan santai melihat ke arah ponselnya dan tersenyum. Lalu dia menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.‘Halo, bi ?’ Terdengar suara tyaga yang sedikit tidak sabar.‘Ada apa ?’‘Kau dimana ?’‘Aku sudah di cafe.’ ‘Disebelah mana ?’ Tanya tyaga yang mulai melihat ke sekitar cafe. Tapi dia tak mau melihat ke arah bianca duduk, jadi dia terus mencari - cari ke tempat lain.‘Di sini.’‘Disini mana ?’ Tanya tyaga lagi.Lalu tiba - tiba ada yang menepuk bahu tyaga dari belakang. “Aku disini.” Kata bianca sambil tersenyum dan mematikan panggilan telepon.Tyaga yang merasa ada yang menepuk bahunya langsung
Tyaga yang sejak tadi berjalan dibelakang bianca hanya bisa ikut berhenti dan melihat dengan bingung. Akhirnya dia melihat pria yang awalnya hanya ada di foto sebelumnya. Tapi saat itu dan detik ini pria itu memeluk bianca. Parahnya kali ini langsung didepan matanya.Tadi tyaga juga mendengar pria itu memanggil bianca dengan sebutan ‘sayang’. Entah kenapa perasaannya jadi kesal dan panas. Apapun alasannya tyaga tak suka melihat bianca memeluk pria lain apalagi dihadapannya. Memangnya bianca pikir dia apa ? Penonton ?Atau jangan - jangan bianca memang sengaja mengajaknya untuk melihat momen ini ?Kalau sampai iya, tyaga akan membalas dendam untuk semua yang dirasakannya. Enak saja. Bianca pikir waktunya tak berharga apa hingga harus melihat hal seperti ini ?Padahal yang sebenarnya terjadi adalah bianca memeluk papanya. Pria yang beberapa tahun terakhir tak bisa berdiri di atas kakinya sendiri karena penyakit yang dideritanya. Tapi hari ini pria yang tak lain adalah papa kandungnya se
Setelah kejadian yang membuat oma marah kemarin, tyaga seolah didiamkan oleh orang rumahnya. Dia seakan tidak ditegur, diperhatikan, atau diajak bicara sama sekali oleh sang oma. Bahkan mamanya juga.Semalaman tyaga memikirkan semua dan bertanya pada dirinya sendiri. 'Apa dia sudah terlalu berlebihan selama ini ?'Tapi tetap saja pria itu belum bisa mengakui perasaan bersalahnya. Otaknya itu sepertinya cukup lama mencerna hal - hal yang pada akhirnya akan menyenggol harga dirinya. Seperti biasa pergulatan otak dan hatinya terus berjalan sampai detik ini. Hari ini tyaga sengaja berangkat ke kampus lebih pagi. Dia berharap bisa bertemu bianca sebelumnya. Setidaknya dia melihat gadis itu baik - baik saja setelah kejadian kemarin. Mungkin dengan begitu akan mengurangi rasa tak nyaman di hatinya. Tapi kenyataannya baru saja dia sampai di kampus, ternyata yang menunggunya bukanlah bianca. Melainkan angeline.Dengan langkah tergesanya angeline langsung berjalan menuju ke arah mobil tyaga.T
“K-kau sudah tau bahwa kalian akan bertunangan ?” Tanya oma lisa dengan wajah yang penasaran.“Udah.” Sontak semua orang semakin terkejut setelah mendengar jawaban tyaga. Tak hanya sang oma dan mamanya, tapi vero yang terlihat paling terkejut diantara yang lain.Vero yang merasa dikhianati oleh tyaga akhirnya menyenggol lengan sahabatnya itu. “Ga, lo kok nggak bilang kalo mau tunangan sama bianca ?” Tanya vero.Untuk sesaat tyaga langsung terdiam dan menolehkan kepalanya ke arah vero. “Lo bilang siapa yang mau tunangan sama bianca ?” Tanyanya.“Elo.” Jawab vero singkat.“HAH ?! GUE ??” Rasa terkejut tyaga ini langsung mengundang perhatian oma dan mamanya.“Ada apa ?” Tanya panya pada sang putra.“Tadi oma bilang bianca mau tunangan kan ?”“Iya.”“Itu… tunangannya sama siapa ?” Pertanyaan tyaga membuat lisa merasa heran.“Sama kamu, aga. Emang kamu dengernya sama siapa ?”“….” Tyaga hanya diam sambil menggelengkan kepala.“Ga, gue bener - bener nggak tau kalian mau tunangan.” Bisik ver
“Ada satu. Kesetiaan.” Jawaban bram membuat kedua alis tyaga mengerut. Dia terheran - heran ketika bram mengatakan hal yang berkaitan dengan kesetiaan. Dari yang tyaga lihat kemarin, sosok papa mereka tak terlihat seperti pria yang suka bermain - main dengan komitmen. Jadi rasanya tidak mungkin jika papa bianca dan bram mengkhianati mamanya.“Kesetiaan siapa ya lo maksud ?” Tanya tyaga pada akhirnya. Dia menyerah dengan rasa penasarannya.“Kesetiaan lo.”“Gue ? Apa hubungannya sama gue ?”“Ck!! Emang lo setia apa ?”“Menurut lo ?”“Menurut gue… enggak.”“….” Tyaga pun terdiam setelah mendengar jawaban bram.“Lo aja nggak ngenalin kakak gue sampe detik ini. Iya kan ?”“Bukan nggak ngenalin.”“Terus apa ? Menolak kenyataan bahwa mereka adalah orang yang sama. Dan waktu itu lo ternyata udah terlanjur nyakitin dia, gitu kan maksudnya ?” Tyaga merasa seolah ditikam dengan pisau tepat di dadanya saat mendengarkan tuduhan bram yang tepat sasaran. Sebenarnya tyaga sadar bahwa dua bianca yang
“Bagaimana rencanamu, kak ?” Tanya bram yang baru saja datang ke apartemen baru milik kakaknya.“Masih sama.” Jawab bianca singkat sambil terus memandangi pemandangan diluar jendela kaca besar di depannya.“CK!! Dia sudah menunjukkan perasaan bersalahnya, kak.” Kata bram dengan kesal.“Dari mana kau tau ?”“Tadi dia datang ke kantor untuk mencarimu.”“Ternyata dia datang ke kantor.” respon bianca yang datar.“Dan kami bicara empat mata di cafeku.” Lanjut bram lagi.“Apa yang kalian bicarakan ?” Tanya bianca dengan wajah datarnya.“Nggak banyak. Hanya alasan dibalik kepergianmu waktu itu.” Jelas bram.“Oh…”“Hanya itu ?” Bianca mengangguk.“Tapi menurut yang ku lihat sepertinya dia juga memiliki masalah yang besar waktu itu.” Kata bram lagi.“…” bianca diam saja.“Kau tidak ingin mengetahuinya, kak ?” Bianca menjawab dengan gelengan.“Walaupun aku sudah susah payah membuatnya merasa bersalah ?” Bianca menganggukan kepala.“CK!!! Kalian benar - benar jodoh!!” Kata bram tajam sambil mere
Setelah mamanya pergi tyaga terus terdiam dan termenung dengan hati yang penuh dengan perasaan bersalah. Sangat bersalah. Hingga rasanya dia sendiri tak sanggup memaafkan dirinya sendiri. Tyaga membayangkan bagaimana posisi bianca saat diperlakukan seperti itu oleh dirinya.Mungkin jika dirinya yang berada dalam posisi itu, tyaga mungkin akan menghancurkan bianca detik itu juga. Sayangnya gadis itu tak melakukan apa - apa kecuali menghindar darinya. Bahkan bianca tak membuang tenaganya untuk berusaha menjelaskan semuanya pada tyaga. Karena pada akhirnya kenyataan itu terbuka sendiri.Rasanya beberapa tetes air mata tyaga tak sebanding dengan air mata yang dikeluarkan oleh bianca. Apalagi luka yang ditorehkan, rasanya yang dirasakan oleh tyaga ini juga tak seberapa.Tyaga yang awalnya berbaring di ranjangnya tiba - tiba tengkurap dan memukul - mukul ranjangnya dengan keras. Dia ingin menyalurkan kemarahannya pada diri sendiri melalui hal itu. Tiba - tiba tyaga kembali teringat dengan
Pagi ini tyaga kembali sarapan bersama dengan oma dan mamanya. Suasana di meja makan sangat sepi. Hanya terdengar suara garpu dan pisau yang bergesekan dengan piring. Tyaga pun terus mengunyah roti isi miliknya tanpa berbicara apapun. Sejak kejadian malam itu, dia memang lebih banyak diam. Benar - benar diam seolah sedang melakukan aksi mogok bicara.“Sayang, nanti bisa temenin mama nggak ?” Tanya panya basa - basi pada sang putra.“….” Tyaga menjawab dengan anggukan tanpa bicara. Hingga hal itu membuat mama dan oma nya saling melihat dengan tatapan heran.Tak berselang lama, tyaga terlihat sudah menyelesaikan roti isi dan juga jusnya.“Aku berangkat dulu.” Kata tyaga saat sudah berdiri dari posisi duduknya. Lalu dia mencium pipi mama dan oma nya secara bergantian. Setelah itu berjalan menuju ke arah mobilnya terparkir.Tyaga menyalakan mesin dan mulai menjalankan mobilnya menuju ke sebuah cafe yang dulu pernah dia datangi. Cafe dimana saat itu bianca hampir saja dibawa oleh satpam me