Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka
“Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m
“Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya
“Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe
Bagaimana rasanya ketika seorang pria yang merupakan idola di kampusmu datang dan mendekat ?Pasti tentu saja sebagai seorang gadis akan berteriak kegirangan, bukan ?Tapi, itu tidak berlaku pada bianca.Bianca grizelle, seorang gadis yang sangat cantik diantara rata - rata gadis di sana dengan dandanan sederhana, kepintaran yang luar biasa karena merupakan mahasiswi yang berhak menerima beasiswa, dan juga seorang gadis pekerja keras. Tanpa perlu bersusah payah, sebenarnya bianca bisa memikat para pria di kampusnya dari kakak senior, teman seangkatannya, atau bahkan adik angkatan sekalipun.Siapa yang tidak mau memiliki kekasih secantik bianca ?Tapi sayangnya, gadis itu tidak peduli dengan semua pria yang mendekatinya. Dia h
Seperti biasa bianca melakukan kegiatannya dengan duduk menyendiri di meja pojok kantin bersama laptopnya. Tanpa peduli pada teriakan - teriakan histeris para gadis saat melihat ketampanan tiga seniornya yang sedang berjalan layaknya muse dalam acara fashion.“Bi, ini untukmu.” seorang teman seangkatan bianca bernama andi meletakkan sepotong kue tiramisu di meja bianca.Bianca hanya menolehkan kepalanya memandangi andi dengan tatapan cuek dan seakan tidak tertarik.“Dimakan ya, bi.” pesan andi sebelum pergi, seakan tahu bahwa bianca tidak ingin diganggu dan tidak akan mengucapkan kata terima kasih padanya. Seperti biasanya, ini adalah hari rabu dimana bianca akan selalu sibuk di kantin bersama laptopnya, karena setiap hari itu dia harus
Bianca pulang sore ini setelah izin untuk datang terlambat di tempat kerjanya. Selain menjadi asisten dosen, dia juga bekerja paruh waktu di sebuah toko kue. Untung saja pemilik toko kue itu sangat pengertian pada kondisi bianca. Seorang wanita tua yang kelewat ramah dan sangat memperlakukan bianca sangat baik. Dia seperti merasa memiliki seorang nenek lagi. Gadis dengan gaya pakaian sederhana itu memang terlihat biasa bagi gadis - gadis lain. Tapi tidak dengan para pria yang sangat tertarik dengan bianca. Walaupun pakaian yang dia pakai sangat sederhana, tapi kadar kecantikan gadis itu tidak berkurang sedikit pun. Terlebih bianca juga merupakan mahasiswa pintar di kampus mereka. Kurang apa lagi ? Jika menilai dia adalah gadis dari kalangan menengah ke bawah, bukankah itu terlihat sangat tidak adil ?
Tyaga sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari toko kue milik omanya. Dia tidak ingin oma nya tahu bahwa dia masih disana. Karena tadi dia sudah berpamitan untuk segera pulang karena sedang ada janji.Sedangkan dia masih harus menjalani misi konyolnya untuk mengikuti gadis ‘taruhannya’ seharian ini. Agar dia bisa mendapatkan celah untuk bisa mendekatinya.Hari sudah berganti malam, tyaga tahu jam shift terakhir di toko kue. Setelah melihat omanya pergi bersama sopir keluarga, tyaga kembali memarkirkan mobilnya di depan toko kue. Bisa habis dia jika oma nya tahu kalau dia berbohong. Apalagi tadi dia jelas - jelas menolak saat diminta untuk dekat dengan bianca.Gengsinya itu benar - benar tak tertandingi.