“Bi, lo baik - baik aja ?” Tanya fareta di sela - sela kegiatan makannya.“Kenapa gue harus nggak baik - baik aja ?” Tanya balik bianca.“Semua orang sedang memperhatikan kita. Dan gue yakin mereka juga pasti sedang memikirkan hal yang tidak - tidak pada kita.” “Lalu ?”“Lo… nggak terpengaruh karena hal itu ?” Tanya fareta lagi. Bagaimana tidak sejak tadi wajah bianca menunjukkan ketenangan dan juga seolah tak peduli dengan semua perkataannya.“Sejak dulu gue selalu dibicarakan semua orang. Terlepas benar atau salah mereka tak akan pernah peduli tentang hal itu.”“Hm, gue setuju.” Kata fareta yang menyetujui bianca begitu saja.“Gue nggak pernah tau apa kepuasan yang mereka dapatkan ketika berhasil membicarakan hidup orang lain.”“…” fareta hanya diam dan memperhatikan cara bianca menjelaskan pandangannya tentang yang orang lain pikirkan tentangnya..“Atau mungkin kepuasan saat berhasil menemukan keburukan di dalam hidup orang lain saat itu.” Lanjut bianca. Sedangkan sekarang ini far
“Ada hubungan apa lo sama fareta ?” Tanya tyaga. Mendengar pertanyaan yang tak terduga keluar dari mulut pria yang sempat menjadikannya taruhan itu membuat bianca hanya bisa menatapnya dengan tatapan tak percaya. Apalagi tyaga sudah kembali memanggilnya dengan panggilan lo - gue seperti sebelumnya.“…” bianca masih saja diam.“Kenapa lo nggak jawab ?” Tanya tyaga lagi.“Apa kau akan meributkan dan mempertanyakan hal - hal yang nggak penting seperti ini ? Apa kau tidak memiliki urusan lain selain ini ?” Bukannya menjawab bianca malah melemparkan pertanyaan lain pada tyaga.“Ya… gue cuma nggak mau aja sahabat gue tertipu sama lo.” Kata tyaga dengan wajah yang terlihat menghina.“Tertipu ?” Ulang bianca.“Iya… tertipu sama lo.” Mendengar tyaga yang membenarkan perkataannya membuat bianca hanya melipat kedua tangannya didepan dada.“Apa kau sedang salah membicarakan seseorang ?” Tanya bianca.“Gue… ngomongin lo.” Kata tyaga sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah bianca.“Coba kau li
Pembicaraan yang ternyata tak mendapat hasil apapun itu berakhir dengan posisi bianca yang pergi meninggalkan tyaga. Sia - sia sudah rencana bram untuk memberikan waktu bagi kakak dan calon kakak iparnya itu bicara. Dari tempatnya duduk bram bisa menilai bagaimana tak ada usaha apapun dari calon kakak iparnya itu.Sedangkan fareta yang melihat bianca berjalan keluar langsung menyusulnya. Dia tak akan lagi membiarkan bianca sendirian. Jika dulu tyaga bisa selalu berusaha untuk berada disamping bianca, untuk masa sekarang fareta yang akan melakukannya. Dia akan berusaha menggantikan posisi tyaga di hati bianca. Walaupun butuh waktu dan harus memulai dengan menjadi teman terlebih dulu, fareta tak keberatan.Semua cinta memang butuh perjuangan dan pengorbanan, kan ?Rasanya fareta beruntung sekali menjadi orang pertama yang mengetahui kebenaran bianca sebelum tyaga. Tapi fareta ternyata lupa dengan keberadaan vero disampingnya. Sahabatnya yang satu itu terus memperhatikannya dengan seksam
Saat makan malam, bianca terus diam sambil memainkan makanan yang ada di piringnya. Nenek dan mamanya saling memandang dengan tatapan penuh pertanyaan. Kedua wanita itu akhirnya melihat ke arah bram yang sedang menikmati makan malamnya tanpa beban. Pemandangan yang sangat mencolok.Sedangkan bram hanya memberikan tanda pada neneknya untuk memberikan waktu, lalu sang nenek hanya mengangguk setuju.Untuk beberapa saat suasana makan masih didominasi keheningan dan suara sendok.“Bi, bagaimana jika besok kau mengurus semua administrasi di kampusmu ?” Tanya sang nenek.“Untuk apa, nek ?” “Keluar dari sana.” Jawaban sang nenek langsung menghentikan aktivitas makan bianca. Gadis itu meletakkan sendoknya dan memandangi wajah sang nenek.“Ini sudah seminggu sesuai perjanjian kita, tapi kau masih saja tak memberikan keputusanmu pada nenek.” Kata lisa dengan wajah yang serius.“Itu… aku belum siap menerima tanggung jawab sebesar itu, nek.” Jawab bianca cepat.“Terus kapan kau akan siap, bi ?”“
Keesokan harinya, seperti biasa bianca berangkat pagi - pagi sekali. Khusus untuk hari ini dia akan membolos kelas pagi karena harus datang ke kantor bersama bram. Kedua anak ini harus menandatangani surat - surat yang dibutuhkan untuk urusan serah terima. Bianca memang setuju untuk mengurus perusahaan milik keluarganya, tapi bianca hanya mau mencoba mengurus satu kantor cabang dulu sebelum harus terjun mengurus kantor pusat. Persyaratan lain yang bianca berikan adalah dia tak ingin melakukannya sendiri, bianca ingin bram juga belajar bersamanya. Maka dari itu bram akan menjadikan usaha cafenya yang mulai berkembang pesat menjadi usaha sampingannya.Mereka berdua berangkat sangat terburu - buru saat mengetahui bahwa sang nenek sudah meninggalkan rumah lebih pagi daripada mereka. Bahkan sang mama sepertinya juga sudah menebak dengan apa yang akan dilakukan oleh kedua anaknya hingga akhirnya mereka langsung membawa bekal sarapan untuk makan saat di perjalanan. Bianca terlihat mengambil
Setelah melihat mobil papanya menjauh, bianca melangkahkan kakinya masuk. Suasana sudah tidak sepi seperti saat biasanya dia datang. Jarum jam sudah menunjukkan angka sepuluh dan sebentar lagi kelasnya akan dimulai. Dengan langkahnya yang cepat bianca segera berjalan menuju ke kelasnya.Ketika sudah sampai, ada beberapa gerombolan mahasiswa didepan kelasnya. Tiba - tiba saat bianca datang, segerombolan mahasiswa yang ternyata adalah teman sekelasnya langsung menatapnya dengan tatapan yang aneh. Bianca sempat menatap balik ke arah mereka dengan wajahnya yang datar dan sikapnya yang tenang. Dia tak merasa sedang memakai pakaian yang salah atau baru saja melakukan kesalahan, jadi tak ada alasan baginya untuk terlalu mengambil pusing masalah seperti itu.Dan ternyata saat masuk ke dalam kelas semua kegaduhan itu langsung berubah menjadi hening, mereka semua kompak menatap bianca dengan tatapan aneh. Beberapa diantaranya juga berbisik - bisik sambil melihat ke arahnya. Tapi hal itu tak men
“Kenapa kau melakukan hal ini, bi ?” Tanya tyaga.“Apa ?” Bianca yang tak mengerti hanya bisa bertanya balik.“Kenapa kau melakukan hal serendah ini ?” Pertanyaan tyaga berhasil membuat hati bianca mencelos. Kali ini dia merasa sangat rendah diri karena pertanyaan yang baru saja tyaga lontarkan padanya. Bianca tahu dengan pasti apa maksud dibalik pertanyaan pria yang sedang menahan lengannya itu. Entah kenapa pertanyaan ini jauh lebih menyakitkan ketika tyaga yang menanyakannya bila dibandingkan dengan angeline tadi.Dengan sisa kekuatan yang ada, bianca berusaha melepaskan tangan tyaga dari lengannya. Setelah itu dia menghempaskan dengan kasar tangan tyaga begitu saja. Tersirat luka dari tatapan bianca, tapi juga ada kemarahan disana. Dan bianca hanya menangkap tatapan kasihan yang tyaga tunjukkan padanya.“Jika kau memang melakukan hal ini karena membutuhkan uang, aku bisa memberikannya. Kenapa kau memilih jalan seperti ini, bi ?” Pertanyaan tyaga semakin menyakiti hati bianca begit
Tyaga sedang duduk termenung di mobil miliknya, kejadian yang baru saja terjadi cukup membuatnya merasa campur aduk. Dia juga melihat sisi lain bianca yang tak pernah sedikitpun terbesit akan dia lakukan padanya. Tyaga sadar bahwa itu adalah salah satu bentuk kemarahan bianca untuk melindungi dirinya. Dia merasa bersalah sudah melakukan hal yang ternyata membuat orang lain marah.Padahal tujuan tyaga murni demi kebaikan bianca, sungguh. Dia hanya ingin bianca tak mengambil jalan pintas hanya demi uang. Tyaga hanya tak ingin bianca salah langkah.Bahkan selama bianca bekerja paruh waktu sebagai kekasihnya pun tyaga bisa memberikan semuanya pada gadis itu, tapi sayangnya bianca tak pernah meminta apapun. Dan selama bianca menjadi kekasih paruh waktunya, tyaga tak menuntut hal lebih darinya. Bahkan mereka bersikap selayaknya pasangan kekasih pada umumnya.Tyaga hanya bingung saat melihat bianca seperti ini. Jujur saja dia tak rela melihat gadis itu bersama pria lain, dia merasa bahwa dia