Setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh fareta, tyaga kembali mencari alamat yang dikirimkan oleh sahabatnya itu dipesan sebelumnya. Lalu dia merasa sangat tak asing dengan alamat yang baru saja dia baca. Sepertinya dia pernah mendengarnya entah dari siapa.Lalu, tiba - tiba vero datang dan membuyarkan tyaga yang sedang berusaha mengingat.“Ga, lo kemana aja ?” Tanya vero dengan wajah yang polos. Sahabatnya yang satu ini tak mengerti apapun karena baru saja datang. Dan sepertinya vero sudah mulai hafal dengan kebiasaan tyaga yang sering tidur di ruang baca.“Gak kemana - mana, cuma mau tidur aja tapi nggak jadi.” Jawab tyaga dengan wajah datar.“Kenapa ?”“Liat aja ke dalem.” Jawab tyaga sebelum akhirnya pergi meninggalkan vero yang masih berusaha mencari tahu dengan maksud dari kata - kata sahabatnya. Vero berusaha mencuri pandang ke dalam ruang baca, tapi dia tak melihat petunjuk apapun.‘Emang ada apa di dalam ?’ Batin vero. Dia ingin masuk dan mengeceknya tapi dia sedikit ragu.
“Bi, lo baik - baik aja ?” Tanya fareta di sela - sela kegiatan makannya.“Kenapa gue harus nggak baik - baik aja ?” Tanya balik bianca.“Semua orang sedang memperhatikan kita. Dan gue yakin mereka juga pasti sedang memikirkan hal yang tidak - tidak pada kita.” “Lalu ?”“Lo… nggak terpengaruh karena hal itu ?” Tanya fareta lagi. Bagaimana tidak sejak tadi wajah bianca menunjukkan ketenangan dan juga seolah tak peduli dengan semua perkataannya.“Sejak dulu gue selalu dibicarakan semua orang. Terlepas benar atau salah mereka tak akan pernah peduli tentang hal itu.”“Hm, gue setuju.” Kata fareta yang menyetujui bianca begitu saja.“Gue nggak pernah tau apa kepuasan yang mereka dapatkan ketika berhasil membicarakan hidup orang lain.”“…” fareta hanya diam dan memperhatikan cara bianca menjelaskan pandangannya tentang yang orang lain pikirkan tentangnya..“Atau mungkin kepuasan saat berhasil menemukan keburukan di dalam hidup orang lain saat itu.” Lanjut bianca. Sedangkan sekarang ini far
“Ada hubungan apa lo sama fareta ?” Tanya tyaga. Mendengar pertanyaan yang tak terduga keluar dari mulut pria yang sempat menjadikannya taruhan itu membuat bianca hanya bisa menatapnya dengan tatapan tak percaya. Apalagi tyaga sudah kembali memanggilnya dengan panggilan lo - gue seperti sebelumnya.“…” bianca masih saja diam.“Kenapa lo nggak jawab ?” Tanya tyaga lagi.“Apa kau akan meributkan dan mempertanyakan hal - hal yang nggak penting seperti ini ? Apa kau tidak memiliki urusan lain selain ini ?” Bukannya menjawab bianca malah melemparkan pertanyaan lain pada tyaga.“Ya… gue cuma nggak mau aja sahabat gue tertipu sama lo.” Kata tyaga dengan wajah yang terlihat menghina.“Tertipu ?” Ulang bianca.“Iya… tertipu sama lo.” Mendengar tyaga yang membenarkan perkataannya membuat bianca hanya melipat kedua tangannya didepan dada.“Apa kau sedang salah membicarakan seseorang ?” Tanya bianca.“Gue… ngomongin lo.” Kata tyaga sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah bianca.“Coba kau li
Pembicaraan yang ternyata tak mendapat hasil apapun itu berakhir dengan posisi bianca yang pergi meninggalkan tyaga. Sia - sia sudah rencana bram untuk memberikan waktu bagi kakak dan calon kakak iparnya itu bicara. Dari tempatnya duduk bram bisa menilai bagaimana tak ada usaha apapun dari calon kakak iparnya itu.Sedangkan fareta yang melihat bianca berjalan keluar langsung menyusulnya. Dia tak akan lagi membiarkan bianca sendirian. Jika dulu tyaga bisa selalu berusaha untuk berada disamping bianca, untuk masa sekarang fareta yang akan melakukannya. Dia akan berusaha menggantikan posisi tyaga di hati bianca. Walaupun butuh waktu dan harus memulai dengan menjadi teman terlebih dulu, fareta tak keberatan.Semua cinta memang butuh perjuangan dan pengorbanan, kan ?Rasanya fareta beruntung sekali menjadi orang pertama yang mengetahui kebenaran bianca sebelum tyaga. Tapi fareta ternyata lupa dengan keberadaan vero disampingnya. Sahabatnya yang satu itu terus memperhatikannya dengan seksam
Saat makan malam, bianca terus diam sambil memainkan makanan yang ada di piringnya. Nenek dan mamanya saling memandang dengan tatapan penuh pertanyaan. Kedua wanita itu akhirnya melihat ke arah bram yang sedang menikmati makan malamnya tanpa beban. Pemandangan yang sangat mencolok.Sedangkan bram hanya memberikan tanda pada neneknya untuk memberikan waktu, lalu sang nenek hanya mengangguk setuju.Untuk beberapa saat suasana makan masih didominasi keheningan dan suara sendok.“Bi, bagaimana jika besok kau mengurus semua administrasi di kampusmu ?” Tanya sang nenek.“Untuk apa, nek ?” “Keluar dari sana.” Jawaban sang nenek langsung menghentikan aktivitas makan bianca. Gadis itu meletakkan sendoknya dan memandangi wajah sang nenek.“Ini sudah seminggu sesuai perjanjian kita, tapi kau masih saja tak memberikan keputusanmu pada nenek.” Kata lisa dengan wajah yang serius.“Itu… aku belum siap menerima tanggung jawab sebesar itu, nek.” Jawab bianca cepat.“Terus kapan kau akan siap, bi ?”“
Keesokan harinya, seperti biasa bianca berangkat pagi - pagi sekali. Khusus untuk hari ini dia akan membolos kelas pagi karena harus datang ke kantor bersama bram. Kedua anak ini harus menandatangani surat - surat yang dibutuhkan untuk urusan serah terima. Bianca memang setuju untuk mengurus perusahaan milik keluarganya, tapi bianca hanya mau mencoba mengurus satu kantor cabang dulu sebelum harus terjun mengurus kantor pusat. Persyaratan lain yang bianca berikan adalah dia tak ingin melakukannya sendiri, bianca ingin bram juga belajar bersamanya. Maka dari itu bram akan menjadikan usaha cafenya yang mulai berkembang pesat menjadi usaha sampingannya.Mereka berdua berangkat sangat terburu - buru saat mengetahui bahwa sang nenek sudah meninggalkan rumah lebih pagi daripada mereka. Bahkan sang mama sepertinya juga sudah menebak dengan apa yang akan dilakukan oleh kedua anaknya hingga akhirnya mereka langsung membawa bekal sarapan untuk makan saat di perjalanan. Bianca terlihat mengambil
Setelah melihat mobil papanya menjauh, bianca melangkahkan kakinya masuk. Suasana sudah tidak sepi seperti saat biasanya dia datang. Jarum jam sudah menunjukkan angka sepuluh dan sebentar lagi kelasnya akan dimulai. Dengan langkahnya yang cepat bianca segera berjalan menuju ke kelasnya.Ketika sudah sampai, ada beberapa gerombolan mahasiswa didepan kelasnya. Tiba - tiba saat bianca datang, segerombolan mahasiswa yang ternyata adalah teman sekelasnya langsung menatapnya dengan tatapan yang aneh. Bianca sempat menatap balik ke arah mereka dengan wajahnya yang datar dan sikapnya yang tenang. Dia tak merasa sedang memakai pakaian yang salah atau baru saja melakukan kesalahan, jadi tak ada alasan baginya untuk terlalu mengambil pusing masalah seperti itu.Dan ternyata saat masuk ke dalam kelas semua kegaduhan itu langsung berubah menjadi hening, mereka semua kompak menatap bianca dengan tatapan aneh. Beberapa diantaranya juga berbisik - bisik sambil melihat ke arahnya. Tapi hal itu tak men
“Kenapa kau melakukan hal ini, bi ?” Tanya tyaga.“Apa ?” Bianca yang tak mengerti hanya bisa bertanya balik.“Kenapa kau melakukan hal serendah ini ?” Pertanyaan tyaga berhasil membuat hati bianca mencelos. Kali ini dia merasa sangat rendah diri karena pertanyaan yang baru saja tyaga lontarkan padanya. Bianca tahu dengan pasti apa maksud dibalik pertanyaan pria yang sedang menahan lengannya itu. Entah kenapa pertanyaan ini jauh lebih menyakitkan ketika tyaga yang menanyakannya bila dibandingkan dengan angeline tadi.Dengan sisa kekuatan yang ada, bianca berusaha melepaskan tangan tyaga dari lengannya. Setelah itu dia menghempaskan dengan kasar tangan tyaga begitu saja. Tersirat luka dari tatapan bianca, tapi juga ada kemarahan disana. Dan bianca hanya menangkap tatapan kasihan yang tyaga tunjukkan padanya.“Jika kau memang melakukan hal ini karena membutuhkan uang, aku bisa memberikannya. Kenapa kau memilih jalan seperti ini, bi ?” Pertanyaan tyaga semakin menyakiti hati bianca begit
“Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe
“Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya
“Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m
Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka
Karena kejadian tadi, akhirnya mau tidak mau tyaga harus kembali membersihkan diri dengan mandi. Apalagi tadi bianca juga sempat melihat beberapa luka di punggung tangan tyaga. Belum lagi kemeja tyaga juga sudah tidak berbentuk lagi. Dan untungnya untuk acara resepsi nanti mereka menggunakan konsep yang berbeda. Jadi tyaga dan bianca menggunakan gaun dan jas tema lain.Sekarang ini bianca dan tyaga berada di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh oma, nenek, dan para mama untuk mereka. Tadi tyaga sengaja tidak mengajak bianca kembali ke kamar miliknya karena terlalu banyak orang disana. Dan tyaga tidak ingin menjelaskan apapun.Bianca terlihat duduk di sofa sambil memegang gelas wine sambil menunggu tyaga selesai mandi. Sejenak dia terdiam dan memikirkan semua kejadian yang terjadi selama seharian ini. Tak pernah bianca sangka fareta akan melakukan hal senekat itu padahal dirinya sudah resmi menikah dengan tyaga.Tiba - tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, tapi b
“Selamat, ga. Kau membuktikan bahwa kau berhasil merebut semua yang aku inginkan!” Orang lain yang mendengarnya saja bisa menilai betapa fareta membenci tyaga dari kata - katanya itu. Bahwa sejak awal dia memang hanya menganggap tyaga adalah saingan yang seimbang untuknya dalam hal apapun. Padahal kenyataan itu begitu berbanding terbalik bagi tyaga. Sejak awal dia menganggap fareta sebagai sahabatnya sama seperti vero. Tapi semenjak adanya masalah diantara mereka karena fareta berusaha merebut bianca, tyaga jadi tersadar akan hal itu.Dengan senyuman terbaiknya tyaga membalas uluran tangan fareta, namun sebelah tangannya langsung menggenggam tangan bianca.“Thanks.” katanya singkat.“Ternyata kau benar - benar menerima bianca dan juga anak dalam kandungannya. Padahal kau belum mengetahui anak siapa itu.” bisik fareta lagi.“Memangnya itu penting ya? Bagi gue yang terpenting adalah bisa bersama bianca selamanya dengan menikahinya.” balas tyaga sambil berbisik juga. Fareta hanya terse
Akhirnya, seseorang yang sangat ditunggu oleh banyak orang mulai menunjukkan tanda - tanda kehadirannya. Sang pengantin wanita yang diantarkan langsung oleh seorang pria yang menjadi cinta pertamanya sejak hari pertamanya lahir ke dunia yaitu sang papa tercinta untuk memasuki area pernikahan. Sedangkan sang pengantin pria yang memang sejak tadi sudah gugup sambil menunggu pujaan hatinya sekarang ini jantungnya semakin berdebar sangat kencang. Apalagi hampir semua orang mulai menolehkan kepala mereka ke arah pintu masuk utama.Tyaga berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya untuk menenangkan diri. Ini adalah hari yang sangat dia tunggu selama beberapa tahun belakangan. Mengingat untuk bisa mewujudkan terjadinya hari ini pun cobaan dan rintangan yang harus dia hadapi juga tak mudah.Setiap hubungan memang memiliki ujian dan cobaannya sendiri - sendiri. Tyaga dan bianca sudah menjadi salah satu pasangan yang membuktikan sendiri bahwa mereka bisa melewati semuanya bersama. Selain
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk bersiap, akhirnya tyaga sudah terlihat sangat rapi, wangi, tampan, dan sangat mempesona dalam balutan jas berwarna hitam. Sebentar lagi dia akan segera resmi menjadi seorang suami untuk bianca. Itu berarti salah satu tujuan dalam hidupnya benar - benar tercapai.Buah kesabaran dan usaha tyaga akan terbayar sebentar lagi. Bianca benar - benar menjadi satu - satunya gadis yang membuatnya jatuh cinta hingga seperti ini. Bahkan jika diingat lagi tak pernah sekalipun tyaga jatuh cinta pada gadis lain.Walaupun ditengah perjalanan sempat muncul sosok bianca renata yang sempat mewarnai hidupnya. Tapi tetap saja bianca renata yang menjadi gadis taruhan tyaga adalah satu orang yang sama dengan bianca grizelle kekasih pertama dan satu - satunya seorang tyaga.Saat ini tyaga sudah keluar dari kamarnya untuk berjalan menuju ke area tempat pernikahannya dengan bianca. Di Tengah jalan ternyata yoshua sudah menunggu sambil duduk di sofa yang
Senna yang melihat bianca pergi setelah memutar kembali rekaman cctv yang yoshua berikan tadi tentu saja langsung menyusul. Dia tahu betul kondisi bianca saat ini, lagipula senna juga tahu bahwa semua ini memang rencana tyaga dan yoshua untuk bianca. Sejak semalam dia memang membantu calon suami sahabatnya itu agar menyudahi kecurigaannya.“Bi… tunggu aku!!” Panggil senna sambil berlari kecil untuk menyusul bianca.Mendengar namanya dipanggil bianca menghentikan langkahnya, lalu dia menarik pergelangan tangan sahabatnya untuk kembali ke kamar. “Aku beritahu saat sudah dikamar, sen.” Namun sayangnya saat sudah berada di kamar ternyata disana sudah ada beberapa orang.“Halo, bianca ya?” Sapa salah satu orang di dalam kamarnya.“Hai…” “Aku karin dan mereka semua adalah timku. Kami ditugaskan oleh nyonya panya dan nyonya kezia untuk mendandanimu.” Jelas seorang wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama karin. Dan ternyata tim MUA yang dipesan mama dan mama mertuanya sudah datang. H