Keesokan paginya bianca membuka matanya dengan senyuman. Dia benar - benar tersenyum lebar dan malu sendiri jika teringat kejadian kemarin. Bagaimana tidak hampir saja mereka melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi. Untungnya bianca bisa menahan diri begitu pun dengan tyaga yang juga melakukan hal yang sama. Tapi mengingatnya saja entah kenapa membuat bianca malu. Dia merasa jika kejadian semalam sangat lucu sekaligus juga romantis.Karena hal itu bianca jadi berguling - guling di atas ranjang hingga selimut membungkusnya seperti kepompong. Bahkan rambutnya sudah berantakan tak berbentuk, ditambah wajahnya yang merona karena malu hingga terasa panas.Namun tiba - tiba suara pintu terbuka membuat kedua mata saling bertemu dengan tatapan yang cukup aneh. Bagaimana tidak, sekarang ini tyaga sedang berdiri diambang pintu sambil memegang gagang pintu kamar bianca. Sedangkan bianca tentu saja hanya bisa membulatkan matanya karena terkejut ketika melihat tunangannya itu kini sedang berdi
Bi, maaf malam ini kita tidak bisa makan malam bersama. Aku harus meluruskan semua kesalahpahaman ini. Jadi, makanlah terlebih dulu, jangan menungguku. -Ray-Sebuah catatan dari tyaga ini bukan menenangkan bianca, tapi justru membuatnya berpikiran macam - macam. Dia tidak mengetahui makna dibalik kalimat ‘meluruskan kesalahpahaman’ yang dimaksud oleh tunangannya.Saat ini yang ada dalam otak bianca adalah orang yang sedang ditemui oleh tyaga. Kemungkinannya ada dua, yaitu nancy atau erik. Ingin sekali bianca mengecek sendiri kebenarannya, namun dia tidak memiliki nomor ponsel nancy ataupun erik. “Siapa yang berselera makan setelah membaca ini. Dasar ray sialan!” maki bianca sambil meremas dan membuang asal catatan dari tyaga.Gadis itu langsung kehilangan selera makan, bahkan perutnya terasa kenyang seketika dengan banyak sekali pikiran negatifnya. Bukan salah bianca jika pada akhirnya dia merasa salah paham. Karena tyaga juga tidak menjelaskan bahwa orang yang akan ditemuinya adalah
Keesokan harinya, tyaga memutuskan untuk mengajak bianca kembali ke Amsterdam. Dia merasa semua urusannya di Paris sudah cukup. Selebihnya nanti akan tyaga urus dari jauh saja seperti sebelumnya.Sepanjang perjalanan kembali ke Amsterdam, bianca dan tyaga banyak membicarakan tentang hubungan yoshua dan senna. Mereka khawatir dengan tebakan yang yoshua katakan, tapi disisi lain dia juga bahagia karena mengetahui rencana pria itu untuk melamar senna. Terkadang hal buruk memang datang bersamaan dengan hal baik.Jika tidak begini mungkin yoshua tidak akan segera melamar senna karena banyak sekali pertimbangan.“Apa semua pria memang seperti itu, ray?” tanya bianca saat dia sedang menyandarkan kepalanya dia bahu tyaga.“Seperti itu? Apa maksudnya, bi?”“Mereka akan berjuang dan mengambil keputusan ketika ada pria lain yang mengincar pasangannya.”Tyaga tidak langsung menjawabnya, dia terdiam dan terlihat memikirkannya.“Aku benar, kan?”“Sepertinya sifat manusia saat terdesak selalu begitu
Pagi itu, bianca duduk dengan wajahnya yang terlihat serius. Dia menyatukan kedua tangannya hingga memutih. Sedangkan tyaga sendiri sejak tadi hanya diam sambil berdiri disamping bianca. Kedua orang ini sedang dalam mode menanti giliran untuk mempresentasikan hasil tesis mereka. Kebetulan bianca mendapat giliran kedua dan tyaga mendapat giliran kedua juga namun di ruangan yang berbeda.“Tenanglah, sayang.” kata tyaga pada akhirnya untuk memecahkan keheningan diantara mereka berdua. Dia melakukan itu setelah melihat sebuah cincin yang kemarin akhirnya memberikannya pada bianca.Rencana awal adalah sebuah lamaran romantis yang dipersiapkan oleh tyaga, namun lucunya hal itu gagal karena ulah oma dan mamanya. Hingga akhirnya sebuah kejadian lucu saat makan malam turut menjadi saksi betapa kerasnya usaha seorang tyaga melakukan hal romantis untuk bianca seorang.Jika diingat lagi mungkin mereka berdua akan tertawa bersama, meski begitu kejadian itu juga tidak mudah untuk dilupakan. Sekecil
Sejak panggilan nancy tadi, seharian tyaga penuh kecemasan. Dia berharap yoshua dan senna segera datang, karena bianca menunjukkan tanda - tanda bahaya. Sikapnya sih memang tetap terlihat tenang seperti biasanya. Hanya saja… dari sorot matanya dan bagaimana dia menanggapi tyaga cukup mengintimidasi pria itu. Padahal ide untuk datang ke undangan yang diberikan nancy dari bianca sendiri.Siang mulai berganti malam, sayangnya senna dan yoshua belum menunjukkan tanda - tanda bahwa mereka akan segera datang. Waktu tyaga pun sudah sempit mengingat undangan yang diberikan nancy adalah pukul delapan dan sekarang sudah pukul tujuh. Namun anehnya bianca sejak tadi juga tidak keluar dari kamarnya. Tyaga semakin was - was jika harus mengetuk pintu kamar itu. Dia terjebak di permintaan bianca yang serba salah ini. Lalu, sekitar lima belas menit kemudian ponsel tyaga bergetar yang menunjukkan sebuah pesan masuk.Ga, gue sama senna mungkin datang besok pagi.Sebuah pesan yang sukses membuat tubuh t
“Aku ingin tidur bersamamu, ray.” Kata - kata keramat ini keluar dengan polosnya dari mulut bianca. Lalu, bagaimana dengan tyaga?Tentu saja, jantung pria itu tidak aman karena bekerja sangat keras akibat debaran setelah mendengar kata - kata tunangannya. Dia pria normal, pria mana yang tidak tergoda dengan kata - kata seperti itu?Setelah beberapa detik tyaga akhirnya hanya bisa diam untuk menenangkan debaran dihatinya. Dia tidak boleh tergoda apalagi terkecoh, karena saat ini tyaga tahu bahwa tunangannya itu sedang mabuk. Jika dirinya tergoda, saat tersadar nanti tetap tyaga lah yang akan disalahkan.Untungnya, saat bianca hampir membuka pintu kamar tyaga dia kembali menolehkan kepalanya dan menemukan tunangannya yang hanya berdiri tak jauh darinya.“Ray? Kau kenapa?” tanya bianca sambil berjalan ke arah tyaga.“Aku? A-aku baik - baik saja, bi.”“Kau yakin? Kau ingin bicara denganku?” tanya bianca sambil terus maju ke arah tunangannya itu. Namun sayangnya karena sedang mabuk bianca
Saat ini senna sedang tertawa setelah mendengar semua cerita bianca. Gadis itu benar - benar tidak menyangka bahwa orang seperti bianca bisa melakukan hal gila seperti itu, bahkan yang membuat senna tidak menyangka adalah kenyataan bahwa bisa menggunakan kekerasan untuk memberi pelajaran pada nancy. Itu sangat bukan tipikal bianca sama sekali. “Tertawalah sampai kau puas, sen!!” bianca merajuk karena terus ditertawakan oleh sahabatnya itu.“Untuk kepergianmu kali ini aku pasti menertawakannya, bi. Karena semua kejadian ini sangat lucu, sungguh!” kata senna sambil terus tertawa.“CK! Terlalu banyak tertawa juga bisa diartikan kalau sebenarnya hatimu sedang bersedih.” cibir bianca.Mendengar hal itu entah kenapa langsung berhasil menghentikan tawa senna seketika. Bahkan gadis itu juga meletakkan gelas winenya dimeja. Untuk yang kali ini bianca tidak ikut minum wine karena dia masih trauma dengan kejadian kemarin malam“Mm.. sen, maafkan aku. Kau.. tersinggung, ya?” tanya bianca sambil
Beberapa hari setelah kepulangannya, bianca langsung terjun untuk bekerja di perusahaan milik keluarganya. Dia terlihat sangat sibuk dan terus mengabaikan calon suaminya. Padahal semua orang sekarang ini sedang sibuk mempersiapkan pernikahan mereka, tapi kenyataannya bianca masih terlihat tidak peduli dengan hal itu. Bahkan di mata tyaga, calon istrinya itu bersikap seolah ini bukanlah yang penting.Tyaga masih terus mengikuti keinginan bianca yang menghindarinya, mulai jarang membalas pesan, mengabaikan panggilan teleponnya, dan parahnya saat bertemu atau berpapasan seperti orang asing. Padahal tyaga berusaha menyapanya. Dia masih sabar dan terus berusaha sabar, walaupun di dalam hatinya terkadang tyaga juga kesal. Apalagi dengan keyakinan penuh tyaga menganggap semua ini karena kesalahpahaman saja.Tapi bagaimana caranya dia bisa menjelaskan pada bianca, itu adalah masalah tyaga sekarang. Belum lagi urusan pekerjaannya yang juga menumpuk sekali karena mereka harus mulai mengalihkan