“Ada apa, ray?” tanya bianca dengan wajah yang kini sudah berubah serius. Begitu pula dengan tyaga yang menampilkan wajah yang sama. Keduanya saling menatap dengan tatapan saling menelisik.Untuk beberapa saat keduanya bertahan dengan posisi seperti ini. “Ray?” panggil bianca yang sudah merasa tidak sabar lagi.“Hm…”“Apa yang ingin kau sampaikan?”“Ingat janjimu, ya?” seolah tak ingin bianca ingkar janji hingga tyaga kembali mempertanyakannya lagi.“Iya, aku janji.”“Jadi… sebenarnya…” kalimat tyaga menggantung tak diselesaikan.“Apa?” nada suara bianca sudah mulai berubah tidak sabaran. Mendengar hal itu tyaga hanya bisa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.“Sejujurnya ini sedikit memancing kemarahan, bi.”“Memangnya hal apa?”“Itu….”“RAY!!!” dengan tegas bianca meninggikan suaranya agar tunangannya itu segera mengatakan hal yang memang akan disampaikan sejak tadi.“Kemarilah, bi.” ajak tyaga sambil menarik pergelangan tangan tunangannya itu menuju ke arah dapur. K
“Ray, dia kan…” tyaga hanya menganggukan kepalanya ketika bianca melihat wajah yoshua di layar ponsel milik tunangannya.‘Hai, bi!!’ terdengar sapaan yang diucapkan yoshua.‘Selamat ulang tahun ya, bi!’ katanya lagi.‘Makasih, kak. Dimana senna?’ tanya bianca tanpa bisa menunggu lagi. Beberapa detik kemudian yoshua mengarahkan ponselnya ke arah senna yang kini sedang tersenyum.‘Bi…’ panggilnya.‘Kau baik - baik saja, sen?’ tanya bianca.‘Aku baik - baik saja. Apa kabarmu disana, bi?’Setelah itu ponsel milik tyaga diambil alih oleh bianca yang sekarang terlihat menjauh ke arah balkon. Begitu pun dengan senna. Sedangkan kedua pria itu hanya menggelengkan kepalanya karena justru tidak dipedulikan lagi setelah mempertemukan kedua gadis itu. Tapi ada juga rasa bahagia yang mereka rasakan karena pertemuan kedua gadis ini lagi walaupun secara virtual. Setidaknya ini bisa mengobati rasa rindu mereka.Sedangkan bianca kini merasa aman karena bisa berbicara berdua dengan senna. Dia duduk di k
“Sayang, kau tidak sedang cemburu kan?” pertanyaan tyaga sontak membuat bianca yang tadinya ingin merajuk jadi menolehkan kepala bahkan tubuhnya. “Aku? Cemburu? Pada wanita itu?” ulang bianca sembari menunjuk dirinya sendiri. Dia terlalu kesal ketika tunangannya itu justru menuduhnya cemburu. Padahal memang jelas terlihat seperti itu, hanya bianca saja yang tidak menyadarinya.“Memangnya kenapa jika kau cemburu, bi? Aku tidak keberatan dengan kenyataan itu.” tyaga masih terus membahas hal yang membuat bianca semakin kesal.“Tapi aku yang KEBERATAN, ray!!” jawab bianca sambil menekan dengan jelas kata ‘keberatan’.“Kenapa? Jika kau keberatan, berarti memang benar adanya, bi.”“DIAMLAH, RAY!!” entah kenapa tyaga semakin yakin jika tunangannya itu memang sedang cemburu karena sikap yang ditunjukkannya barusan. Bila boleh jujur, tentu saja dia sangat menyukai kenyataan rasa cemburu bianca. Apalagi jika gadis itu mengakuinya, bisa dibayangkan seperti apa kebahagiaan seorang tyaga rayshiva
“Kalau begitu kita resmikan saja secepatnya!!” Bianca benar - benar tak bisa menyahuti kata - kata tyaga barusan. Sesaat setelah mendengar ajakan itu dia jadi teringat akan janjinya pada dirinya sendiri. Dia akan menyetujui tanpa banyak pertimbangan dan berpikir lagi. Hanya saja tidak mendadak seperti ini. Sekarang kan dia sedang cemburu, jadi dia belum sempat memikirkan kemungkinan ini akan terjadi lebih cepat.“Bi? Jangan pura - pura nggak denger, ya.” sindir tyaga lagi.“Aku dengar, ray!”“Lalu?”“Lalu?”“Bagaimana dengan ajakanku barusan?” ulang tyaga lagi.“Begini caramu melamarku, ray?” bianca membalik keadaan dengan memberikan pertanyaan lain pada tyaga.“Benar juga.” respon tyaga juga cukup membuat bianca lega.“Nah kan… seharusnya kau lebih mempersiapkannya, ray!”“OKE!! Tunggu saja, bi.” bianca langsung menanggukkan kepala sambil menghembuskan nafasnya lega. Dia berhasil menyelamatkan dirinya dengan mengulur waktu agar tunangannya itu memikirkan cara yang tepat untuk melama
Keesokan harinya, bianca terbangun karena sinar matahari mulai menerobos masuk ke sela - sela gorden. Dia membuka matanya perlahan karena silau, kemudian bianca baru menyadari bahwa tangan sebelah kanannya masih berada dalam genggaman tyaga. Ternyata selama semalaman tangan mereka saling bergandengan. Keduanya tidur bersama di ruang tengah dengan posisi tyaga tidur di bawah dan bianca diatas sofa, jadi bisa dibayangkan bukan tangan yang saling bertaut itu seperti apa ?Ketika bianca ingin melepaskan tangannya dari genggaman tangan tyaga ternyata semakin membuat pria itu menarik tangannya ke dalam pelukannya. Bianca jadi tidak bisa melepaskan karena tidak tega. Apalagi wajah tyaga terlihat sangat tenang dan damai saat tidur seperti ini.Akhirnya bianca memilih menyangga kepalanya dengan sebelah tangannya yang masih bebas untuk memperhatikan wajah sang tunangan tercinta. Kejadian semalam membuatnya teringat dengan cerita oma lisa saat mereka liburan ke Bali bersama saat itu. Bianca jadi
“Bianca?” panggil seorang pria yang kini sedang berdiri tepat di samping bianca. Bahkan pria itu sampai menggoyangkan lengan bianca yang sedang menggantung dan menyangga kepalanya.Ternyata gadis itu sudah mabuk setelah menghabiskan gelas keduanya. Benar - benar mabuk sampai tak sadarkan diri. Bianca tertidur di meja beralaskan lengan tangannya sendiri. Pipinya pun sudah merona, untungnya hari ini dia tidak menggunakan pakaian kurang bahan seperti sebelumnya. Pria itu tidak berhasil menyadarkan bianca, dia juga bingung karena bertemu dengan gadis itu dalam kondisi seperti ini. Padahal ini masih siang hari, apa alasan yang membuat bianca jadi seperti ini? Terlebih mereka bertemu tidak seperti sebelumnya. Jika pertemuan awal mereka di Amsterdam, sekarang mereka bertemu di Paris. Karena sangat khawatir akhirnya pria yang tak lain adalah erik ini memilih untuk duduk saja. Dia memperhatikan wajah cantik bianca yang sedang tertidur karena pengaruh alkohol. Kesan pertama erik saat melihat
Keesokan paginya bianca membuka matanya dengan senyuman. Dia benar - benar tersenyum lebar dan malu sendiri jika teringat kejadian kemarin. Bagaimana tidak hampir saja mereka melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi. Untungnya bianca bisa menahan diri begitu pun dengan tyaga yang juga melakukan hal yang sama. Tapi mengingatnya saja entah kenapa membuat bianca malu. Dia merasa jika kejadian semalam sangat lucu sekaligus juga romantis.Karena hal itu bianca jadi berguling - guling di atas ranjang hingga selimut membungkusnya seperti kepompong. Bahkan rambutnya sudah berantakan tak berbentuk, ditambah wajahnya yang merona karena malu hingga terasa panas.Namun tiba - tiba suara pintu terbuka membuat kedua mata saling bertemu dengan tatapan yang cukup aneh. Bagaimana tidak, sekarang ini tyaga sedang berdiri diambang pintu sambil memegang gagang pintu kamar bianca. Sedangkan bianca tentu saja hanya bisa membulatkan matanya karena terkejut ketika melihat tunangannya itu kini sedang berdi
Bi, maaf malam ini kita tidak bisa makan malam bersama. Aku harus meluruskan semua kesalahpahaman ini. Jadi, makanlah terlebih dulu, jangan menungguku. -Ray-Sebuah catatan dari tyaga ini bukan menenangkan bianca, tapi justru membuatnya berpikiran macam - macam. Dia tidak mengetahui makna dibalik kalimat ‘meluruskan kesalahpahaman’ yang dimaksud oleh tunangannya.Saat ini yang ada dalam otak bianca adalah orang yang sedang ditemui oleh tyaga. Kemungkinannya ada dua, yaitu nancy atau erik. Ingin sekali bianca mengecek sendiri kebenarannya, namun dia tidak memiliki nomor ponsel nancy ataupun erik. “Siapa yang berselera makan setelah membaca ini. Dasar ray sialan!” maki bianca sambil meremas dan membuang asal catatan dari tyaga.Gadis itu langsung kehilangan selera makan, bahkan perutnya terasa kenyang seketika dengan banyak sekali pikiran negatifnya. Bukan salah bianca jika pada akhirnya dia merasa salah paham. Karena tyaga juga tidak menjelaskan bahwa orang yang akan ditemuinya adalah
“Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe
“Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya
“Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m
Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka
Karena kejadian tadi, akhirnya mau tidak mau tyaga harus kembali membersihkan diri dengan mandi. Apalagi tadi bianca juga sempat melihat beberapa luka di punggung tangan tyaga. Belum lagi kemeja tyaga juga sudah tidak berbentuk lagi. Dan untungnya untuk acara resepsi nanti mereka menggunakan konsep yang berbeda. Jadi tyaga dan bianca menggunakan gaun dan jas tema lain.Sekarang ini bianca dan tyaga berada di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh oma, nenek, dan para mama untuk mereka. Tadi tyaga sengaja tidak mengajak bianca kembali ke kamar miliknya karena terlalu banyak orang disana. Dan tyaga tidak ingin menjelaskan apapun.Bianca terlihat duduk di sofa sambil memegang gelas wine sambil menunggu tyaga selesai mandi. Sejenak dia terdiam dan memikirkan semua kejadian yang terjadi selama seharian ini. Tak pernah bianca sangka fareta akan melakukan hal senekat itu padahal dirinya sudah resmi menikah dengan tyaga.Tiba - tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, tapi b
“Selamat, ga. Kau membuktikan bahwa kau berhasil merebut semua yang aku inginkan!” Orang lain yang mendengarnya saja bisa menilai betapa fareta membenci tyaga dari kata - katanya itu. Bahwa sejak awal dia memang hanya menganggap tyaga adalah saingan yang seimbang untuknya dalam hal apapun. Padahal kenyataan itu begitu berbanding terbalik bagi tyaga. Sejak awal dia menganggap fareta sebagai sahabatnya sama seperti vero. Tapi semenjak adanya masalah diantara mereka karena fareta berusaha merebut bianca, tyaga jadi tersadar akan hal itu.Dengan senyuman terbaiknya tyaga membalas uluran tangan fareta, namun sebelah tangannya langsung menggenggam tangan bianca.“Thanks.” katanya singkat.“Ternyata kau benar - benar menerima bianca dan juga anak dalam kandungannya. Padahal kau belum mengetahui anak siapa itu.” bisik fareta lagi.“Memangnya itu penting ya? Bagi gue yang terpenting adalah bisa bersama bianca selamanya dengan menikahinya.” balas tyaga sambil berbisik juga. Fareta hanya terse
Akhirnya, seseorang yang sangat ditunggu oleh banyak orang mulai menunjukkan tanda - tanda kehadirannya. Sang pengantin wanita yang diantarkan langsung oleh seorang pria yang menjadi cinta pertamanya sejak hari pertamanya lahir ke dunia yaitu sang papa tercinta untuk memasuki area pernikahan. Sedangkan sang pengantin pria yang memang sejak tadi sudah gugup sambil menunggu pujaan hatinya sekarang ini jantungnya semakin berdebar sangat kencang. Apalagi hampir semua orang mulai menolehkan kepala mereka ke arah pintu masuk utama.Tyaga berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya untuk menenangkan diri. Ini adalah hari yang sangat dia tunggu selama beberapa tahun belakangan. Mengingat untuk bisa mewujudkan terjadinya hari ini pun cobaan dan rintangan yang harus dia hadapi juga tak mudah.Setiap hubungan memang memiliki ujian dan cobaannya sendiri - sendiri. Tyaga dan bianca sudah menjadi salah satu pasangan yang membuktikan sendiri bahwa mereka bisa melewati semuanya bersama. Selain
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk bersiap, akhirnya tyaga sudah terlihat sangat rapi, wangi, tampan, dan sangat mempesona dalam balutan jas berwarna hitam. Sebentar lagi dia akan segera resmi menjadi seorang suami untuk bianca. Itu berarti salah satu tujuan dalam hidupnya benar - benar tercapai.Buah kesabaran dan usaha tyaga akan terbayar sebentar lagi. Bianca benar - benar menjadi satu - satunya gadis yang membuatnya jatuh cinta hingga seperti ini. Bahkan jika diingat lagi tak pernah sekalipun tyaga jatuh cinta pada gadis lain.Walaupun ditengah perjalanan sempat muncul sosok bianca renata yang sempat mewarnai hidupnya. Tapi tetap saja bianca renata yang menjadi gadis taruhan tyaga adalah satu orang yang sama dengan bianca grizelle kekasih pertama dan satu - satunya seorang tyaga.Saat ini tyaga sudah keluar dari kamarnya untuk berjalan menuju ke area tempat pernikahannya dengan bianca. Di Tengah jalan ternyata yoshua sudah menunggu sambil duduk di sofa yang
Senna yang melihat bianca pergi setelah memutar kembali rekaman cctv yang yoshua berikan tadi tentu saja langsung menyusul. Dia tahu betul kondisi bianca saat ini, lagipula senna juga tahu bahwa semua ini memang rencana tyaga dan yoshua untuk bianca. Sejak semalam dia memang membantu calon suami sahabatnya itu agar menyudahi kecurigaannya.“Bi… tunggu aku!!” Panggil senna sambil berlari kecil untuk menyusul bianca.Mendengar namanya dipanggil bianca menghentikan langkahnya, lalu dia menarik pergelangan tangan sahabatnya untuk kembali ke kamar. “Aku beritahu saat sudah dikamar, sen.” Namun sayangnya saat sudah berada di kamar ternyata disana sudah ada beberapa orang.“Halo, bianca ya?” Sapa salah satu orang di dalam kamarnya.“Hai…” “Aku karin dan mereka semua adalah timku. Kami ditugaskan oleh nyonya panya dan nyonya kezia untuk mendandanimu.” Jelas seorang wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama karin. Dan ternyata tim MUA yang dipesan mama dan mama mertuanya sudah datang. H