Hari yang sangat ditunggu - tunggu oleh bianca akhirnya tiba. Kegugupan yang sempat tertutup oleh rasa penasaran itu ternyata kembali lebih dahsyat dari sebelumnya. Dan semua kegugupan itu akhirnya mengalahkan rasa penasaran bianca tentang isi surat yang diberikan oleh mama tyaga itu. Bahkan parahnya lagi bianca sendiri sampai lupa tidak memberikan kabar pada tunangannya sejak semalam. Entah apa yang sedang terjadi dengan tyaga, yang jelas pria itu begitu pengertian setelah bianca memberitahukan kondisinya sehari sebelum dia sidang.
Sekarang ini hanya ada senna yang menemaninya di kampus. Sedangkan seluruh keluarganya yang lain menunggu di hotel karena itu memang peraturan dari kampus. Senna dan bianca duduk disebuah bangku yang berada di depan ruang perkuliahan yang akan menjadi ruang sidang untuk bianca. Keduanya sama - sama gugup, padahal hanya bianca yang akan sidang. Sedangkan jadwal senna masih mingg
“Bagaimana jika pernikahan kita dipercepat?” pertanyaan itu sontak tak hanya menarik perhatian bianca saja. Tapi semua orang disana langsung memberikan fokus dan perhatian mereka kepada tyaga. Bahkan andra yang sejak tadi sedang sibuk membaca dokumen penting mengenai pekerjaan pun langsung menghentikan aktivitasnya.“Lo serius, kak?” kali ini pertanyaan terlontar dari mulut bram.“Kenapa?” “kenapa?” bianca dan tyaga secara tidak sengaja mengatakan pertanyaan yang sama.“Ya… nggak papa. Lo lihat aja kakak gue, baru gitu aja ngambeknya udah nyusahin. Yakin lo mau menghadapi emosi labilnya untuk seumur hidup?” tanya bram lagi. Mendengar hal itu tyaga hanya tersenyum lebar sambil tersenyum, lalu dia mengulurkan tangannya untuk memeluk bahu bianca. Sedangkan bianca, tentu saja hanya bisa membulatkan matanya tak percaya mendengar kalimat panjang yang dikatakan oleh adiknya itu.Bianca benar - benar tidak percaya bram melakukan hal seperti ini padanya, sekarang ini mereka sedang tidak duduk
“Apa yang harus aku lakukan padamu, bi?” Kata tyaga sambil menyapukan ibu jarinya ke bibir bianca. Bagaimana tidak, akibat perbuatannya sekarang ini lipstick yang sudah mewarnai bibir bianca jadi berantakan kemana - mana. Tapi hal itu justru membuat wajah tunangannya semakin terlihat cantik dan juga seksi secara bersamaan. Kondisi bianca sejak ciuman barusan itu justru sukses membuatnya kehabisan kata - kata dan juga nafasnya. Bahkan dia sendiri tidak menyadari jika sekarang ini riasannya sudah berantakan akibat ulah tyaga. Sejak tadi pria itu terus mengusapkan ibu jarinya disekitar bibir bianca dengan gerakan yang lembut.“A-apa ada yang salah dengan dandananku, ray?” Akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulut bianca.Tyaga pun hanya menjawab dengan gelengan kepala dan senyuman.“Kau yakin?” Tanya bianca lagi. Kemudian gadis itu beranjak dari posisi duduknya untuk berjalan ke arah kaca terdekat. Dia ingin memastikan sendiri bahwa tyaga tidak membohonginya kali ini.Namun sayangnya, k
Semenjak kejadian malam itu, liburan keluarga terasa kurang karena perubahan sikap tyaga yang berbeda menurut bianca. Padahal pada kenyataannya tyaga bersikap seperti biasanya, tapi tetap saja bianca merasa jika tyaga berubah. Apalagi pria itu terlihat sering menghindarinya terutama dalam pembahasan tentang masalah pernikahan ataupun hubungan. Dan semua itu bertahan hingga hari dimana keluarga mereka harus segera kembali ke Indonesia. Ketika di bandara semua memeluk erat bianca dan juga memberikan banyak sekali pesan - pesan. Namun sejak tadi tyaga tidak terlihat dimana pun. Sesekali bianca melihat ke sekitar untuk mencari keberadaan tunangannya itu secara diam - diam. Dia tidak ingin menunjukkan kesedihannya karena harus kembali menjalani hari - harinya yang terasa panjang karena hubungan jarak jauh ini. Dan untungnya tyaga muncul tepat waktu. Namun anehnya raut wajah pria itu tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Wajah tyaga berkebalikan dari itu. Dia justru tersenyum sambil mem
Keesokan paginya bianca bangun tidur dengan tubuh yang segar, dia meregangkan tubuhnya sambil melihat ke sekitar. Dia lupa bagaimana bisa sampai ke kamarnya tadi malam. Karena seingatnya semalam dia, tyaga, senna, dan yoyo makan malam bersama sambil menikmati wine.Bianca pun bangkit dari ranjang empuknya, kemudian dia berjalan ke arah kamar mandi sambil mengingat - ingat lagi. Lalu….“AH!!! AKU INGAT!!” teriak bianca.Dia langsung bergegas keluar dari kamarnya, saat pintu terbuka bianca mengeluarkan sedikit kepalanya untuk melihat ke sekitar ruang tengah sampai ke arah pintu masuk apartemennya. Setelah memastikan bahwa dia sendirian, akhirnya bianca keluar ke arah dapur. Dia langsung mengambil jus jeruk yang memang selalu ada didalam kulkasnya. Dengan begitu rakusnya bianca meneguk jus jeruk itu kemudian dia bersandar di kulkas. Rasanya begitu lega ketika mengetahui bahwa tidak ada tyaga di apartemennya.Kenyataan jika mereka tinggal berdekatan membuat bianca khawatir, apalagi kejadi
Hari demi hari dijalani oleh tyaga dan bianca dengan banyak sekali hal baru. Mereka benar - benar bagaikan perangko dan amplop yang tidak bisa terpisahkan karena selalu berdua. Banyak sekali kebiasaan yang baru diketahui satu sama lain saat ini. Walaupun mungkin belum semua, setidaknya keduanya sama - sama adaptasi dengan kebiasaan baru mereka. Dan ternyata hal itu pun terbawa sampai ke urusan kampus mereka. Takdir seolah memang tidak akan membiarkan keduanya terpisah hingga mereka akhirnya duduk dikelas yang sama.Sebuah kejutan yang cukup mengejutkan saat mereka ternyata juga berada dalam satu tim yang sama untuk tugas pertama di salah satu mata kuliah mereka.Bianca duduk dengan tenang disebelah tyaga yang juga bersikap sama. Untung saja pria itu sudah kembali menjadi dirinya sendiri yang dulu. Bagaimana tidak akhir - akhir ini bianca dibuat sakit kepala ketika melihat sikap tunangannya yang sangat ajaib. Tyaga menunjukkan sisi jahilnya didepan bianca ketika mereka sedang berdua,
“Ada apa, ray?” tanya bianca dengan wajah yang kini sudah berubah serius. Begitu pula dengan tyaga yang menampilkan wajah yang sama. Keduanya saling menatap dengan tatapan saling menelisik.Untuk beberapa saat keduanya bertahan dengan posisi seperti ini. “Ray?” panggil bianca yang sudah merasa tidak sabar lagi.“Hm…”“Apa yang ingin kau sampaikan?”“Ingat janjimu, ya?” seolah tak ingin bianca ingkar janji hingga tyaga kembali mempertanyakannya lagi.“Iya, aku janji.”“Jadi… sebenarnya…” kalimat tyaga menggantung tak diselesaikan.“Apa?” nada suara bianca sudah mulai berubah tidak sabaran. Mendengar hal itu tyaga hanya bisa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.“Sejujurnya ini sedikit memancing kemarahan, bi.”“Memangnya hal apa?”“Itu….”“RAY!!!” dengan tegas bianca meninggikan suaranya agar tunangannya itu segera mengatakan hal yang memang akan disampaikan sejak tadi.“Kemarilah, bi.” ajak tyaga sambil menarik pergelangan tangan tunangannya itu menuju ke arah dapur. K
“Ray, dia kan…” tyaga hanya menganggukan kepalanya ketika bianca melihat wajah yoshua di layar ponsel milik tunangannya.‘Hai, bi!!’ terdengar sapaan yang diucapkan yoshua.‘Selamat ulang tahun ya, bi!’ katanya lagi.‘Makasih, kak. Dimana senna?’ tanya bianca tanpa bisa menunggu lagi. Beberapa detik kemudian yoshua mengarahkan ponselnya ke arah senna yang kini sedang tersenyum.‘Bi…’ panggilnya.‘Kau baik - baik saja, sen?’ tanya bianca.‘Aku baik - baik saja. Apa kabarmu disana, bi?’Setelah itu ponsel milik tyaga diambil alih oleh bianca yang sekarang terlihat menjauh ke arah balkon. Begitu pun dengan senna. Sedangkan kedua pria itu hanya menggelengkan kepalanya karena justru tidak dipedulikan lagi setelah mempertemukan kedua gadis itu. Tapi ada juga rasa bahagia yang mereka rasakan karena pertemuan kedua gadis ini lagi walaupun secara virtual. Setidaknya ini bisa mengobati rasa rindu mereka.Sedangkan bianca kini merasa aman karena bisa berbicara berdua dengan senna. Dia duduk di k
“Sayang, kau tidak sedang cemburu kan?” pertanyaan tyaga sontak membuat bianca yang tadinya ingin merajuk jadi menolehkan kepala bahkan tubuhnya. “Aku? Cemburu? Pada wanita itu?” ulang bianca sembari menunjuk dirinya sendiri. Dia terlalu kesal ketika tunangannya itu justru menuduhnya cemburu. Padahal memang jelas terlihat seperti itu, hanya bianca saja yang tidak menyadarinya.“Memangnya kenapa jika kau cemburu, bi? Aku tidak keberatan dengan kenyataan itu.” tyaga masih terus membahas hal yang membuat bianca semakin kesal.“Tapi aku yang KEBERATAN, ray!!” jawab bianca sambil menekan dengan jelas kata ‘keberatan’.“Kenapa? Jika kau keberatan, berarti memang benar adanya, bi.”“DIAMLAH, RAY!!” entah kenapa tyaga semakin yakin jika tunangannya itu memang sedang cemburu karena sikap yang ditunjukkannya barusan. Bila boleh jujur, tentu saja dia sangat menyukai kenyataan rasa cemburu bianca. Apalagi jika gadis itu mengakuinya, bisa dibayangkan seperti apa kebahagiaan seorang tyaga rayshiva