Semenjak kejadian malam itu, liburan keluarga terasa kurang karena perubahan sikap tyaga yang berbeda menurut bianca. Padahal pada kenyataannya tyaga bersikap seperti biasanya, tapi tetap saja bianca merasa jika tyaga berubah. Apalagi pria itu terlihat sering menghindarinya terutama dalam pembahasan tentang masalah pernikahan ataupun hubungan. Dan semua itu bertahan hingga hari dimana keluarga mereka harus segera kembali ke Indonesia. Ketika di bandara semua memeluk erat bianca dan juga memberikan banyak sekali pesan - pesan. Namun sejak tadi tyaga tidak terlihat dimana pun. Sesekali bianca melihat ke sekitar untuk mencari keberadaan tunangannya itu secara diam - diam. Dia tidak ingin menunjukkan kesedihannya karena harus kembali menjalani hari - harinya yang terasa panjang karena hubungan jarak jauh ini. Dan untungnya tyaga muncul tepat waktu. Namun anehnya raut wajah pria itu tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Wajah tyaga berkebalikan dari itu. Dia justru tersenyum sambil mem
Keesokan paginya bianca bangun tidur dengan tubuh yang segar, dia meregangkan tubuhnya sambil melihat ke sekitar. Dia lupa bagaimana bisa sampai ke kamarnya tadi malam. Karena seingatnya semalam dia, tyaga, senna, dan yoyo makan malam bersama sambil menikmati wine.Bianca pun bangkit dari ranjang empuknya, kemudian dia berjalan ke arah kamar mandi sambil mengingat - ingat lagi. Lalu….“AH!!! AKU INGAT!!” teriak bianca.Dia langsung bergegas keluar dari kamarnya, saat pintu terbuka bianca mengeluarkan sedikit kepalanya untuk melihat ke sekitar ruang tengah sampai ke arah pintu masuk apartemennya. Setelah memastikan bahwa dia sendirian, akhirnya bianca keluar ke arah dapur. Dia langsung mengambil jus jeruk yang memang selalu ada didalam kulkasnya. Dengan begitu rakusnya bianca meneguk jus jeruk itu kemudian dia bersandar di kulkas. Rasanya begitu lega ketika mengetahui bahwa tidak ada tyaga di apartemennya.Kenyataan jika mereka tinggal berdekatan membuat bianca khawatir, apalagi kejadi
Hari demi hari dijalani oleh tyaga dan bianca dengan banyak sekali hal baru. Mereka benar - benar bagaikan perangko dan amplop yang tidak bisa terpisahkan karena selalu berdua. Banyak sekali kebiasaan yang baru diketahui satu sama lain saat ini. Walaupun mungkin belum semua, setidaknya keduanya sama - sama adaptasi dengan kebiasaan baru mereka. Dan ternyata hal itu pun terbawa sampai ke urusan kampus mereka. Takdir seolah memang tidak akan membiarkan keduanya terpisah hingga mereka akhirnya duduk dikelas yang sama.Sebuah kejutan yang cukup mengejutkan saat mereka ternyata juga berada dalam satu tim yang sama untuk tugas pertama di salah satu mata kuliah mereka.Bianca duduk dengan tenang disebelah tyaga yang juga bersikap sama. Untung saja pria itu sudah kembali menjadi dirinya sendiri yang dulu. Bagaimana tidak akhir - akhir ini bianca dibuat sakit kepala ketika melihat sikap tunangannya yang sangat ajaib. Tyaga menunjukkan sisi jahilnya didepan bianca ketika mereka sedang berdua,
“Ada apa, ray?” tanya bianca dengan wajah yang kini sudah berubah serius. Begitu pula dengan tyaga yang menampilkan wajah yang sama. Keduanya saling menatap dengan tatapan saling menelisik.Untuk beberapa saat keduanya bertahan dengan posisi seperti ini. “Ray?” panggil bianca yang sudah merasa tidak sabar lagi.“Hm…”“Apa yang ingin kau sampaikan?”“Ingat janjimu, ya?” seolah tak ingin bianca ingkar janji hingga tyaga kembali mempertanyakannya lagi.“Iya, aku janji.”“Jadi… sebenarnya…” kalimat tyaga menggantung tak diselesaikan.“Apa?” nada suara bianca sudah mulai berubah tidak sabaran. Mendengar hal itu tyaga hanya bisa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.“Sejujurnya ini sedikit memancing kemarahan, bi.”“Memangnya hal apa?”“Itu….”“RAY!!!” dengan tegas bianca meninggikan suaranya agar tunangannya itu segera mengatakan hal yang memang akan disampaikan sejak tadi.“Kemarilah, bi.” ajak tyaga sambil menarik pergelangan tangan tunangannya itu menuju ke arah dapur. K
“Ray, dia kan…” tyaga hanya menganggukan kepalanya ketika bianca melihat wajah yoshua di layar ponsel milik tunangannya.‘Hai, bi!!’ terdengar sapaan yang diucapkan yoshua.‘Selamat ulang tahun ya, bi!’ katanya lagi.‘Makasih, kak. Dimana senna?’ tanya bianca tanpa bisa menunggu lagi. Beberapa detik kemudian yoshua mengarahkan ponselnya ke arah senna yang kini sedang tersenyum.‘Bi…’ panggilnya.‘Kau baik - baik saja, sen?’ tanya bianca.‘Aku baik - baik saja. Apa kabarmu disana, bi?’Setelah itu ponsel milik tyaga diambil alih oleh bianca yang sekarang terlihat menjauh ke arah balkon. Begitu pun dengan senna. Sedangkan kedua pria itu hanya menggelengkan kepalanya karena justru tidak dipedulikan lagi setelah mempertemukan kedua gadis itu. Tapi ada juga rasa bahagia yang mereka rasakan karena pertemuan kedua gadis ini lagi walaupun secara virtual. Setidaknya ini bisa mengobati rasa rindu mereka.Sedangkan bianca kini merasa aman karena bisa berbicara berdua dengan senna. Dia duduk di k
“Sayang, kau tidak sedang cemburu kan?” pertanyaan tyaga sontak membuat bianca yang tadinya ingin merajuk jadi menolehkan kepala bahkan tubuhnya. “Aku? Cemburu? Pada wanita itu?” ulang bianca sembari menunjuk dirinya sendiri. Dia terlalu kesal ketika tunangannya itu justru menuduhnya cemburu. Padahal memang jelas terlihat seperti itu, hanya bianca saja yang tidak menyadarinya.“Memangnya kenapa jika kau cemburu, bi? Aku tidak keberatan dengan kenyataan itu.” tyaga masih terus membahas hal yang membuat bianca semakin kesal.“Tapi aku yang KEBERATAN, ray!!” jawab bianca sambil menekan dengan jelas kata ‘keberatan’.“Kenapa? Jika kau keberatan, berarti memang benar adanya, bi.”“DIAMLAH, RAY!!” entah kenapa tyaga semakin yakin jika tunangannya itu memang sedang cemburu karena sikap yang ditunjukkannya barusan. Bila boleh jujur, tentu saja dia sangat menyukai kenyataan rasa cemburu bianca. Apalagi jika gadis itu mengakuinya, bisa dibayangkan seperti apa kebahagiaan seorang tyaga rayshiva
“Kalau begitu kita resmikan saja secepatnya!!” Bianca benar - benar tak bisa menyahuti kata - kata tyaga barusan. Sesaat setelah mendengar ajakan itu dia jadi teringat akan janjinya pada dirinya sendiri. Dia akan menyetujui tanpa banyak pertimbangan dan berpikir lagi. Hanya saja tidak mendadak seperti ini. Sekarang kan dia sedang cemburu, jadi dia belum sempat memikirkan kemungkinan ini akan terjadi lebih cepat.“Bi? Jangan pura - pura nggak denger, ya.” sindir tyaga lagi.“Aku dengar, ray!”“Lalu?”“Lalu?”“Bagaimana dengan ajakanku barusan?” ulang tyaga lagi.“Begini caramu melamarku, ray?” bianca membalik keadaan dengan memberikan pertanyaan lain pada tyaga.“Benar juga.” respon tyaga juga cukup membuat bianca lega.“Nah kan… seharusnya kau lebih mempersiapkannya, ray!”“OKE!! Tunggu saja, bi.” bianca langsung menanggukkan kepala sambil menghembuskan nafasnya lega. Dia berhasil menyelamatkan dirinya dengan mengulur waktu agar tunangannya itu memikirkan cara yang tepat untuk melama
Keesokan harinya, bianca terbangun karena sinar matahari mulai menerobos masuk ke sela - sela gorden. Dia membuka matanya perlahan karena silau, kemudian bianca baru menyadari bahwa tangan sebelah kanannya masih berada dalam genggaman tyaga. Ternyata selama semalaman tangan mereka saling bergandengan. Keduanya tidur bersama di ruang tengah dengan posisi tyaga tidur di bawah dan bianca diatas sofa, jadi bisa dibayangkan bukan tangan yang saling bertaut itu seperti apa ?Ketika bianca ingin melepaskan tangannya dari genggaman tangan tyaga ternyata semakin membuat pria itu menarik tangannya ke dalam pelukannya. Bianca jadi tidak bisa melepaskan karena tidak tega. Apalagi wajah tyaga terlihat sangat tenang dan damai saat tidur seperti ini.Akhirnya bianca memilih menyangga kepalanya dengan sebelah tangannya yang masih bebas untuk memperhatikan wajah sang tunangan tercinta. Kejadian semalam membuatnya teringat dengan cerita oma lisa saat mereka liburan ke Bali bersama saat itu. Bianca jadi