Share

Bab 114

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2022-06-01 17:01:24

“Qeiza! Kau baik-baik saja?” tanya Dae Hyun. Napasnya memburu karena cemas.

Dia baru saja keluar dari mobil dan berlari ke arah Qeiza. Adik angkatnya itu sedang berjalan menuju mobil Chin Hwa. Sesaat dia mengamati sekujur tubuh Qeiza dari puncak kepala hingga ke ujung kaki. Dia juga tidak segan-segan memutar tubuh Qeiza.

Tanpa menghiraukan keberadaan Chin Hwa di sana, Dae Hyun mendekap Qeiza setelah tak menemukan cedera serius pada tubuh Qeiza.

Chin Hwa hanya bisa menarik napas dalam melihat adegan itu. Dia tahu Qeiza dan Dae Hyun bersaudara. Walaupun begitu, hatinya tetap berdesir tak suka. Dia cemburu melihat kemesraan itu. Dia merasa Dae Hyun baru saja merampas sesuatu yang seharusnya hanya menjadi miliknya.

Setelah beberapa waktu, Dae Hyun mengungkai pelukannya dari tubuh Qeiza. Dia berpaling kepada Chin Hwa dan mendekatinya. Dia juga memberikan pelukan hangat kepada bos adik angkatnya itu.

“Terima kasih sudah menyelamatkan Ae Ri!” bisiknya sambil menepuk pelan punggung Chin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • My Obsessive Ex   Bab 115

    Berprasangka baik itu bagus. Akan tetapi, terlalu percaya bahwa semua orang itu akan selalu bersikap baik bukanlah sebuah pemikiran yang bagus. *** Qeiza berjalan menyusuri jalan setapak halaman belakang rumah Dae Hyun. Dia mengenakan celana berwarna cokelat gelap. Tubuh bagian atasnya ditutupi dengan sehelai coat panjang berwarna beige. Qeiza menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku coat. Dia menengadah. Menatap dedaunan kering yang berjatuhan tertiup semilir angin pagi. Musim gugur masih lama berakhir. Cahaya mentari tidak begitu menyengat. Bahkan, sekumpulan awan kumulus berwarna kelabu. Perlakuan buruk Ansel kembali melintas di ingatannya. Qeiza mendesah. Tak percaya mantan suaminya itu tega ingin melakukan perbuatan tidak senonoh kepadanya. Dedaunan kering yang berjatuhan dan hampir memenuhi seluruh permukaan taman itu tampak seperti karpet warna-warni. Mereka tetap terlihat indah, meskipun sudah terlepas dari tempatnya. Bukankah seharusnya hubungannya dengan Ansel juga

    Last Updated : 2022-06-01
  • My Obsessive Ex   Bab 116

    Dae Hyun berjongkok di hadapan Qeiza. Membuat Qeiza semakin kikuk. Refleks dia menarik kakinya ke belakang tatkala Dae Hyun akan menyorongkan sandal. Dae Hyun menengadah. Memamerkan senyumannya yang memesona. Indahnya senyuman Dae Hyun seakan mengalahkan terangnya mentari pagi kala itu. “Pegang pundakku!” perintah Dae Hyun. Dia pikir Qeiza takut jatuh jika dia membantunya memakaikan sandal ke kakinya. Anehnya, lagi-lagi Qeiza seperti terhipnotis. Dia menurut saja pada instruksi Dae Hyun. Tangan kanannya segera berpegang pada bahu kiri Dae Hyun.Dae Hyun tersenyum dalam tunduk. Hatinya berbunga-bunga saat memasangkan sandal ke kaki Qeiza. “Thanks!” ujar Qeiza. Cepat-cepat dia balik badan dan kabur dari hadapan Dae Hyun. Dia khawatir jantungnya akan copot jika dia terus berada di dekat kakak angkatnya itu. Dae Hyun menumpukan lengan di atas lutut kirinya. Memandang punggung Qeiza yang terus menjauh dengan senyuman riang. Detik berikutnya dia tegak dan menyusul langkah Qeiza. Qeiz

    Last Updated : 2022-06-02
  • My Obsessive Ex   Bab 117

    Chin Hwa menggebrak meja kerjanya. “Sial! Mereka lebih licik dari yang kukira,” umpatnya. Matanya nanar menatap artikel yang masih terpampang di layar monitor komputernya. Tak satu pun berita tentang Ansel menyekap seorang perempuan di kamar hotel beredar di dunia maya. Entah bagaimana cara orang-orang Ansel membersihkannya. Kemarin sore, jelas-jelas Ansel ditangkap polisi. Pagi ini, lelaki itu dikabarkan sedang menjalani perawatan kesehatan karena kelelahan. Chin Hwa meraih ponselnya yang tergeletak di sudut kiri meja. Dia menghubungi orang kepercayaannya. “Selidiki kenapa kasusnya bisa bersih secepat ini!” perintahnya tanpa tedeng aling-aling. Setiap kali dia berselancar di dunia maya dan tak menemukan apa yang dicarinya, Chin Hwa mengusap mukanya dengan kasar. Dia merasa frustrasi dengan hilangnya bangkai perilaku busuk Ansel. “Argh!” Chin Hwa menggeram marah. Dia ingin melenyapkan Ansel untuk selamanya. Akan tetapi, akhirnya dia sadar bahwa itu tidak mudah untuk dilakukan.

    Last Updated : 2022-06-02
  • My Obsessive Ex   Bab 118

    Setelah tinggal seorang diri di dalam kamar. Ansel menutup rapat kelopak matanya. Kenangan pahitnya kemarin sore berkelebat di dalam ingatannya, seperti sebuah film pendek yang diputar ulang. “Kalian akan menyesal karena telah menangkapku!” Ansel mengutuk petugas polisi yang membawanya. “Anda salah paham, Tuan,” sahut polisi muda yang menjadi sopir, melirik Ansel dari kaca spion tengah. “Kami justru sedang menyelamatkan Anda.” “Dengan membawaku ke penjara?” sindir Ansel. Lelaki itu tersenyum membalas tatapan beringas Ansel melalui kaca spion. “Kami hanya menjalankan perintah Nyonya Alina, Tuan.” Ansel menyipitkan mata. Mereka menangkapnya atas perintah mamanya? Itu artinya dia tidak benar-benar kehilangan reputasinya. “Lalu, kenapa kalian tidak melepaskan borgolku?” Mendengar pertanyaan sindiran dari Ansel, petugas polisi yang duduk di samping Ansel segera sadar akan kelalaiannya. Dia membungkuk. “Harap maafkan saya, Tuan,” ujarnya. “Akan segera saya lepaskan.” Ansel memutar

    Last Updated : 2022-06-02
  • My Obsessive Ex   Bab 119

    Cinta tulus hanya memikirkan tentang saat ini dan masa depan. *** “Katanya kau juga mengundang Dae Hyun,” kata Qeiza. “Kenapa kau malah meninggalkannya?” Chin Hwa tersenyum tipis mendengar pertanyaan Qeiza. Dia baru saja mematikan mesin mobil begitu tiba di pelataran parkir sebuah bangunan teater ternama. “Dia akan segera tiba,” sahutnya. Chin Hwa keluar dari mobil. Dia bergegas melangkah ke sisi lain mobil. Membukakan pintu untuk Qeiza. Dia terus membawa Qeiza hingga ke rooftop bangunan teater tersebut. Qeiza tertegun melihat sepinya pengunjung restoran itu. Hanya tampak segelintir orang duduk berbincang-bincang di beberapa meja. Seorang wanita tergabas bangun dari tempat duduknya ketika melihat Qeiza datang. Ketika jarak mereka sudah semakin dekat, Qeiza segera mengenali wanita itu. “Ae Ri!” seru Nyonya Song. “Aku senang bisa bertemu lagi denganmu.” Nyonya Song memeluk Qeiza. Tak ubahnya seperti seorang ibu yang sangat merindukan anak gadisnya setelah sekian lama berpisah.

    Last Updated : 2022-06-03
  • My Obsessive Ex   Bab 120

    Chin Hwa menatap dalam netra hazel Qeiza. Dia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam kantong celana. Dia berlutut di hadapan Qeiza. Tangannya sedikit bergetar ketika membuka kotak itu. “Anin, kaulah cinta pertamaku,” ujar Chin Hwa. “Dan kuharap kau juga akan menjadi cinta terakhirku.” Chin Hwa menelan ludah. Membasahi kerongkongannya yang mendadak terasa kering. “Maukah kau menikah denganku?” Chin Hwa menengadah. Memandangi wajah cantik Qeiza, harap-harap cemas. Suasana hening. Detik demi detik terus berlalu. Qeiza masih membisu. Dia sudah mempertimbangkan masa depan hubungannya dengan Chin Hwa. Akan tetapi, dia tidak menyangka semuanya akan berlangsung secepat ini. “Kau belum mengetahui bagaimana masa laluku,” sahut Qeiza. Matanya sedikit memanas. Jujur, dia terharu dengan niat tulus Chin Hwa untuk mempersunting dirinya. “Cinta tulus tak pernah memandang masa lalu,” balas Chin Hwa. “Aku hanya tahu bahwa kau adalah masa depanku.” Chin Hwa menarik keluar cincin berlian itu dari kot

    Last Updated : 2022-06-03
  • My Obsessive Ex   Bab 121

    Hal tersulit dalam mencintai seorang wanita adalah menjaga perasaannya. *** Ansel seperti orang kesetanan. Berulang kali memencet bel pintu apartemen Qeiza. Suaranya meraung kencang hingga terdengar ke apertemen tetangga. Beberapa penghuni membuka pintu apartemen mereka. Sama-sama melongokkan kepala. Penasaran dengan apa yang sedang terjadi sekaligus jengkel dengan tamu tak tahu adab itu. waktu sudah menunjukkan tengah malam. Tidak seharusnya dia membuat keributan. “Kamu enggak tahu ya caranya menghargai privasi orang lain?” hardik seorang lelaki tua. Dia tampak sangat kesal lantaran tidurnya terganggu. Ansel menoleh sekilas. Dia tidak menanggapi omelan lelaki tersebut. Hati dan pikirannya terlalu kacau untuk bisa bersikap rasional. Dia kembali menekan bel pintu. Detik selanjutnya, dia mendesah kecewa. Pintu di depannya masih terpatri seperti sebuah dinding batu. Orang-orang yang melihat betapa putus asanya Ansel hanya bisa geleng-geleng kepala. Sesama pria yang juga pernah muda

    Last Updated : 2022-06-03
  • My Obsessive Ex   Bab 122

    Ansel mendesah. “Ini pertama kalinya aku jatuh cinta,” kata Ansel. Lelaki itu kembali menepuk bahu Ansel. “Manjakan dia dengan perhatian dan hadiah!” sarannya. “Apa itu akan berhasil?” “Kau tidak akan pernah tahu hasilnya sebelum mencoba.” Sejenak tercipta keheningan di antara mereka. Sepertinya mereka sedang terhanyut dalam kisah kegagalan cinta pertama mereka. “Hal tersulit dalam mencintai seorang wanita,” kata lelaki itu. “… adalah menjaga perasaannya.” Ansel tercenung, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Selama ini dia hanya memikirkan perasaannya. “Jangan pernah mengecewakannya!” tambah lelaki itu. “Sekali seorang wanita merasa kecewa, dia akan menganggapmu sudah mati.” Ansel batal menyeruput sisa kopinya. Pernyataan lelaki itu seperti sebuah peluru yang menembus tepat ke jantungnya. Mengerikan sekali. Dia tak bisa bernapas selama beberapa detik. Lelaki itu bangkit dari lantai. Udara semakin dingin. Tulangnya sudah tidak sekuat waktu muda dalam melawan hawa dingin. “Se

    Last Updated : 2022-06-04

Latest chapter

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

  • My Obsessive Ex   Bab 170

    Qeiza menepuk kedua pundak Dae Hyun. “Turunkan aku di sini!” pintanya ketika tiba di depan pintu kamar orang tua angkatnya. Dia tidak mau Nyonya dan Tuan Kim melihat Dae Hyun menggendongnya. Dae Hyun segera berjongkok memenuhi permintaan Qeiza. Dia membimbing wanita itu masuk ke kamar orang tuanya. Nyonya Kim bergegas menyongsong Qeiza. “Kau tidak harus datang ke sini,” ujarnya. “Kau juga perlu istirahat.” Qeiza mengangkat kakinya sedikit. “Ini hanya cedera ringan, Eomma,” sahutnya. “Akan segera membaik.” Qeiza berjalan dengan sebelah kaki mendekati kursi yang disediakan Dae Hyun di dekat tempat tidur ayahnya. “Wajah Appa tampak lebih cerah setelah tiba di rumah.” Qeiza mencandai Tuan Kim yang melayangkan senyum kepadanya. “Tentu saja! Tak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri.” “Aigoo … kalau begitu, kau harus menjaga kesehatanmu dengan baik,” timpal Nyonya Kim. “Benar, Appa!” sambut Qeiza. “Sudah saatnya Appa bersantai di rumah.” Tuan Kim melirik Dae Hyun. “It

  • My Obsessive Ex   Bab 169

    Ansel berjalan dengan mengendap-endap, keluar dari tempat persembunyiannya menuju pintu masuk rumah Dae Hyun. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan tak seorang pun memergoki aksinya. Ujung jari Ansel baru saja hendak menyentuh gagang pintu ketika dia merasakan sebuah tangan kekar menarik kerah bajunya dari belakang. Ansel memutar kepala ke kanan. Penjaga rumah Dae Hyun langsung menyambutnya dengan tatapan garang. “Bukankah seharusnya Anda sudah pulang?” Ansel tersenyum kecut. “Aku belum pamit sama Ae Ri,” sahutnya. “Tuan Muda Kim meminta saya untuk tidak membolehkan siapa pun masuk rumah sebelum dia pulang,” balas penjaga rumah itu, masih dengan wajah tak bersahabat. “Jadi, silakan pulang sekarang!” Ansel memasang wajah memelas. “Sebentar saja … biarkan aku ketemu Ae Ri sebelum pergi.” “Nona Muda Kim butuh istirahat. Dia tidak boleh diganggu.” Air muka Ansel berubah keruh karena putus asa. Penjaga rumah itu tidak mempan dirayu. Dia hanya bisa menoleh ke lantai atas saat

  • My Obsessive Ex   Bab 168

    Qeiza terlonjak duduk. Dia berpegangan pada kedua lengan kursi lantaran kaget mendengar suara gelegar pintu didorong dengan kasar. Mulutnya ternganga ketika melihat Ansel muncul di kamarnya. Roman muka Ansel yang semula memerah karena marah, mendadak berubah risau tatkala melihat Qeiza meringis kesakitan. “K–kakimu kenapa?” Ansel mendatangi Qeiza. Matanya terpaku pada pergelangan kaki Qeiza yang terbalut perban elastis. Qeiza menyandarkan lagi punggungnya. Dia mendesah seraya memejamkan mata. “Sebaiknya kau keluar sekarang!” Ansel tak menggubris perintah Qeiza. Dia berjongkok di samping meja. “Jangan sentuh!” larang Qeiza ketika Ansel mengulurkan tangan untuk meraih kakinya. “Kenapa? Sakit sekali ya?” Ansel menoleh pada Qeiza. “Kalau kau sudah tahu, harusnya kau membiarkan aku istirahat.” Qeiza menjawab acuh tak acuh. Meskipun dia tak lagi membenci mantan suaminya itu, dia juga tidak berharap untuk bertemu kembali dengannya. Alih-alih menuruti pergi dari kamar itu, Ansel mal

DMCA.com Protection Status